Lima Hubungan dan Sepuluh Kewajiban

22 Kelas XI SMASMK Akivitas Mandiri Tugas Berikan komentar dan pandanganmu terkait pernyataan bahwa Laku Baki ini ajaran Khonghucu Apa yang dapat kamu simpulkan dari materi tersebut?

C. Laku Baki Xiao kepada Orang Tua

1. Lima Hubungan dan Sepuluh Kewajiban

Telah dijelaskan bahwa Xiao secara imani adalah memuliakan hubungan dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia. Di dalam hubungannya dengan sesama manusia, terdapat konsepsi Wu Da DaoWu Lun lima hubungan kemasyarakatan sebagai jalanhubungan yang mesi ditempuhdijalani oleh manusia. Maka, Wu Lun diyakini sebagai Jalan Suci yang harus ditempuh manusia di atas dunia. ”Adapun Jalan Suci yang harus ditempuh manusia di atas dunia mempunyai lima perkara dan iga pusaka di dalam menjalankannya, yakni: Hubungan raja dan menteriatasan dan bawahan; orang tua dan anak, suami dan istri, kakak dan adik, dan teman dan sahabat. Lima perkara inilah Jalan Suci yang harus ditempuh manusia di dunia.” ”Kebijaksanaan, cinta kasih, dan berani, iga pusaka inilah kebajikan yang harus ditempuh, yang hendak menjalani harus satu tekadnya.” 教 孝 文 Xiao arinya: Baki Ajaran tentang Xiao Wen arinya: Ajaran di un du h da ri psmk. ke md ikb ud .g o. id p smk 23 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Dari lima Hubungan Kemasyarakatan Wu Lun melahirkan konsepsi Shi Yi Sepuluh Kewajiban, yaitu: § Orang tua harus bersikap kasih sayang § Anak dapat bersikap baki § Atasan dapat bersikap cinta kasih § Bawahan dapat seia dan hormat § Suami dapat besikap benaradiltahu kewajiban § Istri dapat bersikap patuh menyesuaikan diri § Kakak dapat bersikap mendidik § Adik dapat bersikap hormat dan rendah hai § Yang lebih tua dapat mengalah dan rendah hai § Yang lebih muda dapat bersikap patuh Dari konsepsi Wu Lun dan Shi Yi tersebut dapatlah disimpulkan pengerian imani bahwa sesungguhnya antara manusia dengan Tuhan sebagai pencipta ada ayah dan ibu orang tua yang melahirkan, merawat dan membesarkan. Dengan demikian satya kepada Tuhan idak bisa idak dirangkai dengan baki kepada orang tua, dan laku baki itu hendaknya diimani dan diamalkan dengan bentuk yang lurus sebagai wujud pengamalan berawal dengan merawat badan hingga membina diri, hingga terlaksana satya dan baki. Keluarga adalah sarana yang paling dekat untuk mewujudkan satya dan tepasalira, di mana di dalamnya terkandung: Hormat kepada orang tua adalah langkah pertama hormat kepada Tuhan, baki kepada orang tua adalah wujud nyata baki kepada Tuhan, dan sembahyang kepada arwah leluhur adalah sembahyang kepada kebesaran Tuhan. Gambar 2.3. Hormat kepada orang tua adalah langkah awal hormat kepada Tuhan. Sumber: dokumen penulis di un du h da ri psmk. ke md ikb ud .g o. id p smk 24 Kelas XI SMASMK Keluarga bukan sekadar suami dan istri membesarkan anak-anaknya, tetapi mencakup pengerian sakral, di mana mereka dituntut agar selalu harmonis, dan iap-iap pribadi berperan dan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana itu. Orang sering menyempitkan dan merendahkan citra laku baki dengan menganggap bahwa hal itu hanya ditujukan kepada orang tua saja. Padahal kalau dikaji benar-benar, sesungguhnya laku baki itu termasuk aspek memelihara lingkungan, seperi yang dikatakan Zhengzi: ”Pohon-pohon dipotong hanya jika tepat pada waktunya. Burung dan hewan-hewan dipotong hanya jika tepat pada waktunya.” Nabi Kongzi bersabda, “Sekali memotong pohon, sekali memotong hewan idak pada waktunya, itu idak berbaki.” Namun terlepas dari semua itu, memang laku baki yang ditujukan kepada orang tua merupakan awal dari pengamalan baki dalam kehidupan, seperi tersirat dalam kitab baki Xiaojing Bab IX: 5 berikut ini: ”Jalan Suci hubungan antara ayah dan anak itulah oleh Watak Sejai karunia Tian . Di dalamnya terkandung kebenaran hubungan antara pemimpin dan pembantu. Seorang anak menerima hidupnya dari ayah-bunda. Adakah pemberian yang lebih besar dari ini? Serasinya hubungan dengan pemimpin dan dengan orang tua: adakah yang lebih pening dari ini? Maka, jika orang idak mencintai orang tuanya, tetapi dapat mencintai orang lain, itulah kebajikan yang terbalik. Tidak hormat kepada orang tua sendiri, tetapi dapat hormat kepada orang lain, itulah kesusilaan terbalik. Orang mengikui hal yang justru melanggarmelawan kebenaran, rakyat idak mendapatkan sesuatu yang patut diiru. Tiada perbuatan baik dapat dilakukan, semua perbuatannya hanya merusak kebajikan. Biarpun mungkin ia dapat berhasil mencapai sesuatu, seorang Junzi berbudi luhur idak dapat menghargainya.” Nabi bersabda, “Pada zaman dahulu, raja yang cerah bain mengabdi kepada ayahnya dengan laku baki, demikian ia cerah bain mengabdi kepada Tian. Ia mengabdi kepada ibunya dengan laku baki, demikian ia cermat mengabdi kepada bumi, berkah Tuhan pun datanglah.” Gambar 2.4. Dapat mencintai orang lain tetapi idak mencintai orang tua sendiri adalah kebajikan yang terbalik. Sumber: dokumen penulis di un du h da ri psmk. ke md ikb ud .g o. id p smk 25 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Mengzi berkata, ”Mengabdi kepada siapakah yang terbesar? Mengabdi kepada orang tua itulah yang terbesar. Menjaga apakah yang terbesar? Menjaga diri sendiri itulah yang terbesar.” ”Orang yang idak kehilangan dirinya dan dapat mengabdi kepada orang tuanya, aku pernah mendengar. Tetapi, orang yang kehilangan dirinya dapat mengabdi kepada orang tuanya, aku belum pernah mendengar. Siapa yang idak melakukan pengabdian? Mengabdi kepada orang tua itulah pokok pengabdian. Siapa yang idak melakukan penjagaan? Menjaga diri sendiri itulah pokok penjagaan.” ”Cinta kasih itulah kemanusiaan, dan mengasihi orang tua itulah yang terbesar. Kebenaran itulah kewajiban hidup, dan memuliakan para bijaksana itulah yang terbesar.” Zhongyong Bab XIX: 5 Mengzi berkata, “Hakikat cinta kasih itu ialah dapat mengabdi kepada orang tua. Hakikat kebenaran itu ialah dapat menurut kepada kakak. Hakikat kebijaksanaan itu ialah tahu akan kedua perkara itu. Hakikat musik itu ialah dapat merasakan kesenangan dalam dua perkara itu. Kalau kesenangan itu sudah tumbuh, pertumbuhannya akan terjadi tanpa suatu paksaan, dengan tanpa dipikirkan sang kaki dapat melangkah dan sang tangan dapat menari dengan baik.” Mengzi IV: 27 Nabi Kongzi bersabda, ”Mendidik rakyat untuk saling mengasihi, iada jalan yang lebih baik daripada laku baki.” Xiaojing XII : 1 Nabi Kongzi bersabda, 1 “Demikian seorang anak berbaki mengabdi melayani orang tuanya. Di rumah, sikapnya sungguh hormat; di dalam merawatnya, sungguh-sungguh berusaha memberi kebahagiaan; saat orang tua sakit, ia sungguh- sungguh prihain; di dalam berkabung, ia sungguh-sungguh bersedih; dan, di dalam menyembayanginya, ia melakukan dengan sungguh-sungguh hormat. Orang yang dapat melaksanakan lima perkara ini, ia benar-benar boleh dinamai melakukan pengabdian kepada orang tua.” 2 “Orang yang benar-benar mengabdi kepada orang tuanya, saat berkedudukan inggi, idak menjadi sombong; saat berkedudukan rendah, idak suka mengacau; dan, di dalam hal-hal yang remeh, idak mau berebut.” 3 “Berkedudukan inggi berlaku sombong, niscaya akan mengalami keruntuhan; berkedudukan rendah suka mengacau, niscaya dihukum; dan, di dalam hal-hal yang remeh suka berebut, niscaya sering berkelahi. Jika orang idak dapat menghilangkan iga sifat ini, meski iap hari memelihara orang tuanya dengan menyuguhi macam- macam daging, ia tetap seorang anak idak berbaki.” Xiaojing X: 1-3 di un du h da ri psmk. ke md ikb ud .g o. id p smk 26 Kelas XI SMASMK

2. Awal Laku Baki