High Rejection Sensitivity dan Low Rejection Sensitivity

dalam situasi yang ambigu.

2. Tipe Sensitivitas akan Penolakan

Berdasarkan teori atribusi terdapat dua bentuk penolakan, yaitu penolakan eksternal penolakan tidak langsung dan penolakan internal penolakan langsung. Penolakan eksternal terjadi ketika individu memberikan atribusi eksternal untuk peristiwa penolakan yang terjadi pada dirinya. Sebagai contoh pe nolakan eksternal adalah ―Saya ditolak oleh pria tersebut karena saya sedang tidak memiliki waktu untuk berkencan dengan seseorang saat ini.‖ Sedangkan penolakan internal dapat didefinisikan ketika individu memberikan atribusi internal pada saat peristiwa penolakan terjadi. Sebagai contoh, ― Pria tersebut menolak saya karena saya masih terlalu kekanak- kanakkan baginya.‖ Para peneliti juga membagi sensitivitas akan penolakan menjadi 2 tipe berdasarkan tingkat sensitivitas akan penolakan, yaitu High Rejection Sensitivity dan Low Rejection Sensitivity. High Rejection Sensitivity adalah level yang tinggi akan sensitivitas penolakan dan Low Rejection Sensitivity adalah level yang rendah akan sensitivitas akan penolakan. Penelitian- penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa salah satu prediktor yang dapat memprediksi tingkat intensitas rejection sensitivity adalah delayed gratification yang mengandalkan proses berpikir mindfulness Ayduk, Mendoza, Denton, Mischel, Downey, 2000.

3. High Rejection Sensitivity dan Low Rejection Sensitivity

Level sensitivitas akan penolakan yang tinggi atau High Rejection Sensitivity dapat didefinisikan sebagai level sensitivitas yang tinggi untuk merasa cemas dan khawatir akan pengabaian dan penolakan Downey, Freitas, Michaelis, Khouri, 1998 sehingga individu tanpa disadari mencari-cari situasi yang memungkinkan terjadinya penolakan, dan sensitif terhadap sikap ataupun perilaku orang lain yang ambigu Ayduk, Denton, Mischel, Downey, 2000; Downey Feldman, 1996; Downey, Freitas, Michaelis, Khouri,1998 dan tidak terlalu mengharapkan penerimaan Ayduk, Downey, Kim, 2001. Individu yang memiliki level sensitivitas akan penolakan yang tinggi akan cenderung merespon secara agresif ketika mereka mengalami penolakan dalam kehidupan Downey et al., 2000. Selain itu, individu HRS akan lebih termotivasi untuk menghindari penolakan dan memberikan upaya untuk mencegahnya Aguilar Downey, 2009. Individu HRS juga cenderung menginterpretasikan secara negatif atau ambigu atas tanda-tanda sosial, seperti perilaku orang lain yang dingin dan mengambil jarak. Hal ini kemudian dapat mengarah kepada perilaku merasa bersalah, depresi, dan penarikan diri secara sosial Aguilar Downey, 2009. Penelitian yang sama mengemukakan bahwa individu HRS memiliki resiko yang lebih besar untuk memiliki HIV. Hal ini disebabkan individu tersebut lebih menyetujui keputusan untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan dan penggunaan kontrasepsi yang tidak seharusnya. Individu HRS juga lebih beresiko untuk mengalami psikopatologi berupa Borderline Personality Disorder BDE dan Avoidant Personality Disorder APD Aguilar Downey, 2009. Level sensitivitas akan penolakan yang rendah dapat didefinisikan sebagai level sensitivitas yang rendah untuk merasa cemas dan khawatir akan pengabaian dan penolakan sehingga pada individu yang LRS, mereka cenderung tidak terlalu khawatir akan penolakan dan lebih mengharapkan penerimaan dari orang lain Ayduk, Downey, Kim, 2001; Ayduk, Downey, Testa, Yen, 1999; Ayduk, Denton, Mischel, Downey, 2000. Individu yang LRS juga cenderung merespon penolakan dengan cool system, yaitu individu menggunakan proses kognitif yang memungkinkan adanya refleksi dan pemecahan masalah yang rasional Metcalfe Mischel, 1999; Mischel, Shoda, Rodriguez, 1989.

4. Dinamika Kemunculan Sensitivitas akan Penolakan