20 balita 20,0 memiliki higiene dan sanitasi makanan tidak baik dan 80 balita
80,0 memiliki higine dan sanitasi makanan yang baik seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Higiene dan Sanitasi Makanan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Higiene Sanitasi Makanan n
Baik 80
80,0 Tidak baik
20 20,0
Jumlah 100
100,0
Hasil pengukuran variabel umur dengan higiene dan sanitasi makanan di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat ditemukan bahwa mayoritas balita yang
higiene dan sanitasi makanannya tidak baik pada usia 12-24 bulan yaitu sebesar 55,0 seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Umur dengan Higiene dan Sanitasi Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Umur Higiene dan Sanitasi Makanan
Baik Tidak Baik
n n
0-6 bulan 14
17,5 5
25,0 7-11 bulan
18 22,5
2 10,0
12-24 bulan 22
27,5 11
55,0 25-59 bulan
26 32,5
2 10,0
Total 80
100,0 20
100,0
4.6 Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Balita yang mengalami penyakit diare sebanyak 19 balita 19,0 dan yang tidak menderita diare sebanyak 81 balita 81,0, secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Distribusi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Kejadian Diare n
Ya 19
19,0 Tidak
81 81,0
Jumlah 100
100,0
Hasil pengukuran variabel umur dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat ditemuka n bahwa mayoritas balita yang mengalami diare
pada usia 12-24 bulan yaitu sebesar 47,4 seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Umur dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Umur Diare
Tidak Ya
n n
0-6 bulan 17
21,0 2
10,5 7-11 bulan
15 18,5
5 26,3
12-24 bulan 24
29,6 9
47,4 25-59 bulan
25 30,9
3 15,8
Total 81
100,0 19
100,0
4.7 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Glugur Darat
Tabel silang crosstab antara pola makan yang dibandingkan dengan kejadian diare menunjukkan bahwa dari 53 balita yang mempunyai pola makan tidak baik
terdapat 17 balita 32,1 yang menderita diare. Sedangkan, dari 47 balita yang mempunyai pola makan baik, ada 2 balita 4,3 yang menderita diare. Berdasarkan
hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p=0,001 α=0,05, hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian diare pada balita. Nilai Ratio
Universitas Sumatera Utara
Prevalence sebesar 7,538 dengan 95 CI=1,837-30,922, artinya balita yang pola makannya tidak baik kemungkinan 7 kali berisiko menderita diare dibandingkan
dengan balita yang pola makannya baik. Secara rinci terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Pola Makan Diare
p Tidak
Ya Jumlah
PR n
n n
Baik
45 95,7
2 4,3
47
100,0 0,001
7,538 1,837-30,922
Tidak baik
36 67,9
17 32,1
53
100,0 4.8 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Glugur Darat
Tabel silang crosstab yang dilakukan ini untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yakni antara variabel status gizi dengan variabel kejadian diare.
Hasil menunjukkan bahwa dari 17 balita yang memiliki status gizi kurang terdapat 10 balita 58,8 yang menderita diare, sedangkan dari 83 balita yang mempunyai
status gizi normal, terdapat 9 balita 10,8 yang menderita diare. Hasil uji fisher’s exact diperoleh nilai p=0,001
α=0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian diare. Nilai Prevalence Ratio sebesar 5,425 dengan 95
CI=2,604-11,302, artinya balita yang status gizinya kurang kemungkinan 5 kali berisiko menderita diare dibandingkan dengan balita yang status gizinya normal
secara rinci terlihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat
Status Gizi
Diare p
Tidak Ya
Jumlah PR
n n
n
Normal
74 89,2
9 10,8
83 100,0
0,001 5,425
2,604-11,302 Kurang
7 41,2
10 58,8
17 100,0
4.9 Hubungan Higiene dan Sanitasi Makanan Balita dengan Kejadian Diare