tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain. Harga diri dapat menumbuhkan keyakinan seseorang yang turut
memengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, sementara itu Self efficacy persepsi seseorang terhadap kompetensi mereka yang juga
diperlukan dalam menghadapi lingkungan, hal inilah yang menyebabkan walaupun self-efficacy tinggi, tetap tidak kuat memengaruhi asertivitas dalam perilaku seksual
dikarenakan adanya harga diri yang tinggi. Mandala 2009 yang mengutip pendapat Bandura 1997, menyatakan bahwa
kognisi adalah tingkah laku perantara dimana persepsi diri kita memengaruhi tingkah laku, dan self-efficacy sangat berpengaruh dalam tingkah laku seseorang. Semakin
tinggi self efficacy, maka semakin yakin seseorang untuk melakukan suatu tingkah laku, dan akan melakukan suatu usaha yang lebih besar dan waktu yang lebih lama
untuk bertahan melakukan perilaku tersebut.
5.8 Pengaruh Media Informasi terhadap Asertifitas dalam Perilaku Seksual
Pengaruh media informasi terhadap asertifitas dalam perilaku seksual didapat bahwa dari 29 orang responden yang mendapat media informasi banyak terdapat
65,5 yang asertivitas dalam perilaku seksual tinggi. Terdapat 54,8 responden yang mendapat media informasi yang sedikit tetapi juga memiliki asertifitas dalam
perilaku seksual yang tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,312 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara media informasi terhadap asertifitas dalam
perilaku seksual. Sama halnya dengan pola asuh dan pengetahuan, walaupun nilai p
Universitas Sumatera Utara
0,25, media informasi tetap dimasukkan kedalam model analisis multivariat, namun hasil analisis tidak menunjukkan media informasi memengaruhi asertifitas remaja
dalam perilaku seksual p 0,05. Menurut Brown 2008, banyak yang telah menulis tentang pengaruh media
terhadap perilaku seksual remaja, terutama yang berhubungan dengan keputusan remaja tentang seks, beberapa topik menghasilkan sebagai banyak diskusi remaja
tentang seksualitas sebagai pengaruh relatif dari media. Mengingat kekuatan dan cakupan media saat ini, menembus semua konteks dan memberikan pengaruh pada
pengetahuan, sikap dan perilaku seksual baik secara positif maupun negatif. Brown 2008 juga mengutip laporan The Surgeon General 1982 tentang pengaruh
television menyatakan bahwa mungkin berperan secara aktif menimbulkan efek rangsangan pada perilaku seksual, seperti halnya pada perilaku agresif.
Dalam penelitian ini media informasi tidak berpengaruh terhadap asertifitas dikarenakan diantara 54,8 responden yang memperoleh media informasi yang
sedikit tentang asertifitas dalam perilaku seksual, tetapi juga memiliki asertifitas dalam perilaku seksual yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh
teman sebaya, responden mendapat informasi tentang asertif lebih banyak dari teman dan berdasarkan hasil tabulasi silang dapat dilihat remaja yang memiliki teman
sebaya yang baik 73,5 mendapat informasi yang sedikit 54,8, dan informasi yang diperoleh remaja juga banyak dari teman sebayanya.
Hal ini juga sesuai yang menurut Brown 2008 mengutip teori belajar sosial Bandura 1997, yang mengatakan bahwa ketika kita melihat perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
ditampilkan di media, kita akan meniru dan akhirnya dapat mengadopsi perilaku kita sendiri. Paparan konten seksual di media dapat memberikan kepekaan bagi remaja
dalam membentuk sikap dan perilaku seksual.
5.9 Keterbatasan Penelitian