kognitif akan terdiri atas 6 pernyataan yang akan dimulai dari lamunan akan aktivitas  seksual  yang  paling  sederhana  berpegangan  tangan  hingga
lamunan  intercourse.  Wilayah  kedua,  yaitu  fisik  akan  terdiri  atas  8 pernyataan  yang  akan  dimulai  dari  aktivitas  seksual  yang  paling  sederhana
berpegangan tangan hingga intercourse.
F. PERTANGGUNGJAWABAN ALAT UKUR
Sebelum peneliti menggunakan skala tersebut dalam penelitian ini, peneliti mencari  informasi  mengenai  keabsahan  dari  alat  ukur  tersebut  dalam  mengukur
aspek  kepekaan  terhadap  penolakan  dan  perilaku  seksual.  Berikut  adalah keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut:
1. Children Rejection Sensitivity Questionnaire
Skala  psikologi  ini  dinilai  valid  jika  isi  dan  makna  yang  terkandung dalam setiap itemnya sesuai dengan ranah isi konstruk yang dimaksud, yakni
sensitivitas akan penolakan. Proses validitas konstruk ini dilihat dari evidensi terkait  isi  skala  tersebut.  Evidensi  terkait  isi  juga  bisa  berupa  penilaian  para
pakar  atau  ahli  terhadap  kesesuaian  antara  bagian-bagian  tes  dan  konstruk yang
diukur Supratiknya,
2014. Children
Rejection Sensitivity
Questionnaire telah  melewati  tahap  ini.  Hal  ini  dibuktikan  dengan
penggunaan  skala  ini  oleh  banyak  peneliti  dalam  penelitian  area  kepekaan terhadap  penolakan  Khoshkam,  Bahrami,  Ahmadi,  Fatehizade,    Eternadi,
2012; Park, 2012. Selain itu, reliabilitas untuk skala psikologi dapat terbilang baik  jika   r 0.50. Untuk  Children Rejection Sensitivity Questionnaire, hasil
uji  reliabilitas  tes-retest  adalah  0.82  untuk  kecemasan  akan  penolakan  dan 0.85 untuk kemarahan akan penolakan.
Oleh  karena  Children  Rejection  Sensitivity  Questionnaire  ini  adalah skala  yang  dikembangkan  di  luar  negeri,  maka  sebelum  menggunakan  skala
ini  dalam  penelitian  di  Indonesia,  diperlukan  proses  penerjemahan. Hambleton    Patsula  dalam  Suharsono    Istiqomah,  2014  menjelaskan
bahwa proses penerjemahan skala ke dalam bahasa lain diperlukan karena 1 menerjemahkan  skala  cenderung  lebih  murah  dibandingkan  membuat  skala
baru;  2  skala  sudah  terjamin  reliabilitas  dan  validitasnya  sehingga menimbulkan  perasaan  aman  ketika  menggunakannya  dibandingkan
menggunakan  skala  yang  baru;  3  adanya  kemungkinan  mendapatkan  hasil pengukuran  yang  sama  walaupun  menggunakan  bahasa  yang  berbeda  dalam
skala  tersebut.    Melalui  proses  penerjemahan,  peneliti  berharap  subjek penelitian  dapat  lebih  memahami  sehingga  dapat  memberikan  respon  yang
sesuai seperti yang dimaksudkan. Proses penerjemahan ini dilakukan dengan back-translation bersama-
sama dengan salah satu dosen Psikologi, yaitu C. Siswa Widyatmoko, M.Si.. Proses penerjemahan ini dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak. Pihak
pertama  adalah  seseorang  yang  menguasai  ilmu  Psikologi  dan  yang  ahli dalam bahasa Inggris. Pihak pertama ini akan diminta untuk menerjemahkan
skala bahasa inggris tersebut ke dalam bahasa indonesia untuk setiap itemnya. Kemudian,  skala  bahasa  indonesia  yang  diperoleh  dari  proses  penerjemahan
oleh  pihak  pertama  akan  diberikan  kepada  pihak  kedua.  Pihak  kedua  adalah
seseorang  yang menguasai  bahasa inggris  dan bahasa indonesia dengan baik serta  tidak  mengetahui  skala  asli  yang  akan  digunakan  dalam  penelitian.
Penguasaan  bahasa  pihak  kedua  dipastikan  ketika  individu  tersebut  telah tinggal  minimal  2  tahun  di  negara  dengan  bahasa  inggris  sebagai  bahasa
utama  dan  menguasai  bahasa  indonesia  sebagai  bahasa  ibu.  Setelah  proses penerjemahan  oleh  pihak  kedua  selesai,  maka  tahap  selanjutnya  adalah
perbandingan  dari  kedua  terjemahan  skala  tersebut.  Proses  perbandingan  ini dilakukan melalui diskusi bersama peneliti, pihak pertama, dan pihak kedua.
Apabila telah sesuai, maka item-item skala tersebut dapat digunakan. Setelah proses diskusi selesai, maka tahap selanjutnya adalah try-out.
Try-out akan dilakukan pada subjek  yang memiliki umur terkecil pada skala
usia remaja, yaitu 12 tahun. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memastikan bahwa  kalimat  yang  digunakan  pada  item-item  skala  dapat  dipahami  dan
direspon  dengan  baik  dan  sepenuhnya  oleh  subjek.    Apabila  ditemukan kalimat  yang  sulit  untuk  dipahami  dalam  item  skala  tersebut,  maka  peneliti
akan mendiskusikannya kembali dan menggunakan kalimat yang lebih mudah dipahami oleh subjek.
Skala  CRSQ  yang  diadaptasi  kedalam  bahasa  Indonesia  telah digunakan  dalam  penelitian  yang  dilakukan  oleh  C.  Siswa  Widyatmoko,
M.Si.,  Felicia  Anindhita,  Elisabeth  Haksi  Mayawati,  Fiona  Damanik, Flaviana  Rinta  Ferdian,  dan  Maria  Kristanti  Dara  Novianta  Widodo.
Data penelitian  yang  diperoleh  pada  skala  CRSQ  memiliki  reliabilitas  dengan  α
sebesar  0.889.  Angka  ini  menunjukkan  adanya  reliabilitas  yang  tinggi  dari
skala CRSQ Indonesia.
Tabel.1 Uji Reliabilitas CRSQ Indonesia
Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha
Based on Standardized Items
N of Items .889
.887 36
2. Aktivitas Seksual