12
BAB II LANDASAN TEORI
A. AKTIVITAS SEKSUAL
1. Pengertian Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual adalah tindakan fisik dan mental yang menstimulasi, merangsang, dan memuaskan secara jasmaniah. Tindakan
tersebut dilakukan sebagai cara yang penting bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaan dan daya tarik terhadap orang lain. Beberapa
ahli mengemukakan bahwa aktivitas seksual dapat berupa perilaku seksual beresiko di antara remaja yang dapat didefinisikan sebagai awal
dimulainya hubungan seksual intercourse yang tidak terlindungi atau hubungan seksual dengan beragam partner Center for Disease Control
Prevention, 2008. Imajinasi mengenai seks, masturbasi, ciuman yang mendalam,
menghisap atau mengigit leher, buah dada, atau paha pasangan, necking ciuman dan pelukan yang dalam, petting lebih dalam daripada necking,
merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah di luar atau
di dalam pakaian, oral seks menggunakan mulut untuk merangsang daerah genital pasangan, anal seks menyelipkan penis yang tegang ke
dalam dubur pasangan, dan sexual intercourse memasukan penis ke dalam vagina adalah bentuk-bentuk aktivitas seksual Nugraha, 2010.
Aktivitas seksual manusia dapat pula dipahami sebagai interaksi antara proses kognitif dan fisik perilaku Catania, Gattai, Puppo,
Abdulcadir, Abdulcadir, Abdulcadir, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Birnbaum 2010 dalam Birnbaum, Simpson, Weisberg, Barnea, dan
Simhon 2012 mengemukakan bahwa aktivitas seksual mental dan perilaku dilakukan oleh individu dengan tujuan kelekatan, terutama dalam
kondisi yang membuat individu merasa hubungannya sedang berada dalam ancaman atau bahaya.
2. Pengertian Aktivitas Seksual Mental
Secara mental, aktivitas seksual mental dapat berbentuk fantasi- fantasi atau imajinasi tentang seks. Aktivitas seksual mental dapat
mengacu kepada segala bentuk imaginasi mental individu yang merangsang secara seksual atau erotis. Imajinasi seksual ini dapat
berbentuk paduan cerita atau dapat hanya berupa imajinasi-imajinasi akan aktivitas-aktivitas romantis dan seksual. Imajinasi tersebut dapat berbentuk
imajinasi yang aneh ataupun realistis. Selain itu, imajinasi tersebut dapat melibatkan kenangan-kenangan
dari kejadian-kejadian yang telah berlalu ataupun murni hanya sebuah imajinasi saja Birnbaum, Simpson, Weisberg, Barnea, Simhon, 2012.
Kinsey, dkk 1953 dalam McCauley dan Swann 1978 mendefinisikan aktivitas seksual mental sebagai pikiran dari hubungan seksual yang telah
mereka lakukan sebelumnya, atau pikiran dari hubungan seksual yang mereka ingin dan akan lakukan. Istilah fantasi seksual itu sendiri merujuk
kepada segala bentuk imajinasi mental yang merangsang secara seksual atau erotis bagi individu. Elemen dasar dari berimajinasi secara seksual
adalah kemampuan individu untuk mengontrol imajinasi itu sendiri Leitenberg Henning, 1995.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Birnbaum, Simpson, Weisberg, Barnea, dan Simhon 2012 dikemukakan pula bahwa imajinasi
seksual dilakukan oleh individu dengan motivasi yang sama dengan perilaku seksual, yaitu mendapatkan kesenangan dalam hubungan dan
mendapatkan kelekatan dengan pasangan. Aktivitas seksual mental juga dilakukan oleh individu disebabkan individu merasa hubungan terancam.
Individu juga cenderung melakukan aktivitas seksual mental disebabkan hal tersebut dapat dilakukan secara pribadi dan tidak dapat diamati oleh
dunia luar.
Oleh karena imajinasi seksual adalah aspek sentral dari aktivitas seksual manusia, memahami imajinasi seksual adalah hal pokok untuk
memahami aspek-aspek penting lain dari seksualitas individu. Imajinasi seksual dapat memengaruhi perilaku seksual dan juga merefleksikan
pengalaman seksual di masa lalu. Dengan kata lain, perilaku seksual yang individu lakukan dapat dipengaruhi oleh imajinasi mereka, dan sebaliknya,
imajinasi seksual dipengaruhi oleh perilaku seksual yang telah mereka lakukan, lihat, dan baca sebelumnya Leitenberg Henning, 1995.
Imajinasi seksual dapat dipicu oleh hal-hal yang individu baca atau lihat Jones Barlow, 1990, dalam Leitenberg Henning, 1995. Imajinasi-
imajinasi tersebut dapat digunakan untuk menstimulasi gairah seksual, demikian pula sebaliknya, gairah seksual dapat menstimulasi imajinasi-
imajinasi mengenai seks Leitenberg Henning, 1995. Dalam imajinasi seksual, individu dapat mengimajinasikan apa pun
yang dia inginkan, entah hal tersebut realistis atau tidak, tanpa mengalami perasaan malu atau penolakkan sosial dan pembatasan hukum.
Kebanyakan imajinasi seksual dilakukan untuk menstimulasi atau meningkatkan perasaan puas akan seks entah imajinasi tersebut melibatkan
pengenangan akan pengalaman seksual yang telah dilakukan, aktivitas seksual yang akan dilakukan, hanya pikiran impian belaka, atau khayalan
Leitenberg Henning, 1995. Imajinasi seksual adalah hal yang umum dialami oleh laki-laki maupun perempuan pada usia pubertas. Selain itu,
semakin meningkatnya imajinasi seksual pada individu berhubungan dengan meningkatnya perilaku seksual individu.
3. Pengertian Aktivitas Seksual Perilaku