Indikator Kesantunan Berbahasa Indonesia

4. Tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya. 5. Tidak boleh memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau kelebihan diri sendiri. c. Indikator Kesantunan Menurut Leech 1983 Leech memandang prinsip kesantunan merupakan “piranti” untuk menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung dalam mengungkapkan maksudnya. Tuturan dianggap santun jika ditandai dengan hal- hal berikut. 1. Tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur maksim kebijaksanaan. 2. Tuturan lebih baik menimbulkan kerugian pada penutur maksim kedermawanan. 3. Tuturan dapat memberikan pujian kepada mitra tutur maksim pujian. 4. Tuturan tidak memuji diri sendiri maksim kerendahan hati. 5. Tuturan dapat memberikan persetujuan kepada mitra tutur maksim kesetujuan. 6. Tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami oleh mitra tutur maksim simpati. 7. Tuturan dapat mengungkapkan sebanyak–banyaknya rasa senang pada mitra tutur maksim pertimbangan. Menurut Kunjana 2005: 66-68, indikator kesantunan Leech terdapat lima macam diantaranya: 1. Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan tersebut menguntungkan diri penutur, maka semakin dianggap tidak santunlah tuturan tersebut. 2. Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk pada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Semakin memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak maka semakin santunlah tuturan tersebut. 3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, menunjuk pada langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan bersifat tidak langsung, akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut. 4. Authority scale atau skala keotoritasan, menunjuk pada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak status sosial antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak status sosial antara keduanya, akan cenderung berkurang peringkat kesantunan tuturan yang digunakan. 5. Social distance scale atau skala jarak sosial, menunjuk pada hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Semakin dekat jarak sosial diantara keduanya,tuturan yang digunakan akan cenderung kurang santunlah tuturan tersebut. Sebaliknya, semakin jauh jarak sosial antara keduanya maka cenderung semakin santunlah tuturan tersebut. d. Indikator Kesantunan Menurut Pranowo 2005 Indikator lain diungkapkan oleh Pranowo, bahwa agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan hal-hal berikut: 1. Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan angon rasa. 2. Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan adu rasa. 3. Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati empan papan. 4. Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur rendah hati. 5. Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi sikap hormat. 6. Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur sikap tepa salira. Selain itu, indikator diatas juga dapat dilihat melalui pemakaian kata-kata tertentu sebagai pilihan kata yang dapat mencerminkanrasa santun, misalnya: 1.Gunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan orang lain. 2.Gunakan frasa „terima kasih‟ sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain. 3. Gunakan kata „maaf‟ untuk tuturan yang diperkirakan menyinggung perasaan orang lain. 4. Gunakan kata „beliau‟ untuk menyebut orang ketiga yang lebih dihormati. 5. Gunakan kata „Anda‟ untuk menyebut orang lain yang belun dikenal.

2.2.8 Kurikulum 2013 SMK

Kurikulum dikembangkan dan diterapkan secara periodik setiap tahunnya, ini berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang pesat. Dalam penyusunan kurikulum tersebut sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan nasional, melainkan harus dikembangkan dalam konteks internasional. Terdapat beberapa karakteristik kebaruan kurikulum 2013 diantaranya sebagai berikut. a. Cara pandang kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 mempunyai orientasi pada siswa, fokus pembelajaran terdapat pada siswa bukan pada guru. b. Menggunakan pendekatan ilmiah scientific yang menekankan pada lima langkah, yaitu mengamati, menanya, menalar mengumpulkan informasi, mencobaeksperimen, dan komunikasi lisantulis. c. Kurikulum 2013 juga memperkenalkan Kompetensi Inti yang terbagi menjadi empat, yaitu. c.1. KI 1 berisi tentang sikap religius c.2. KI 2 berisi tentang sikap sosial c.3. KI 3 berisi tentang pengetahuan faktual, konseptual, dll c.4. KI 4 berisi tentang keterampilan d. Penilaian kurikulum 2013 dilakukan untuk seluruh KI. KI 1 dan KI 2 dinilai menggunakan non tes observasi, angket, dan skala sikap. Penilaian dengan tes biasanya digunakan untuk KI 3. Sedangkan, untuk KI 4 bisa menggunakan penilaian dalam bentuk tes maupun non tes unjuk kerja, proyek, dan portofolio. e. Tugas guru dalam kurikulum 2013 disamping sebagai fasilitator juga menyusun RPP sedangkan silabus tidak disusun oleh guru tetapi disediakan oleh pemerintah. Pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, langkah-langkah pendekatan tersebut adalah: 1. Mengamati observing Pada proses mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik menjadi senang dan tertantang, mudah pelaksanaannya. Hal lain manfaat dari proses ini adalah untuk pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2. Menanya questioning Guru yang baik adalah guru yang mampu merangsang peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbingmemandu peserta didik belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, pada saat itu ia mendorong muridnya untuk menjadi pembelajar yang baik. 3. Menalar associating Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi. Artinya, pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. 4. Mencoba experimenting Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba terutama untuk mater yang sesuai, mata pelajaran IPA misalnya. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu a persiapan, b pelaksanaan, c tindak lanjut. 5. Membentuk jejaring networking Jejaring pembelajaran disebut juga pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran dimana kewenangan guru lebih bersifat direktif, sebaliknya peserta didiklah yang harus lebih aktif. Pada kurikulum 2013 untuk siswa SMK terdapat beberapa KD yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa Indonesia. Ini terdapat pada setiap jenjang kelas di SMK, mulai dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Kelas X terdapat pada KI 2 menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,