Penilaian Status Gizi Status Gizi

yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.

2.2.1 Penilaian Status Gizi

Menurut Gibson 1998, penilaian status gizi adalah upaya untuk menginterpretasikan semua informasi yang dipeloreh melalui penilaian dalam antropometri, konsumsi makan, biokimia, dan klinik. Sedangkan menurut Jelilife 1989 penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. 1. Penilaian status gizi secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan melalui empat cara penilaian yaitu pemeriksaan antropometri, klinis, biokimia, dan pemeriksaan biofisik. 2. Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui tiga penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Antropometri sebagai indikator dalam penilaian status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Menurut Supariasa 2002, parameter antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai adalah umur, berat badan, tinggi badan,lingkar lengan atas LLA, lingkaran kepala, dan lipatan kulit. Antropometri berguna dalam mengukur status gizi akibat terjadinya ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Universitas Sumatera Utara Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti satu tahun; dua tahun; tiga tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah bahwa satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan adalah 30 hari Depkes, 2004. Anggraeni 2012 mengatakan, berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa tubuh, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini harus selalu dipantau agar dapat memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi sedini mungkin guna mengatasi kecendrungan perubahan berat badan yang tidak dikehendaki. Menurut Soetjiningsih 1995, perlu diperhatikan bahwa terdapat fluktuasi yang wajar dalam sehari sebagai akibat dari adanya masukan intake makanan dan minuman, dengan keluaran output melalui urin, feses, keringat, dan nafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan lebih. Cara paling baik dalam mengukur berat badan anak adalah dengan menggunakan timbangan gantung Dacin, pada saat ditimbang anak sebaiknya tidak memakai baju atau memakai pakaian yang seminimal mungkin. Indikator BBU banyak digunakan karena hanya Universitas Sumatera Utara membutuhkan satu pengukuran, namun ketepatan pengukuran sangat tergantung pada ketepatan umur. Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang terpenting kedua. Tinggi badan dapat menggambarkan pertumbuhan tulang yang sejalan dengan pertambahan umur, keadaan yang telah lalu, dan keadaan sekarang. Berbeda dengan BB, tinggi badan tidak banyak terpengaruh oleh keadaan yang mendadak. Jika umur tidak diketahui dengan tepat, dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan Quac stick, faktor umur dapat dikesampingkan. Rahmah 2010 menyatakan bahwa tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah BBLR dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TBU Tinggi Badan menurut Umur. Indikator TBU disamping memberikan gambaran status gizi masa lalu juga erat kaitannya dengan status sosial ekonomi yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat Diana, 2004. Berat badan dan tinggi badan merupakan parameter penting dalam menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi Rahmah, 2010. Indikator BBTB merupakan indeks yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi berbagai program dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka panjang serta merupakan indikator kekurusan. Penggunaan Indeks BBU, TBU dan BBTB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh Khumaidi, 1994. Indeks BBU, TBU dan BBTB disebut juga indeks antropometri. Untuk Universitas Sumatera Utara meneliti dan memantau pertumbuhan balita dapat digunakan dengan menentukan status gizi balita berdasarkan rujukan WHO-2005. Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan WHO-2005 Indeks Status Gizi Ambang Batas Berat Badan menurut Umur BBU Gizi Normal Gizi Kurang Gizi Sangat Kurang ≥ -2 SD sampai +1 SD -2 SD sampai ≥ -3 SD -3 SD Tinggi Badan menurut Umur TBU Normal Pendek Sangat Pendek ≥ -2 SD -2 SD -3 SD Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Sangat Gemuk Gemuk Resiko Gemuk Normal Kurus Sangat kurus + 3 SD +2 SD sampai ≤ + 3 SD +1 SD ≥ -2 SD sampai +1 SD -2 SD sampai ≥ -3 SD -3 SD Sumber : WHO MGRS, 2005

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi

Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Balita Pada Penderita Diare dan ISPA di Ruang Rawat Inap Bagian Anak RSU.H.Adam Malik Medan Periode Januari sampai Juni Tahun 2000

1 38 45

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 1 17

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 8

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 24

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 4

B. Karakteristik Balita - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Diare - Pengaruh Pola Makan, Status Gizi, Higiene dan Sanitasi Makanan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

0 0 45

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pola Makan, Status Gizi, Higiene dan Sanitasi Makanan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

0 0 9