34
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Peneliti melakukan penelitian kuantitatif komparatif. Penelitian kuantitatif komparatif menggunakan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk
membandingkan rerata dari dua atau lebih kelompok populasi untuk melihat apakah perbedaan statistik yang signifikan pada kedua populasi tersebut
Neuman, 2000. Pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistika Azwar, 2012. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan frekuensi aktivitas seksual pada remaja yang memiliki sensitivitas penolakan yang tinggi dan yang rendah di SMA A.
Pada penelitian ini, variabel sensitivitas akan penolakan adalah variabel yang berada dalam sebuah garis interval yang akan lebih baik diteliti dalam
penelitian korelasional. Namun, dalam penelitian ini penelitian korelasional tidak dapat dilakukan karena uji asumsi berupa uji normalitas dan linearitas yang tidak
terpenuhi. Padahal, uji normalitas dan linearitas perlu terpenuhi terlebih dahulu agar uji korelasional dapat dilakukan. Oleh karena itu, penelitian dilakukan
dengan metode kuantitatif komparatif.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori yang ada dan rumusan hipotesis penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen : Sensitivitas akan penolakan
2. Variabel Dependen : Aktivitas seksual
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional digunakan untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan diukur. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sensitivitas akan Penolakan
Sensitivitas akan penolakan adalah ekspektasi kecemasan atau ketakutan akan penolakan, mudah merasakan penolakan, dan reaksi yang
berlebihan terhadap penolakan. Terdapat dua macam sensitivitas akan penolakan, yaitu High Rejection Sensitivity dan Low Rejection Sensitivity.
High Rejection Sensitivity adalah level sensitivitas yang tinggi untuk
merasa cemas dan khawatir akan pengabaian dan penolakan Downey, Freitas, Michaelis, Khouri, 1998 sehingga individu tanpa disadari
mencari-cari situasi yang memungkinkan terjadinya penolakan, dan sensitif terhadap sikap ataupun perilaku orang lain yang ambigu Ayduk, Denton,
Mischel, Downey, 2000; Downey Feldman, 1996; Downey, Freitas, Michaelis, Khouri,1998 dan tidak terlalu mengharapkan penerimaan
Ayduk, Downey, Kim, 2001. Sedangkan Low Rejection Sensitivity adalah level sensitivitas yang rendah untuk merasa cemas dan khawatir akan
pengabaian dan penolakan sehingga pada individu yang LRS, mereka cenderung tidak terlalu khawatir akan penolakan dan lebih mengharapkan
penerimaan dari orang lain Ayduk, Downey, Kim, 2001; Ayduk, Downey, Testa, Yen, 1999; Ayduk, Denton, Mischel, Downey, 2000.
Pada penelitian ini, sensitivitas akan penolakan diukur dengan menggunakan
Children Rejection Sensitivity Questionnaire atau CRSQ Downey, Lebolt, et
al., 1998.
2. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual adalah tindakan fisik dan mental yang menstimulasi,
merangsang, dan memuaskan secara jasmaniah. Tindakan tersebut dilakukan sebagai cara yang penting bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaan
dan daya tarik terhadap orang lain. Dalam penelitian ini, aktivitas seksual diukur dengan menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan
tujuan mengukur frekuensi aktivitas seksual remaja.
D. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 75 murid SMA A kelas I dan II 2 subjek digugurkan karena rentang usia subjek tidak masuk ke dalam kriteria rentang usia
subjek penelitian. Rentang usia partisipan adalah 15 sampai 18 tahun baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan. Jumlah partisipan laki-laki adalah 35 subjek
dan jumlah partisipan perempuan adalah 30 subjek sedangkan 10 tidak diketahui jenis kelaminnya. Penelitian ini melibatkan partisipan remaja karena berdasarkan
penelitian yang diadakan oleh Rosenthal, et.al. 2001 yang mengemukakan bahwa remaja adalah tingkat tertinggi perilaku seksual jika dibandingkan dengan
rentang usia yang lainnya. Selain itu, usia remaja dijelaskan sebagai masa awal perilaku seksual akan terjadi karena pada usia ini, individu telah memiliki
kelekatan dengan lawan jenis mereka Center for Disease Control Prevention, 2008.
Masa remaja juga merupakan periode ―badai dan stress‖ sehingga remaja masih tidak menentu, emosional, tidak stabil, dan tidak dapat diprediksi Hurlock,
1973. Oleh karena ketidakstabilan ini, remaja cenderung berani untuk mengambil resiko, misalnya eksperimen seksual Santrock, 2007.
Masa remaja adalah masa ketika remaja baru saja memiliki dorongan seks,
ciri-ciri kepribadian eksperimentasi, eksplorasi, belum bertanggung jawab, masih mengikuti kesenangan sesaat, tidak berpikir dewasa dalam jangka jauh sehingga
sering muncul masalah seksualitas Dirgagunarsa dalam Sarwono, 1981. Namun, walaupun hubungan romantis mulai dibentuk pada masa remaja, hubungan-
hubungan romantis tersebut masih tidak terlalu berurat berakar jika dibandingkan dengan masa dewasa. Hal ini berarti masa remaja adalah waktu yang tepat untuk
melakukan pencegahan guna membantu remaja yang beresiko untuk memiliki hubungan romantis yang bermasalah mengembangkan kemampuan untuk
membangun relasi yang sehat Downey, Bonica, Rincon, dalam Furman, Brown, Feiring, 1999.
Penerimaan secara sosial terutama dari teman-teman sebaya adalah hal yang penting dalam pembentukkan identitas diri dan sosial remaja. Remaja yang
tidak mendapatkan penerimaan dari teman-temannya akan merasa tidak bahagia dan mengembangkan ketidakyakinan di dalam dirinya. Remaja tersebut akan
berulang kali mengembangkan sikap pesimis terhadap kehidupan dan dirinya sendiri. Oleh karena itu, sebagai gantinya remaja akan mengembangkan pencarian
kepuasan pengganti, seperti berkhayal dan melakukan aktivitas seksual Hurlock, 1973.
Metode sampling yang dilakukan adalah convenience sampling. Peneliti memilih metode sampling tersebut karena alasan kemudahan dan kepraktisan. Hal
tersebut terkait
dalam perijinan
penelitian di
institusi terkait.
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA