tuturan interogatif. Hasil kedua peneliti menemukan lima penyimpangan maksim yang terjadi dalam tuturan imperatif yang dituturkan guru SMP Negeri 1
Pringsurat yaitu maksim kemurahan hati, maksim kebijaksanaan, maksim cara, maksim pemufakatan, dan maksim penghargaan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada spesifikasinya. Peneliti mengambil tema, pengembangan materi
pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia pada siswa SMK.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Leech dalam Nababan, 1987 menyatakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Bila dikaitkan dengan
semantik, studi semantik bersifat komplementer yang berarti bahwa studi tentang penggunaan bahasa dilakukan baik sebagai bagian terpisah dari sistem formal
bahasa maupun sebagai bagian yang melengkapinya. Levinson dalam Nababan, 1987 menyatakan bahwa pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Sementara Parker dalam Wijana, 1996 menyatakan “Pragmatics is distinct from grammar, which is the
study of languange use to communicate”.
Pragmatik akan selalu berhubungan dengan penutur dan makna yang dipengaruhi oleh situasi. Oleh karena itu, sebuah tuturan bisa memiliki makna
yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna
dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut
disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu
kalimat, anggapan-anggapan
mengenai yang
terlibat dalam
tindakan mengutarakan kalimat.
2.2.2 Teori Tindak Tutur
Austin dalam Nababan, 1987 menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut
kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur. Yule 2006 mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan.
Ada dua jenis ujaran menurut Austin dalam Nababan, 1987, yaitu ujaran konstatif dan performatif. Ujaran konstantif ujaran yang tidak melakukan tindakan
dan dapat diketahui salah-benarnya. Menurut Austin, ujaran konstantif adalah jenis ujaran yang melukiskan suatu keadaan faktual, yang isinya boleh jadi
merujuk ke suatu fakta atau kejadian historis yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Ujaran konstantif memiliki konsekuensi untuk ditentukan benar atau salah
berdasarkan hubungan faktual antara si pengujar dan fakta sesungguhnya. Jadi, dimensi pada ujaran konstatif adalah benar-
salah, contoh: “Kamu terlihat bahagia”.
Ujaran performatif yaitu ucapan yang berimplikasi dengan tindakan si penutur sekalipun sulit diketahui salah-benarnya, tidak dapat ditentukan benar-salahnya
berdasarkan faktanya karena ujaran ini lebih berhubungan dengan perilaku atau
perbuatan si penutur, contoh : “Dengan ini Saudara saya nyatakan bersalah”.
Dimensi pada ujaran performatif adalah senang-tidak senang. Selanjutnya, Searle dalam Rahardi, 2005 menggolongkan tindak tutur ilokusi
itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat
dirangkum sebagai berikut. a.
Asertif Assertives, yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan stating,
menyarankan suggesting, menbual boasting, mengeluh complaining, dan mengklaim claiming.
b. Direktif Directives, yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya
untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan orderin, memerintah commanding, memohon requesting,
menasehati advising, dan merekomendasi recommending. c.
Ekspresif Expressives, yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu
keadaan, misalnya
berterima kasih
thanking, memberi
selamat congratulating, meminta maaf pardoning, menyalahkan blambing,
memuji praising, berbelasungkawa condoling. d.
Komisif Commissives, yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji promising, bersumpah
vowing, dan menawarkan sesuatu offering.