Budaya Faktor-faktor yang Memengaruhi Asertifitas Remaja dalam Perilaku Seksual

hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan sosial, self efficacy dan variabel demografi seperti: usia,jenis kelamin, status religiusitas, suku dan perkawinan. Faktor lingkungan termasuk variabel seperti akses dan kontak dengan sumber, dukungan dan informasi, sosial budaya, nilai dan norma sebagai dukungan sosial. Faktor perilaku termasuk variabel gaya hidup seksual orientasi, pengalaman, angka mitra, peristiwa kesehatan Seksual Menular Infeksi, kehamilan, aborsi dan penggunaan kondom dan kontrasepsi.

2.3.1 Budaya

Rakos 1991 mengemukakan bahwa konsep asertifitas berkaitan dengan kebudayaan dimana seseorang tumbuh dan berkembang. Dapat dikatakan bahwa pada suatu budaya suatu prilaku dipandang asertif dan sesuai dengan budaya setempat. Akan tetapi hal yang sama tidak dapat ditolerir oleh masyarakat dengan latar belakang budaya lain. Sarwono 2012 mengatakan, walaupun pada zaman sekarang ini marak terjadi perilaku seks bebas tetapi sebenarnya dalam masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai tradisional. Nilai tradisional dalam perilaku seksual yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seseorang sebelum menikah. Herdiana 2007 melalui penelitiannya tentang budaya asertif pada anak-anak dengan kultur Jawa, menguraikan bahwa secara umum anak-anak dengan latar belakang kultur Jawa masih memperlihatkan tingkat perilaku asertif yang terbatas. Universitas Sumatera Utara Mereka kebanyakan masih sangat bergantung pada orang tua, terutama ibu untuk menentukan keinginan-keinginannya. Keluarga masih memiliki kekhawatiran akan terkikisnya kearifan budaya lokal mereka jika anak terlalu diberikan kebebasan. Anak banyak belajar keterbukaan bahkan dari lingkungan di luar rumah, seperti sekolah dan lingkungan bermain. Orang tua dengan kultur Jawa belum memiliki kesiapan dengan perubahan dan kemampuan anak-anak dalam beradaptasi dengan nilai-nilai yang baru. Mereka masih khawatir anak-anak akan mendapatkan pengaruh negatif dari nilai-nilai baru tersebut. Hal ini yang membuat anak mengalami kebingungan dalam memahami nilai-nilai kontradiktif yang diterapkan orang tua kepada mereka. Tidak mengherankan jika pada usianya mereka masih memperlihatkan kehidupan emosional yang kurang matang dan relasi sosial yang kurang berkembang. Mereka juga kesulitan untuk menjadi individu yang lebih berbudaya, yang mewarnai kehidupan perilaku mereka sehari-hari. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut. Tentu saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun kebiasaan mereka. Universitas Sumatera Utara Peran budaya yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan titik acuan dalam membentuk kepribadian seseorang atau kelompok masyarakat. Karena melalui kebudayaan manusia dapat bertukar pikiran. Apalagi di jaman sekarang yang dimana teknologi informasi sangat menjadi acuan atau pengaruh dalam pertukaran kebudayaan dalam masyarakat berbangsa maupun bernegara. Masyarakat sering sekali menerima langsung kebudayaan-kebudayaan negatif yang seharusnya dan memang bertentangan dengan norma-norma, karena kebudayaan negatif inilah yang tidak dapat mengubah kepribadian seseorangmasyarakat. Menurut Raharjo 1997, permasalahan hubungan gender yang asimetris masih tetap mengganjal dan dianggap sebagai sebab utama dari permasalahan- permasalahan perempuan saat ini, termasuk yang berkaitan dengan hak dan kesehatan reproduksi. Ketidakberdayaan perempuan adalah sebagai akibat dari konstruksi sosial yang selama ini menempatkan perempuan pada kedudukan yang subordinat. Di bidang reproduksi, ketidakberdayaan perempuan itu terlihat dari hubungan yang tidak berimbang antara laki-laki dan perempuan dalam hal seksual dan reproduksi seperti tercermin dalam kasus pemaksaan hubungan kelamin yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan yang apabila terjadi pada remaja dapat menyebabkan remaja tersebut hamil di usia muda.

2.3.2 Harga Diri Self Esteem