imajinasi tersebut dapat digunakan untuk menstimulasi gairah seksual, demikian pula sebaliknya, gairah seksual dapat menstimulasi imajinasi-
imajinasi mengenai seks Leitenberg Henning, 1995. Dalam imajinasi seksual, individu dapat mengimajinasikan apa pun
yang dia inginkan, entah hal tersebut realistis atau tidak, tanpa mengalami perasaan malu atau penolakkan sosial dan pembatasan hukum.
Kebanyakan imajinasi seksual dilakukan untuk menstimulasi atau meningkatkan perasaan puas akan seks entah imajinasi tersebut melibatkan
pengenangan akan pengalaman seksual yang telah dilakukan, aktivitas seksual yang akan dilakukan, hanya pikiran impian belaka, atau khayalan
Leitenberg Henning, 1995. Imajinasi seksual adalah hal yang umum dialami oleh laki-laki maupun perempuan pada usia pubertas. Selain itu,
semakin meningkatnya imajinasi seksual pada individu berhubungan dengan meningkatnya perilaku seksual individu.
3. Pengertian Aktivitas Seksual Perilaku
Aktivitas seksual tersebut dapat terlihat secara lebih spesifik dalam perilaku-perilaku seksual. Perilaku seksual pada remaja berkaitan dengan
jalur perkembangan beresiko pada masa remaja Graber, Brooks-Gunn, Galen, 1998; Mitchell Wellings, 1998a; Tapert, Aarons, Sedlar,
Brown, 2001. Perilaku seksual juga merupakan proses yang dapat membentuk bentuk hubungan yang baru dengan lawan jenis. Coleman dan
Roker 1998 mengemukakan bahwa memiliki hubungan intim berdasarkan cinta dan seks merupakan salah satu tantangan pada masa
perkembangan dewasa. Perilaku seksual juga dapat dipahami sebagai perilaku yang muncul sebagai hasil dari dorongan untuk memiliki
keturunan, pencarian kesenangan secara biologis maupun psikologis, dan pernyataan cinta antara lawan jenis maupun sesama jenis. Berikut adalah
penjabaran tipe perilaku seksual secara lebih spesifik oleh Sarwono dalam Asmarayasa, 2004:
a. Berpegangan tangan Perilaku ini seperti bergandengan tangan saat berjalan ataupun
berpegangan tangan saat pasangan sedang berdua saja. b. Berciuman
Perilaku ini nampak ketika individu mencium pipi pasangan ataupun mencium bibir pasangan.
c. Berpelukan Perilaku ini muncul ketika individu merangkul bahu pasangan
ataupun berpelukan secara penuh dengan pasangan. d. Meraba tubuh
Perilaku ini muncul ketika individu meraba tubuh bagian atas di luar maupun di dalam pakaian pasangan. Selain itu, perilaku
ini juga muncul ketika individu meraba bagian tubuh bawah di luar maupun di dalam pakaian pasangan.
e. Menempelkan alat kelamin Perilaku ini nampak ketika individu melakukan petting dengan
pakaian lengkap, masih memakai pakaian, maupun tanpa
pakaian sama sekali. f. Masturbasi
Perilaku ini muncul ketika individu melakukan masturbasi dengan dirinya sendiri maupun ketika individu melakukan
masturbasi dengan pasangan. g. Hubungan Seks Intercourse
Perilaku ini muncul ketika individu memasukkan alat kelamin ke dalam alat kelamin lawan jenis.
4. Tipe Perilaku Seksual