Pengetahuan Self-Efficacy Faktor-faktor yang Memengaruhi Asertifitas Remaja dalam Perilaku Seksual

Menurut Suwarni 2009, bahwa pengaruh perilaku seksual teman sebaya secara langsung paling besar memengaruhi perilaku seksual remaja. Pengaruh perilaku seksual teman sebaya secara langsung sebesar 20,2, sedangkan pengaruh perilaku seksual teman sebaya secara tidak langsung melalui niat berperilaku seksual sebesar 14,24. Tekanan yang dihadapi remaja perempuan berbeda dengan yang dihadapi remaja laki-laki. Perempuan biasanya akan menghadapi tekanan ganda dari teman sebayanya, baik dari teman sesama perempuan maupun dari teman laki-laki. Dari teman sesama perempuan, tekanan yang dihadapi misalnya dalam hal berpakaian, dandanan dan bertingkah laku serta bergaul. Dari teman laki-laki, baik pacar sendiri maupun laki-laki pada umumnya, tekanan yang dihadapi perempuan bisa berupa ajakan berhubungan seksual maupun pelecehan seksual dalam berbagai bentuknya. Bagi remaja, berbagai perilaku berisiko seperti penyalahgunaan napza dan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab dapat terjadi sebagai hasil dari kesulitan dalam mengekspresikan ide-ide, minat dan nilai-nilai, serta ketidakmampuan menolak tekanan kelompok yang tidak sehat dan tekanan sosial. Sikap Asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu berkaitan dengan ajakan untuk terlibat kedalam risiko triad KRR, yaitu seksualitas, HIVAIDS dan napza.

2.3.5 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu bentuk dari perkembangan kognitif. Santrock 2007 yang mengutip pendapat Piaget menyebutkan perkembangan Universitas Sumatera Utara kognitif remaja ke dalam tahap formal operasional yaitu saat pemikirannya menjadi semakin rasional. Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran yang bersifat abstrak, hipotesis serta mampu melihat berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang dihadapi serta mulai memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Naibaho 2011, mengutip pendapat Sulaeman 1995 bahwa pada masa remaja, seorang individu mengalami kematangan secara intelektual dan cara berpikirnya mengalami perubahan serta mampu membentuk konsep-konsep. Pada masa ini terjadi pertambahan dalam kemampuan menggeneralisasi, pertambahan kemampuan-kemampuan berpikir tentang masa depan, mampu berpikir tentang hal- hal atau ide-ide yang lebih luas dan pertambahan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi secara logis. Sarkova 2013 mengutip pendapat Arrindell van der Ende 1985, menyatakan bahwa asertif juga sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan secara langsung dan sesuai kebutuhan, keinginan, dan pendapat seseorang tanpa menghukum atau merendahkan orang lain. Menurut feeney 1999 yang mengutip teori kompetensi komunikasi interpersonal Spitzberg dan Cupach 1984 menggambarkan tiga komponen utama dalam komunikasi yang salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan mengacu dengan kemampuan individu mengidentifikasi perilaku yang paling tepat selama proses komunikasi dalam situasi tertentu. Oleh karena itu secara tidak langsung mempengaruhi perilaku asertif. Universitas Sumatera Utara

2.3.6 Self-Efficacy

Mandala 2009 yang mengutip pendapat Bandura 1997, menyatakan bahwa kognisi adalah tingkah laku perantara dimana persepsi diri kita memengaruhi tingkah laku, dan self-efficacy sangat berpengaruh dalam tingkah laku seseorang. Self efficacy adalah persepsi seseorang terhadap kompetensi mereka dalam menghadapi lingkungan. Semakin tinggi self efficacy, maka semakin yakin seseorang untuk melakukan suatu tingkah laku, dan akan melakukan suatu usaha yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk bertahan melakukan perilaku tersebut. Santrock 2007 yang juga mengutip pendapat Bandura 2000, menyatakan bahwa faktor pribadikognitif dapat memengaruhi perilaku seseorang dan sebaliknya. Faktor pribadikognitif dapat meliputi self efficacy, kemampuan merencanakan, dan keterampilan berfikir. Menurut Muadz dan Syaefuddin 2010, jika remaja mampu melakukan penilaian tentang benar dan salah, baik dan buruk suatu perilaku, maka mereka akan memahami mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang salah, sehingga remaja putri dapat mengambil keputusan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang timbul dari hati nurani dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggungjawab.

2.3.7 Media Informasi