beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut.
3.7.5 Revisi Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli,
maka akan diketahui kelemahannya. Dari kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain oleh peneliti itu sendiri.
3.7.6 Uji Coba Produk Dalam bidang pendidikan desain produk bisa langsung diuji coba setelah
divalidasi dan direvisi. Pengujian dilakukan untuk mendapatkn informasi apakah metode baru tersebut lebih efektif dibandingkan dengan metode mengajar yang
lama. 3.7.7 Revisi Produk
Desain metode belajar perlu direvisi agar kreatifitas murid dalam belajar meningkat. Setelah direvisi, maka perlu diuji coba pada kelas yang lebih luas.
Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih luas.
3.7.8 Uji Coba Pemakaian Produk Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka produk baru tersebut dapat
diterapkan dalam lingkup lembaga yang lebih luas. 3.7.9 Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian di lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Tahap-tahap di atas apabila
digambarkan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Produk
3.8 Prosedur Pembuatan Produk
Pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia didasarkan pada teori Sugiono 2010. Berdasarkan hasil analisis data di atas,
peneliti mengembangkan produk dengan tahapan sebagai berikut.
a. Melakukan observasi dan mengumpulkan data terhadap masalah
ketidaksantunan di sekolah.
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap masalah kesantunan siswa di SMKN 2 Depok. Peneliti menggunakan teknik observasi kelas,
kuesioner, dan wawancara sebagai instrumennya. Teknik observasi kelas digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana interaksi kesantunan bahasa
antara guru dan siswa, maupun siswa dan siswa yang terjalin selama proses belajar mengajar berlangsung.
Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan angket kuesioner kepada seluruh siswa. Siswa diharapkan menjawab beberapa pertanyaan dengan mengisi
Pengumpulan data atau informasi
Desain produk
Validasi desain
Revisi desain Uji coba produk
Revisi produk Uji coba
pemakaian produk
Revisi produk
Potensi dan Masalah
kolom yang tersedia dengan jawaban yang sejujurnya, mengenai kesantunan bahasa yang mereka kuasai dan mereka pergunakan dalam percakapan sehari-hari,
baik dikelas maupun dilingkungan sekolah. Langkah yang terakhir adalah wawancara dengan siswa dan guru. Langkah ini
digunakan sebagai umpan balik dari langkah sebelumnya. Pada langkah wawancara ini peneliti melakukan cross check beberapa pertanyaan dari kuesioner
bagaimana pendapat siswa dan guru mengenai kesantunan bahasa yang mereka ketahui.
b. Membuat desain produk yang akan dihasilkan modul.
Berdasarkan langkah di atas, pada tahap ini peneliti membuat modul pembelajaran kesantunan berbahasa untuk siswa.
c. Penilaian desain produk modul.
Pada tahap penilaian ini, modul dinilai oleh seorang ahli dibidangnya. Penilaian dilakuakan untuk mengetahui layak atau tidaknya modul tersebut
digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kesantunan berbahasa siswa. d.
Revisi desain
Bila modul belum layak dan belum memenuhi kriteria yang semestinya, maka dilakukan revisi.
e. Melakukan uji coba produk modul.
Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan. Pada tahap ini modul yang telah dinilai oleh para ahli, dan direvisi menurut saran ahli diujicobakan
dilapangan pada proses belajar mengajar.
f. Revisi Produk
Dari hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh saran dan masukan agar modul yang dihasilkan nantinya dapat lebih baik. Setelah mendapat saran dan masukan,
dilakukan revisi produk.
g.
Produk Akhir
Setelah dilakukan penilaian dari para ahli dan subjek lapangan maka modul tersebut dapat digunakan untuk sarana pembelajaran kesantunan berbahasa
Indonesia. Prosedur pembuatan produk apabila disederhanakan dengan bagan akan tampak sebagai berikut.