mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya bila mereka belum mengetahui secara lengkap dari orang tua.
5 Di pihak lain, adanya kecenderungan pergaulan makin bebas antara pria dan
wanita akibat dari peran dan pendidikan wanita yang makin sejajar dengan pria. Sehingga kurang adanya pemantauan bagi anak remaja.
Hidayah 2010 yang mengutip pendapat Pratiwi 2004, bahwa faktor – faktor yang memengaruhi prilaku seksual pada remaja yaitu faktor biologis, pengaruh
teman sebaya, pengaruh orang tua, akademik, pemahaman, pengalaman seksual, pengalaman dan penghayatan nilai – nilai keagamaan, kepribadian dan pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi.
Menurut Indrayani dan Saepudin 2008, dalam pandangan Rosenstock dan
Becker 1954 melalui teori Health Belief Model HBM, bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan pranikah,
lebih disebabkan karena beberapa faktor diantaranya rendahnya pengetahuan tentang seksualitas dan kontrasepsi, pengaruh norma kelompok sebaya yang dianutnya, status
hubungan, harga diri yang rendah serta rendahnya keterampilan interpersonal khususnya perempuan untuk bersikap asertif yakni sikap tegas untuk mengatakan
tidak terhadap ajakan melakukan hubungan seks dari teman kencannya.
2.1.4 Akibat dari Perilaku Seksual Remaja
Sarwono 2012 mengutip pendapat Simkins 1984, sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada dampak fisik atau
sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain,
Universitas Sumatera Utara
dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada gadis- gadis yang terpaksa menggugurkan kandungannya.
Sarwono 2012 juga mengutip pendapat Sanderowitz dan Paxman 1985, bahwa akibat psikososial lainnya adalah ketegangan mental, dan kebingungan akan
peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil dan juga akan terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainnya adalah
terganggunya kesehatan dan risiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi dan berkembangnya penyakit menular seksual. Selain itu ada juga akibat-akibat ekonomis
karena diperlukan ongkos perawatan dan lain-lain. Menurut Muadz dan Syaefuddin 2010, salah satu tugas perkembangan sosial
yang harus dijalani oleh remaja adalah tugas untuk mempraktekkan pola hidup sehat practice healthy life. Banyaknya kasus perilaku seksual pranikah, kecanduan
narkoba dan terjangkit HIVAIDS, jelas menunjukkan sebagian remaja Indonesia berprilaku tidak sehat. Dengan demikian, sebagai akibatnya, sejumlah remaja yang
berperilaku tidak sehat itulah yang akan terganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional dan spiritualnya. Perilaku seksual yang tidak bertanggung
jawab atau perilaku seksual menyimpang akan mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan KTD pada remaja.
Menurut Irma 2010, remaja-remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola
pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah lazim di belahan
Universitas Sumatera Utara
dunia barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia. Akibatnya, para remaja putri semakin banyak yang hamil pada usia muda, yakni antara 13–19 tahun
.
2.2 Asertifitas Remaja dalam Perilaku Seksual