AKT_SEX_M4 5.85
30.073 .682
.864 AKT_SEX_M5
5.88 30.296
.654 .865
AKT_SEX_M6 5.79
30.386 .593
.867 AKT_SEX_P7
5.13 30.225
.374 .883
AKT_SEX_P8 5.89
32.907 .251
.882 AKT_SEX_P9
6.08 31.345
.602 .868
AKT_SEX_P10 5.59
28.813 .596
.867 AKT_SEX_P11
5.75 29.300
.680 .862
AKT_SEX_P12 5.97
29.999 .635
.865 AKT_SEX_P13
6.08 31.507
.571 .870
AKT_SEX_P14 6.05
30.754 .648
.866
Nilai r
it
pada tabel di atas dapat dilihat pada kolom Corrected Item- Total Correlation
. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa semua item skala aktivitas seksual memiliki nilai r
it
≥ 0.20. Maka, dapat disimpulkan bahwa item-item skala aktivitas seksual memiliki kualitas
item yang baik.
G. METODE ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan SPSS 16.0 for Windows
. Sebelum menganalisis data secara keseluruhan uji hipotesis, analisis uji asumsi data perlu dilakukan.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang
sebarannya normal Santoso, 2010. Uji normalitas diperlukan sebelum melakukan uji hipotesis karena uji hipotesis dirancang dengan asumsi
bahwa daya yang akan dianalisis berasal dari populasi yang memiliki sebaran normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan skor
Z dari teknik Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil uji normalitas menunjukkan nilai p lebih besar dari 0.1, maka data penelitian
dinyatakan terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Berdasarkan Santoso 2010 uji homogenitas adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk melihat perbedaan varians
pada dua kelompok. Uji homogenitas ini diperlukan karena pada analisis independent sample t-test, data yang akan dibandingkan
adalah sampel dari dua kelompok dan membutuhkan homogenitas varians. Uji homogenitas ini penting untuk dilakukan dengan tujuan
menghindari kesalahan pengambilan kesimpulan. Uji homogenitas Levene
digunakan dalam penelitian ini. Suatu data penelitian dikatakan homogen apabila uji homogenitas memiliki nilai p lebih besar daripada
0.05.
3. Uji Hipotesis
a. Parametrik Independent Sample t-test Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan frekuensi
aktivitas seksual remaja yang memiliki sensitivitas akan penolakan yang tinggi dan yang rendah di SMA A. Apabila hasil uji
normalitas menunjukkan data terdistribusi secara normal, maka uji analisis parametrik independent sample t-test akan dilakukan.
Tujuan dari independent sample t-test adalah menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang independen.
Apabila nilai p lebih besar dari 0.05 p 0.05 , maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara kedua kelompok.
Sebaliknya, jika nilai p lebih kecil dari 0.05 p 0.05 maka H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan antara kedua kelompok. Uji
analisis independent sample t-test masih dapat dilakukan walaupun data tidak terdistribusi normal apabila jumlah subjek lebih besar
daripada 30 N 30. Hal ini dilakukan dengan dasar central limit theorem
sehingga data dapat di-robust. b. Non-Parametrik Mann-Whitney U
Namun, apabila hasil uji normalitas menunjukkan data tidak terdistribusi normal dan jumlah subjek kurang dari 30
N30, maka uji analisis non-parametrik Mann-Whitney U akan dilakukan. Uji analisis non-parametrik Mann-Whitney U memiliki
tujuan yang sama dengan independent sample t-test pada uji parametrik. Tujuannya adalah mengetahui apakah kedua buah
sampel yang bebas berasal dari populasi yang sama. ―Bebas‖ atau independent
berarti kedua sampel tersebut tidak bergantung satu dengan yang lainnya Santoso, 2012. Uji Mann-Whitney U adalah
uji statistik non-parametrik yang khusus digunakan untuk dua sampel bebas.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
Hal pertama yang dilakukan sebagai persiapan penelitian adalah meminta izin dari pembuat skala CRSQ untuk menerjemahkan dan
menggunakan skala dalam penelitian ini. Kemudian, bersama dengan C. Siswa Widyatmoko, M.Si.., Felicia Anindhita, Elisabeth Haksi Mayawati,
Fiona Damanik, Flaviana Rinta Ferdian, dan Maria Kristanti Dara Novianta Widodo dilakukan proses penerjemahan dengan metode back
translation. Proses penerjemahan skala asli dari bahasa Inggris ke Bahasa
Indonesia dibantu oleh seseorang yang pernah tinggal di negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa primer mereka. Individu ini
minimal telah tinggal di negara tersebut selama kurun waktu minimal dua tahun dan mengenal Psikologi. Setelah skala diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia, skala Bahasa Indonesia tersebut diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris oleh seorang ahli Bahasa Inggris dan sering
menerjemahkan skala-skala Psikologi. Skala Bahasa Inggris sebagai hasil dari proses tersebut akan dikirimkan kembali kepada peneliti pembuat
skala CRSQ asli dan meminta tanggapan beliau terkait skala tersebut. Tanggapan tersebut diperlukan untuk memastikan adanya keselarasan
skala terjemahan dengan skala asli. Hal kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan try-out