Deskripsi Data HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
bahasa yang kurang santun terhadap guru dan sesama siswa yang lain. Ketika siswa berbicara dengan sesama teman, dan menegur teman yang salah, dengan
kata yang tidak santun seperti “goblok bodoh”, ada pula yang menyoraki teman yang mendapat nilai jelek, tak sedikit pula yang memenggal atau memotong
kalimat teman atau guru yang sedang menjelaskan sesuatu.
4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Data Kuesioner
Dewasa ini penggunaan bahasa yang santun cenderung kurang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam lingkungan pendidikansekolah.
Siswa lebih cenderung mengikuti tren bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun. Bahasa yang tidak santun
dapat berakibat lunturnya kepedulian antar sesama, bahkan akibat buruknya dapat menjadi sumber permusuhan dan perselisihan. Dari hasil angket, peneliti
mengelompokkan hasilnya kedalam beberapa kolom sebagai berikut. 1.
Penggunaan Bahasa yang Beraura Santun Santun atau tidaknya sebuah tuturan dapat dilihat dari bahasa yang digunakan
oleh penutur dan lawan tuturnya. Bahasa yang santun dapat dilihat dari beberapa aspek pilihan kata dan kalimat yang digunakan, nada atau intonasi suara, dan
gerak mimik wajah. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut.
Tabel 4.1 Penggunaan Bahasa yang Beraura Santun
No Pertanyaan
Ya Tidak Sering
Kadang- kadang
1. Apakah Anda selalu
menggunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan pada orang lain?
32 -
11 14
2. Apakah Anda selalu
menggunakan frasa „terima kasih‟ sebagai penghormatan atas
kebaikan orang lain? 41
- 10
6
3. Apakah Anda selalu
menggunakan kata „maaf‟ketika tuturanmu menyinggung perasaan
orang lain? 35
1 9
12
4. Apakah Anda selalu
menggunakan kata „beliau‟ untuk menyebut orang ketiga yang lebih
dihormati? 16
14 2
25
5. Apakah Anda selalu
menggunakan kata „Anda‟ untuk menyebut orang lain yang belum
dikenal? 13
20 6
18
Dapat dilihat dari hasil kuesioner di atas, pada penggunaan kata yang beraura
santun. Terdapat 14 siswa 56 yang menjawab kadang-kadang ketika menggunakan kata „tolong‟ ketika mereka meminta bantuan pada orang lain.
Jumlah ini masih lebih banyak dibanding dengan jawaban sering sebanyak 11 siswa 19. Dari sini dapat kita katakan bahwa ada beberapa siswa yang masih
belum menggunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan pada orang lain. Ketika menginginkan bantuan dari orang lain seharusnya menggunakan kata “tolong”.
Dengan menggunakan kata tersebut, orang lain yang membantu akan dengan sukarela dan senang hati membantu dibandingkan dengan langsung menyuruh
tanpa mengucapkan kata „tolong‟
Saat menerima bantuan dari orang lain kata “terima kasih” dapat mewakili atas jasa yang telah orang lain lakukan. Dengan demikian, mereka akan merasa
dihargai atas apa yang dilakukan. Jika dilihat dari hasil kuesioner tersebut lebih dari 50, atau sebanyak 41 siswa sudah melakukan hal tersebut.
Setiap individu pasti pernah melakukan kesalahan, setiap kali bersalah kita pasti langsung meminta maaf agar kesalahan kita dapat diampuni dan tidak
menimbulkan dendam. Namun tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Ini dibuktikan dari hasil kuesioner terdapat 1 siswa yang tidak menggunakan kata
„maaf‟ ketika melakukan kesalahan. Siswa yang menjawab kadan-kadang sebanyak 12 orang 21. Artinya, ada beberapa siswa yang dengan sengaja
berbuat salah dan enggan untuk meminta maaf. Hal tersebut tentu bukan cerminan berbahasa Indonesia yang santun. Jika kondisi seperti ini masih dilakukan,
ditakutkan dapat menimbulkan tawuran antar pelajar, kekacauan, dan kesalahpahaman.
Begitupun dengan penggunaan kata sapaan „beliau‟ dan „Anda‟. Sebanyak 14 siswa 25 tidak menggunakan kata tersebut untuk menyebut orang ke-3 yang
lebih dihormati. Jumlah ini mempunyai selisih sedikit dengan siswa yang menggunakan kata sapaan tersebut untuk menyebut orang ke-3 yang lebih
dihormati, yakni 16 siswa 28. Artinya, siswa masih cenderung menggunakan kata „dia‟ untuk menyebut orang ke-3.
Kata „Anda‟ rupanya belum cukup banyak digunakan untuk menyapa orang lain yang tidak dikenal. Sebanyak 20 siswa 35, tidak menggunakan kata
tersebut untuk menyapa orang lain yang belum dikenali. Sama kasusnya dengan