Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani Konsistensi Laku Baki

33 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri pengolahan ikan, dia mengirimi sang Ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya marah dan mengembalikan kaleng ikan asin itu kepada anaknya disertai sepotong kata bijak yang mendidik. “Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah mengambil barang milik negara, ini perbuatan yang idak terpuji.”

g. Melakukan yang Baik Meninggalkan yang Buruk

Semua orang tua pasilah menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa seiap orang tua juga menghendaki anak-anaknya untuk selalu berbuat baik. Seorang anak berbaki senaniasa memenuhi harapan dan cita-cita mulia kedua orang tuanya. Oleh karenanya, seorang anak berbaki sangat memperhaikan hal tersebut. Di mana pun kita berada dan di mana pun orang tua kita, kita sebagai anaknya idak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, orang tua kita tetaplah terkena dampak buruknya. Maka, melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk merupakan perwujudan perilaku baki kita kepada orang tua. ”Meskipun ayah bunda telah meninggal dunia, jika akan melakukan sesuatu yang baik, wajib selalu mengingat bahwa dengan hasil pekerjaannya itu dapat memuliakan nama baik ayah bundanya. Jika akan melakukan sesuatu yang idak baik, wajib selalu mengingat bahwa hasilnya dapat memalukan ayah bundanya.” Li Ji X: I.I.17

h. Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani

Orang tua akan sangat cemas dan khawair jika kita sakit, terluka atau badan “kumuh”, dan idak terawat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan jasmani, jangan sampai sakit, terkilir, dan terluka. Secara jasmani kita mendapatkan hidup dari kedua orang tua. Tumbuh, rambut dan kulit diterima dari ayah-bunda. Ini adalah warisan yang paling berharga dari mereka, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya sehingga idak luka dan rusak. Jangan sampai kelalaian kita membuat badan kita terluka, karena hal itu akan membuat orang tua kita cemas. Orang tua juga akan malu apabila ingkah laku kita idak baik. Perilaku yang baik ini menunjukkan moralitas yang sehat. Perbuatan baik yang dimaksud harus dilakukan sampai akhir hayat. di un du h da ri psmk. ke md ikb ud .g o. id p smk 34 Kelas XI SMASMK

i. Konsistensi Laku Baki

Pada dasarnya, orang tua menyayangi anaknya dengan sepenuh hai. Maka, selayaknyalah seorang anak berbaki kepada orang tua. Namun, karena satu dan lain hal dapat saja orang tua membenci anak. Dalam kondisi seperi ini, anak tetap wajib berbaki kepada orang tuanya. Cerita tentang orang tua yang membenci anaknya dialami oleh Nabi Shun. Diceritakan orang tuanya pernah menyuruh Shun memperbaiki lumbung, keika Shun masih di atas atap rumah, tangganya diambil, lalu Ko-so ayahnya membakar lumbung itu. Juga pernah disuruh memperdalam perigi. Keika Shun sudah keluar, orang tuanya menyangka Shun masih ada di dalam perigi itu, lalu diimbuni. Chiang adik iri Shun lalu berkata, “Akal menimbuni pangeran baru ini di dalam perigi adalah jasaku. Lembu dan kambingnya biarlah untuk ayah dan ibu. Gudang dan lumbungnya biarlah untuk ayah dan ibu pula. Aku mengambil perisai, tombak, celempung dan busurnya. Kedua ipar itu akan kusuruh mengatur tempat idurku.” Meskipun demikian buruk perlakuan orang tua dan saudara irinya, namun Shun tetap berbaki kepada mereka. Perjalanan waktu akhirnya Shun yang sangat berbaki itu menjadi raja mengganikan Baginda Tang Yao, namun Shun tetap berbaki kepada kedua orang tuanya dan tetap mencintai saudara-saudaranya. Demikianlah, Shun tetap berbaki kepada orang tua walaupun kedua orang tuanya sangat membenci bahkan hendak membunuhnya.

j. Menghadapi Orang Tua yang Khilaf