yang menjadi kekuranggan HbA1c sebagai alat skrining atau diagnosis antara lain perubahan karena faktor-faktor selain glukosa misalnya perubahan masa hidup
eritrosit dan etnis, pengujian HbA1c belum tersedia di beberapa laboratorium di dunia, dan biaya yang mahal Sacks, 2011.
F. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang menyerang sistem peredaran darah manusia, terutama organ jantung dan pembuluh darah. Penyebab penyakit
kardiovaskular adalah adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan jantung akan darah teroksigenasi sehingga menyebabkan terjadinya aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan suatu keadaan menebalnya lumen pembuluh darah yang disebabkan oleh penumpukkan lipid. Pada beberapa penelitian yang dilakukan
beberapa tahun terakhir ini membuktikan tingginya prevalensi obesitas pada masyarakat usia lanjut menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular Kumar, et al., 2010; Gotera, Aryana, Suastika, Santosa, dan Kuswardhan, 2006.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada pasien diabetes melitus yang merupakan salah satu penyulit makrovaskular pada diabetes
melitus. Penyulit makrovaskular ini bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital seperti jantung dan otak. Penyebab aterosklerosis
pada pasien diabetes melitus tipe 2 bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hyperlipidemia, stress,
oksidatif, penuaan dini dan hiperinsulinemia serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan fibrinolysis. Pada pasien diabetes melitus risiko payah jantung
kongestif meningkat 4 sampai 8 kali dibanding dengan pasien lain Shahab, 2007.
G. Landasan Teori
Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan ukuran tubuh, termasuk ketebalan lipatan kulit skinfold thickness,
lingkar pinggang circumferences, panjang, dan luas breadths. Hasil pengukuran antropometri dapat menggambarkan dan mengevaluasi status gizi dan status
kesehatan seseorang atau suatu populasi, sesuai dengan indikator antropometri yang diinginkan NHANES, 2007. Salah satu pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan adalah pengukuran Body Mass Index BMI. Pengukuran body mass index ini berhubungan dengan pengukuran tinggi dan berat badan. Metode pengukuran
body mass index sering digunakan sebagai prediktor obesitas ataupun tidak obesitas CDC, 2009. Nilai BMI yang berada di antara 25-29,9 kgm
2
disebut kelebihan berat badan overweight
sedangkan nilai BMI ≥30 kgm
2
disebut obesitasWHO, 2013. Bila lemak di tubuh berlebih obesitas, akan berdampak terjadinya intoleransi
glukosa dan perlawanan terhadap aksi insulin. Hal ini berkaitan dengan jaringan adiposa abdomen yang berlebih kemudian akan berakibat hiperglikemia bahkan
diabetes melitus Steyn, et al., 2004. Diabetes melitus tipe 2 yang cenderung diderita oleh orang dewasa ini
berkorelasi dengan obesitas, aktivitas fisik, maupun riwayat keluarga yang
memberikan sumbangan hingga 90 terjadinya diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit
kardiovaskular, peripheral vascular, ocular, neurologic, abnormalitas renal yang menyebabkan penyakit jantung, stroke, kebutaan, kerusakan saraf ginjal hingga
kematian Ceriello and Motz, 2004. HbA1c adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit diabetes melitus terkendali dengan baik
atau tidak. HbA1c dapat digunakan untuk memperkirakan kadar rata-rata glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir Reinhold and Earl, 2014. Kadar HbA1c
yang rendah bukan berarti penderita DM bebas dari risiko komplikasi, namun tingkat risiko akan lebih rendah dibanding penderita DM dengan kadar HbA1c yang tinggi,
oleh sebab itu International Expert Comitte menetapkan pentingnya pemeriksaan HbA1c dalam skrining diagnosis penyakit diabetes melitus American Diabetic
Association, 2014. Pada tabel di bawah ini terdapat tabel penelitian korelasional antara BMI
terhadap HbA1c, hal ini menunjukkan bahwa sebelum penelitian ini dilakukan telah terdapat penelitian yang serupa pernah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan
terdapat korelasi yang bermakna antara BMI terhadap HbA1c yang dapat menguatkan hipotesis peneliti. Pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan-
perbedaan misalnya dari jenis kelamin responden yang digunakan, jumlah responden, tempat penelitian di lakukan hingga rentang usia responden yang dilibatkan dalam
penelitian.