32 Kelas XI SMASMK
Seiap kita hendak bepergian, kita harus pamit dan minta izin lebih dulu kepada orang tua. Beri tahu ke mana kita akan pergi dan apa tujuannya. Begitu pula
seiap kita pulang dari bepergian, sapa dulu mereka dan laporkan kejadian dalam perjalanan kita tersebut. Hal yang sangat memprihainkan pada saat sekarang
adalah anak-anak di rumah merasa idak perlu lagi memberitahukanmelapor kepada orang tua saat baru iba di rumah setelah bepergian.
”Menjadi anak orang, jika akan bepergian wajib memberi tahu ke mana ia akan pergi. Jika sudah kembali, ia wajib menemui orang tua. Ke mana ia pergi,
wajib ada tujuan yang pasi. Apa yang dilaihnya wajib berkait pekerjaannya.” Li Ji
I A: 45
e. Jangan Asal Melakukan
Urusan sekecil apapun, jangan melakukannya dengan asal-asalan. Segala urusan yang kita lakukan dengan asal-asalan tentu hasilnya idak akan memadai.
Seringkali orang menyepelekan hal-hal kecil, padahal justru dalam hal-hal kecil itu dapat menunjukkan apakah seseorang konsisten untuk selalu melakukan
sesuatu dengan sungguh-sungguh sebagai wujud komitmennya. Perlu diingat, bahwa kesalahan dalam hal-hal kecil ini dapat merusak citra dan kehormatan diri
terkait dengan status dan peran kita dalam keseharian.
Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang perlunya komitmen dan konsistensi dalam melakukan segala sesuatu. Misalnya: membereskan
tempat idur, membereskan buku pelajaran, gosok gigi sebelum idur, mencuci tangan sebelum makan, merupakan contoh hal-hal kecil yang sering kali
dilakukan dengan asal-asalan. Padahal semua itu bermanfaat bagi pembentukan karakter yang baik jika dilakukan sungguh-sungguh. Sebaliknya, jika dilakukan
dengan asal-asalan, akan berakibat fatal, dan dalam kurun waktu panjang akan membentuk karakter yang idak baik.
f. Jangan Mengambil Barang Orang Lain
Walaupun kita sangat menyukai suatu benda, jika benda tersebut bukan milik kita, jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu kelihatannya kurang
berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan diambil dengan cara apa pun juga. Kalau ini dilakukan, orang tua kita pasi akan merasa malu dan kecewa.
Nama baik kita pun akan tercela karenanya.
Alkisah, ada seorang Jenderal yang terkenal “bersih” di zaman Dinasi Jin bernama Tao Kan. Dia menjadi terkenal karena didikan Ibundanya yang disiplin
dan keras. Pernah suatu kali, sewaktu Tao Kan masih pegawai rendahan di pabrik
di un
du h
da ri
psmk. ke
md ikb
ud .g
o. id
p smk
33
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri
pengolahan ikan, dia mengirimi sang Ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya marah dan mengembalikan kaleng ikan asin
itu kepada anaknya disertai sepotong kata bijak yang mendidik. “Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah mengambil barang milik negara, ini perbuatan yang idak
terpuji.”
g. Melakukan yang Baik Meninggalkan yang Buruk
Semua orang tua pasilah menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa seiap orang tua juga menghendaki anak-anaknya untuk
selalu berbuat baik. Seorang anak berbaki senaniasa memenuhi harapan dan cita-cita mulia kedua orang tuanya. Oleh karenanya, seorang anak berbaki
sangat memperhaikan hal tersebut.
Di mana pun kita berada dan di mana pun orang tua kita, kita sebagai anaknya idak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita melakukan hal-hal yang
buruk, orang tua kita tetaplah terkena dampak buruknya. Maka, melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk merupakan perwujudan perilaku baki
kita kepada orang tua.
”Meskipun ayah bunda telah meninggal dunia, jika akan melakukan sesuatu yang baik, wajib selalu mengingat bahwa dengan hasil pekerjaannya itu dapat
memuliakan nama baik ayah bundanya. Jika akan melakukan sesuatu yang idak baik, wajib selalu mengingat bahwa hasilnya dapat memalukan ayah bundanya.”
Li Ji
X: I.I.17
h. Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani