Analisis Multivariat Saya butuh waktu 1 minggu untuk

Tabel 4.11 Pengaruh Variabel Independen Budaya, Pola Asuh, Harga Diri, Teman Sebaya, Pengetahuan, Self-Efficacy, dan Media Informasi Terhadap Asertifitas dalam Perilaku Seksual Variabel Independen Asertivitas dalam Perilaku Seksual Total p χ 2 Tinggi Rendah f f f Budaya Mendukung Tidak Mendukung 46 19 69,7 40,4 20 28 30,3 59,6 66 47 100,0 100,0 0,002 9,626 Pola Asuh Otoriter Permisif Demokratis 11 2 52 57,9 28,6 59,8 8 5 35 42,1 71,4 40,2 19 7 87 100,0 100,0 100,0 0,275 2,582 Harga Diri Tinggi Rendah 55 10 65,5 34,5 29 19 34,5 65,5 84 29 100,0 100,0 0,004 8,475 Teman Sebaya Baik Buruk 50 15 73,5 33,3 18 30 26,5 66,7 68 45 100,0 100,0 0,001 17,907 Pengetahuan Baik Kurang 47 18 60,3 51,4 31 17 39,7 48,6 78 35 100,0 100,0 0,380 0,771 Self Efficacy Baik Kurang 49 16 64,5 43,2 27 21 35,5 56,8 76 37 100,0 100,0 0,032 4,590 Media Banyak Sedikit 19 46 65,5 54,8 10 38 34,5 45,2 29 84 100,0 100,0 0,312 1,021

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel independen budaya, pola asuh orang tua, harga diri, teman sebaya, self-efficacy, pengetahuan, dan media informasi terhadap variabel dependen asertifitas dalam perilaku seksual siswi SMP Negeri 1 Hinai. Analisis multivariat menggunakan Universitas Sumatera Utara analisis regresi logistik berganda. Sebelum melakukan analisis multivariat maka dilakukan terlebih dahulu pemilihan variabel yang menjadi kandidat model multivariat. Variabel yang menjadi kandidat multivariat adalah variabel independen dengan nilai p0,25 dalam analisis bivariat. Pada Tabel 4.12 diketahui bahwa dari tujuh variabel, terdapat empat variabel yang seharusnya masuk menjadi kandidat model yaitu variabel budaya, harga diri, teman sebaya, dan self-efficacy, namun karena secara teori variabel pola asuh, pengetahuan dan media menjadi faktor yang ikut memengaruhi asertifitas dalam perilaku seksual, maka variabel-variabel tersebut tetap dimasukkan ke dalam model regresi. Tabel 4.12 Pemilihan Kandidat Model untuk Tahap Pemodelan Multivariat No Variabel P 1. Budaya 0,002 2. Pola Asuh orang tua 0,275 3. Harga Diri 0,004 4. Teman Sebaya 0,000 5. Pengetahuan 0,380 6. Self-efficacy 0,032 7. Media Informasi 0,312 : variabel yang masuk model Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kolinearitas antar semua variabel independen yang masuk dalam kandidat model multivariat Lihat Lampiran 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh dan teman sebaya, harga diri dan self efficacy, harga diri dan pengetahuan, serta self efficacy dan pengetahuan, sehingga variabel-variabel tersebut tidak boleh dalam satu model, oleh karena itu alternatif model yang dapat dibentuk dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13 Alternatif Model Regresi Logistik Alternatif Model Fungsi Nilai p χ 2 Percentage correct Model 1 Asertivitas = f budaya, pola asuh, harga diri, media 0,001 16,730 67,3 Model 2 Asertivitas = f budaya, pola asuh, self-efficacy, media 0,001 12,914 65,5 Model 3 Asertivitas = f budaya, pola asuh, pengetahuan, media 0,001 9,962 65,5 Model 4 Asertivitas = f budaya, harga diri, teman sebaya, media 0,001 30,715 70,8 Model 5 Asertivitas = f budaya, teman sebaya, self-efficacy, media 0,001 25,351 70,8 Model 6 Asertivitas = f budaya, teman sebaya, pengetahuan, media 0,001 25,351 70,8 Karena nilai χ 2 lebih besar pada model 4, maka sebagai model analisis multivariat dipilih model 4 dimana asertifitas = f budaya, harga diri, teman sebaya, media. Selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode backward, yaitu memasukkan semua variabel independen ke dalam model dan variabel yang tidak berpengaruh secara otomatis akan keluar dari model. Kemudian dilakukan pemeriksaan interaksi pada alternatif model yang terpilih. Ternyata tidak ada interaksi antar budaya, harga diri, dan teman sebaya, dilihat dari nilai p variabel interaksi semua 0,05, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Hasil Uji Interaksi Variabel B P Exp B 95 CI Lower Upper Budaya 1,773 0,020 0,004 5,886 1,769 Harga diri 1,117 0,484 0,029 3,055 1,120 Temansebaya 2,336 0,004 0,001 10,343 2,963 BudayaHarga diri -0,529 0,618 0,589 0,074 4,703 BudayaTeman Sebaya -1,523 0,088 0,218 0,038 1,258 Harga diriTeman Sebaya 0,840 0,441 2,317 0,273 19,649 Constant -2,088 0,001 0,124 Model akhir dari analisis multivariat yang dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut : Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel B P Exp B 95 CI Lower Upper Budaya 1,087 0,014 2,967 1,245 7,067 Harga Diri 1,612 0,023 3,125 1,171 8,339 Temansebaya 1,139 0,001 5,011 2,094 11,988 Constant -1,754 0,001 0,173 Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut : � = 1 1+ � −�+�1�1+�2�2+⋯���� � = 1 1 + � −−1,754+1,087 Budaya +1,612Harga Diri +1,139Teman Sebaya Dengan model persamaan regresi yang diperoleh, maka kita dapat suatu gambaran besar probabilitas asertifitas remaja dalam perilaku seksual yaitu jika Universitas Sumatera Utara remaja memiliki budaya mendukung, harga diri tinggi, dan teman sebaya baik, maka nilai probabilitas asertifitas remaja dalam perilaku seksual sebesar 73,05 dan sebaliknya jika remaja memiliki budaya tidak mendukung, harga diri rendah, dan teman sebaya buruk, maka nilai probabilitas asertifitas remaja dalam perilaku seksual sebesar 14,78. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Remaja perlu keterampilan dalam menghadapi transisi kehidupannya. Salah satu bentuk keterampilan hidup yang perlu diterapkan bagi remaja adalah keterampilan untuk bersikap tegas atau asertif. Sikap asertif dalam perilaku seksual telah dikembangkan untuk lebih memahami komunikasi perempuan dalam upaya melindungi hak-hak seksualitasnya, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa perempuan memiliki hak atas tubuh mereka sendiri. Seorang remaja harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam perilaku seksual, hal ini sangat penting untuk melindungi dirinya terhadap perilaku seksual yang tidak diinginkan. Perilaku asertif sangat penting bagi remaja awal, karena apabila seorang remaja tidak memiliki keterampilan untuk berperilaku asertif atau bahkan tidak dapat berperilaku asertif, disadari ataupun tidak, remaja tersebut akan kehilangan hak-hak pribadi sebagai individu dan cenderung tidak dapat menjadi individu yang bebas dan akan selalu berada dibawah kekuasaan orang lain. Alasan seorang remaja awal tidak dapat berperilaku asertif adalah karena mereka belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif, namun pada satu sisi seorang remaja juga tidak ingin kehilangan teman dan pada sisi lainnya seorang remaja tidak ingin terjerumus pada hal-hal negatif. Menurut Alberti Emmons 2002, asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang Universitas Sumatera Utara lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Menurut Rosita 2011 yang mengutip pendapat Rathus dan Nevid 1983, bahwa faktor yang memengaruhi asertifitas, terdiri dari usia, jenis kelamin, harga diri self esteem, budaya, tingkat pendidikan serta situasi yang ada di sekitar seperti pola asuh orang tua dan teman sebaya. Dengan mengacu pada konsep tersebut, ternyata hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independen budaya, pola asuh, orang tua, teman sebaya, pengetahuan, self-efficacy, dan media informasi secara bersama-sama mampu menerangkan variasi perubahan pada variabel dependen asertifitas dalam perilaku seksual.

5.1 Asertifitas Remaja dalam Perilaku Seksual