Tipe-tipe Materi Landasan Teori

Beberapa tips yang diberikan oleh Kaufeldt berkaitan dengan ke-6 unsur pembelajaran tersebut adalah: 1. Lingkungan Fisik a. Pertimbangkanlah bagaimana dampak-dampak yang akan muncul oleh adanya rangsangan lingkungan terhadap otak dan tubuh fisik siswa. b. Buatlah pengubahan tempat duduk dalam ruang kelas anda agar dapat mengakomodasi pilihan-pilihan yang diinginkan oleh siswa. c. Guru juga mengkaji kemungkinan-kemungkinan penggunaan tempat belajar sumber belajar lainnya selain dalam ruang kelas. 2. Lingkungan Sosial a. Kepada semua siswa, guru harus dapat memantapkan perasaan memiliki dan diikutsertakan dalam kelompok-kelompok belajar. b. Buatlah pengaturan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai dalam kaitan pembentukan pasangan diskusi atau kelompok-kelompok belajar. Ini dpat membantu mengurangi kemungkinan stres pada siswa dn tentu saja lebih menghemat waktu. c. Guru harus mampu mengenali kelompok-kelompok belajar yang terbentuk secara natural di dalam kelas. Ini penting karena dapat membantu guru mengajar ulang atau mengelompokkan siswa-siswa berdasarkan minat mereka. 3. Penyajian oleh Guru a. Dalam menyajikan materi ajar, guru harus dapat menggunakan hal-hal baru yang dapat menarik perhatian siswa, dan mungkin dengan tambahan humor. b. Buatlah koneksi antara konsep dan keterampilan baru dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga membuat pembelajaran mereka menjadi kontekstual. c. Buatlah proses-proses pembelajaran dan penemuan dengan sebuah proyek, percobaan, eksperimen, atau pemanfaatan IT. 4. Konten atau Materi Pembelajaran a. Selalu menekankan arti konten, relevansi, dan manfaatnya sehingga siswa tertantang dan termotivasi untuk belajar. b. Buatlah siswa menjadi terpikat dengan materi ajar. Caranya dengan mengajarkan suatu wilayah spesifik secara lebih mendalam. c. Usahakan mengatur agar pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum itu cocok dan dapat memberi akomodasi kepada seluruh siswa dalam berbagai tingkatan dan kesiapan siswa yang berbeda-beda. 5. Proses Pembelajaran a. Dalam proses pembelajaran, masukkan beragam kegiatan dan refleksi agar terbangun ingatan jangka panjang. b. Susunlah secara harmonis peluang-peluang untuk pilihan dengan menggunakan berbagai tingkat kemampuan siswa sehingga mereka berkesempatan untuk sukses. c. Manfaatkan sumber-sumber teknologi yang ada untuk pengumpulan beragam informasi untuk mengintegrasikan pemahaman siswa. 6. Produk-Produk Pembelajaran a. Rancanglah urutan-urutan proyek sehingga memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pemahamannya melaluipencapaian-pencapaian nyata. b. Berikan tugas-tugas, atau pertanyaan-pertanyaan pada level yang lebih tinggi higher order thinking dalam taksonomi Bloom. c. Rancanglah beragam produk dan tes bagi siswa untuk menunjukkan seberapa dalam pemahaman mereka akan suatu konten pembelajaran.

2.2.12 Kerangka Berpikir

Pragmatik Kesantunan Kurikulum Pengembangan materi pembelajaran kesantunan Modul kesantunan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang pemakaian bahasa antara unsur bahasa itu sendiri dan pemakai bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesantunan berasal dari kata dasar santun yang berarti halus dan baik budi bahasanya, tingkah lakunya. Sedangkan menurut Robin Lakoff 1973, kesantunan adalah sebuah tuturan yang tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan memberi pilihan pada lawan tutur, dan lawan tutur menjadi senang. Bruce Fraser 1978, berpendapat bahwa kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan tuturan dan di dalam hal ini menurut pendapan si lawan tutur, bahwa si lawan tutur tidak melampaui haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya. Kesantunan menurut Leech 1993, adalah sebuah tuturan dikatakan santun apabila memenuhi enam maksim yang termasuk dalam prinsip kesantunan. Maksim tersebut adalah kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, kerendahan hasil, kesetujuan, dan kesimpatian. Menurut Brown dan Levinson 1978, kesantunan itu berkisar atas nosi muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional, yang berkeinginan agar semua yang dilakukan, dimilikinya diakui oleh orang lain sebagai hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Sebaliknya, muka negatif mengacu pada citra diri seseorang yang rasional yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Grice 1975, berpendapat kesantunan akan tercapai jika memenuhi empat maksim. Maksim tersebut adalah maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan pelaksanaan. Sedangkan Pranowo 2005, berpendapat bahwa kesantunan dapat dicapai ketika memperhatikan hal-hal berikut : 1 angon rasa, 2 adu rasa, 3 empan papan, 4 sifat rendah hati, 5 sikap hormat, dan 6 tepa selira Abdul Chaer, 2010:45. Dari berbagai pengertian kesantunan bahasa yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesantunan adalah sebuah tuturan yang tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan memberi pilihan pada lawan tutur, dan lawan tutur menjadi senang dan memenuhi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Kurikulum dikembangkan dan diterapkan secara periodik setiap tahunnya, ini berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang pesat. Sehingga diharapkan penggunaan kurikulum dapat membantu proses belajar siswa dengan lebih baik. Dari teori kesantunan yang telah ada dan kurikulum sebagai panduan pembelajaran maka disusunlah sebuah pengembangan pembelajaran kesantunan bahasa Indonesia bagi siswa. Sehingga dapat terwujud pembelajaran yang lebih baik dan santun, dan tercipta lingkungan komunikasi yang baik antara guru dan murid. Setelah pembelajaran di dalam kelas terwujud secara kondusif kemudian disusun modul untuk pembelajaran kesantunan bahasa Indonesia bagi siswa sebagai acuan dalam proses belajar dan mengajar di kelas.