rendah.
2.3.3 Pola Asuh
Menurut Hidayah 2010 yang mengutip pendapat Daud 2004, komunikasi orang tua dan anak dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya. Berbedanya pola asuh yang diberikan orang tua dapat mengakibatkan berbedanya tingkat asertifitas anak.
Kopko 2007 dan Marini dan Andriani 2005, mengutip pendapat Baumrind 1991, pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang
terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Baumrind 1991 mengidentifikasi empat pola gaya pengasuhan berdasarkan dua aspek perilaku pengasuhan yaitu kontrol dan kehangatan. Pola asuh orang tua
mengacu pada sejauh mana orang tua mengatur anak-anak mereka pada perilaku yang terarah untuk menetapkan beberapa peraturan dan kebutuhan.
Menurut Gunarsa 2008, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, memberikan perhatian. Pola asuh sebagai suatu perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik
anak dalam kesehariannya yang merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing dan
melindungi anak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini terdapat tiga jenis pola asuh orang tua kepada anak yang diuraikan Kopko 2007, Marini dan Andriani 2005 yang mengutip pendapat
Baumrind 1991, yaitu : 1.
Pola asuh permisif Permisive Orangtua yang permisif adalah orangtua yang kaku dan berfokus pada
kebutuhan mereka sendiri. Terutama saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua gagal mengawasi kegiatan anak atau untuk mengetahui dimana mereka, apa yang sedang
mereka lakukan atau siapa teman anak mereka. Pada pola asuh ini, apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti
tidak sekolah, melakukan kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan seperti ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lainnya, sehingga lupa untuk mengasuh dan mendidik anak dengan baik. Pola asuh permisif membuat hubungan antara anak dan
orangtua penuh kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya.
2. Pola Asuh Otoriter Authoritarian
Pola asuh ini bersifat pemaksaan, keras dan kaku, orang tua membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi anak – anaknya tanpa perduli dengan perasaan si
anak. Anak yang besar dengan teknik pengasuhan seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoidselalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di
luar rumah, benci orang tua, dan lain – lain, tetapi biasanya anak yang dihasilkan dari didikan orang tua yang otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai
Universitas Sumatera Utara
keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggung jawab dalam menjalani hidup.
Orang tua otoriter menampilkan sedikit kehangatan dan sangat mengendalikan. Mereka menerapkan aturan disiplin yang ketat, menggunakan gaya
pengasuhan dengan batasan hukuman, dan bersikeras bahwa remaja mereka patuh kepada orang tua, dan tidak mengkomunikasikan standar aturan dalam keluarga.
3. Pola Asuh Otoritatif Authoritative
Pola asuh otoritatif atau yang lebih dikenal dengan pola asuh demokratis, mengandung demanding dan responsive yang dicirikan dengan adanya tuntutan dari
orang tua yang disertai komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orang tua.
Pola asuh ini memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan
yang baik dari orang tua. Pola asuh ini bersifat memberi kehangatan sekaligus ketegasan dari orang tua.
Mereka mendorong remaja mereka untuk menjadi mandiri dengan tetap menjaga batasan dan kontrol terhadap tindakan mereka. Pola asuh ini adalah paling kondusif
diterapkan pada anak. Naibaho 2011 yang mengutip pendapat Petranto 2006 menguraikan
dampak pola asuh pada anak adalah dapat dikarakteristikkan sebagai berikut: a.
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
Universitas Sumatera Utara
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.
b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif,
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Julianti 2011, menyatakan bahwa hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan
reproduksi. Ditemukan 71,2 dari 170 responden yang memiliki sikap positif tentang kesehatan reproduksi memiliki orang tua dengan pola asuh otoritatif demokratis dan
12,9 responden yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif memiliki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi.
Survei RPJMN program Kependudukan dan KB tahun 2011 yang menunjukkan beberapa pola pengasuhan orangtua terhadap tumbuh kembang remaja
dari aspek kejiwaan, mental dan spiritual, antara lain: a orangtua yang menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada anak remajanya 79, b orangtua yang
menyediakan waktu berkomunikasi efektif dengan anak remajanya 36, c orangtua sebagai tempat curahan hati bagi anak remajanya 33, d orangtua
sebagai teladancontohpanutan bagi anak remajanya 47.
Universitas Sumatera Utara
Marini dan Andriani 2005 mengutip pendapat Prabana 1997, bahwa kualitas perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa
kanak-kanaknya. Pengalaman tersebut berupa interaksi dengan orang tua melalui pola asuh yang ada dalam keluarga yang menentukan pola respons seseorang dalam
menghadapi berbagai masalah. Menurut survei yang dilakukan oleh The National Campaign 2012, remaja
mengatakan bahwa orangtua paling besar mempengaruhi keputusan mereka tentang seks, lebih daripada teman sebaya, budaya, guru dan lain-lain. Bahkan, remaja
melaporkan bahwa mereka akan lebih terbuka berbicara tentang seks dengan orang tua mereka dan menghindari kehamilan remaja, diperoleh hasil 4 dari 10 remaja
38 mengatakan orang tua paling memengaruhi keputusan mereka tentang seks, dibandingkan dengan 22 yang dipengaruhi oleh teman-teman.
Untuk setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda – beda. Menurut Baumrind 1991 dalam Santrock 2007, dalam kehidupan sehari – hari
kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari beberapa pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan dari pola asuh lainnya dan
sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.
2.3.4 Teman Sebaya