Hubungan diare dengan malnutrisi, seperti dilaporkan oleh Scrimshaw, Taylor, dan Gordon pada tahun 1968, adalah dua arah, kaitannya yaitu kurang gizi
dapat merupakan komplikasi maupun faktor penyebab diare. Infeksi yang berkepanjangan, terutama pada diare dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi,
penurunan fungsi absorpsi usus, dan peningkatan katabolisme. Di sisi lain, pada balita gizi kurang terjadi penurunan proteksi barier mukosa usus yang meningkatkan
kerentanan balita tersebut terhadap infeksi Yusuf, 2011 Melihat hubungan antara diare dengan status gizi balita maka pengetahuan
orang tua, terutama ibu mengenai gizi harus baik. Seorang ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup, tidak harus mahal, bisa juga
diberikan makanan yang murah, asalkan kualitasnya baik. Pengetahuan gizi ibu yang baik akan memengaruhi status gizi anak, sehingga anak akan terhindar dari penyakit
infeksi seperti diare, karena terdapat hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara status gizi dengan penyakit infeksi.
5.3 Pengaruh Pola Makan Balita terhadap Kejadian Diare
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu untuk mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit Depkes RI, 2009; Adriani, 2012. Pola makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang menjadi
kebiasaan ibu dalam memberi dan memilih makanan berdasarkan umur, bentuk makanan, frekuensi, dan besarnya porsi yang diberikan kepada balita, termasuk
Universitas Sumatera Utara
didalamnya cara pemberian ASI dan MP-ASI. Hasil analisis pola makan balita di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur pada penelitian ini
mayoritas tidak baik yaitu sebesar 53,0 dan selebihnya balita yang pola makannya baik sebesar 47,0.
Uji statistik chi square dalam penelitian ini diperoleh nilai p=0,001 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola makan dengan kejadian diare. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setiyawatiningsih 2005, bahwa pola asuh makan anak berhubungan dengan kejadian diare. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa balita yang memiliki pola makan yang tidak baik sebagian besar mengalami kejadian diare yaitu sebesar 32,1 dibandingkan balita yang memiliki
pola makan baik hanya 4,3 yang mengalami kejadian diare. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa mayoritas penderita diare didominasi oleh balita
yang memiliki pola makan tidak baik. Adanya balita yang memiliki pola makan tidak baik di wilayah kerja
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti rendahnya pengetahuan ibu mengenai makanan bergizi,
ketidaktahuan tentang cara pemberian ASI yang baik pada balita seperti tidak mengetahui waktu yang tepat dalam memberikan kolostrum pada bayi, tidak
memberikan ASI eksklusif kepada bayi, dan tidak menyusui anak selama 2 tahun penuh. Disamping itu, masih dijumpai ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini
kurang dari usia 6 bulan, dan masih dijumpainya ibu yang memberi makan anak dengan bentuk, porsi, dan frekuensi pemberian makan yang tidak tepat. Pola makan
Universitas Sumatera Utara
yang salah dapat memengaruhi status gizi pada anak, dan secara tidak langsung nantinya akan memengaruhi kekebalan balita terhadap infeksi penyakit seperti diare.
Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan ada pengaruh pola makan terhadap kejadian diare pada balita dengan nilai p = 0,013
α 0,05 Pola makan balita yang tidak baik di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat
Kecamatan Medan Timur didominasi oleh balita yang berumur 12-24 bulan yaitu sebesar 41,5. Jika dikaitkan dengan penderita diare yang didominasi oleh balita
yang berusia 12-24 bulan yaitu sebesar 47,4, didapatkan adanya keterkaitan antara pola makan balita dengan kejadian diare pada balita yaitu pola makan balita yang
tidak baik akan lebih berisiko untuk mengalami diare. Hal ini sejalan dengan penelitian Umijati 1992, bahwa ada hubungan antara pola konsumsi makanan bayi
yang meliputi pola pemberian makanan tambahan dan pola menyusui yang terdiri dari sikap, perilaku ibu, dan cara pemberian makan kepada bayi yang salah dapat
menimbulkan bahaya gangguan pencernaan dan ketidakcukupan konsumsi. Pola makan yang tidak baik pada penelitian ini terlihat dari adanya ibu yang
tidak memberikan kolostrum pada bayi saat baru lahir, karena kolostrum dalam ASI mengandung imunoglobulin yang bersifat sebagai antibodi melawan mikroorganisme
dan mengandung lactoferrin yang mengikat besi sehingga dapat menghambat perkembangan bakteri. Pengetahuan ibu tentang waktu yang baik dalam pemberian
kolostrum tidak lepas dari peran petugas kesehatan. Dimana, pada saat ini Depkes RI telah menghimbau untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini IMD bagi ibu yang
baru mengalami persalinan. IMD merupakan proses penting yang sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
dilakukan langsung setelah bayi dilahirkan. Disamping itu, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi. Pemberian ASI eksklusif sampai bayi
mencapai usia 6 bulan dapat memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit, karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh, masih banyaknya
ibu yang memberikan susu formula pada bayi dibawah usia 6 bulan, dan memberikan MP-ASI dini kepada balita. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini beresiko terhadap
kesehatan, oleh karena secara fisiologis, sistem saluran pencernaan bayi belum siap untuk menerimanya, sehingga mudah mengalami gangguan saluran pencernaan
termasuk terkena diare. Hal ini sejalan dengan penelitian suyatno 2000, bahwa terdapat pengaruh pemberian MP-ASI dini terhadap episode diare anak. Pola makan
yang tidak baik juga terlihat dari masih adanya ibu yang tidak mengetahui bentuk, porsi, dan frekuensi makan anak secara tepat, hal ini dapat menyebabkan balita tidak
adekuat mendapatkan zat-zat penting yang dibutuhkan anak, ibu juga masih banyak yang tidak menyusui anak sampai 2 tahun penuh, tidak memberikan makanan sehat
seperti buah dan sayur setiap hari, serta kurang memperhatikan jenis snack yang dikonsumsi anak dari segi gizi dan kesehatannya.
Kesehatan balita berhubungan dengan kebiasaan ibu dalam memberikan pola makan kepada balitanya. Jika seorang ibu tidak memperhatikan keadaan anaknya
terutama dalam pemberian makan, maka anaknya tersebut akan mengalami masalah kesehatan, yaitu berupa masalah gizi yang tidak baik. Anak yang menderita gizi
kurang mempunyai kemungkinan yang lebih besar menderita penyakit diare.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Pengaruh Higiene dan Sanitasi Makanan Balita terhadap Kejadian Diare