Jenis dan Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Responden Penelitian

sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini sebagai berikut: Gambar 2. Bagan Kajian Penelitian Payung LP RLPP Pria HbA1c Wanita HbA1c lpa hs-CRP Body Mass Index Pria HbA1c Wanita HbA1c hs-CRP Body Fat Percentage Pria HbA1c Wanita HbA1c lpa

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling merupakan cara pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Teknik purposive sampling berarti dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan suatu tujuan yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Jenis purposive sampling merupakan teknik yang berdasarkan pada cirisifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan cirisifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya sehingga cirisifat yang spesifik dalam populasi tersebut digunakan sebagai kunci untuk pengambilan sampel Notoatmodjo, 2010.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah timbangan berat badan dengan merek Idealine® dan alat pengukur tinggi dengan merek Height® dimana hasil dari pengukuran tersebut digunakan untuk menghitung Body Mass Index. Pengukuran kadar HbA1c menggunakan Cobas C 501® dan dilakukan dengan menggunakan metode Turbidimetric inhibition im.

I. Tata Cara Penelitian 1.

Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah penduduk di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, serta mencari tempat atau lokasi yang tepat untuk melakukan penelitian. Pencarian laboratorium yang tepat untuk menganalisis darah responden juga dilakukan kemudian dipilihlah Laboratorium Pramitha Yogyakarta untuk menganalisis sampel darah pasien karena laboratorium tersebut telah terakreditasi dan merupakan salah satu laboratorium yang terpercaya di Yogyakarta.

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance dibutuhkan karena di dalam penelitian ini menggunakan sampel darah manusia serta agar hasil penelitian dapat dipublikasikan. Ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KEFK502EC. Permohonan izin selanjutnya diteruskan kekantor Kecamatan Cangkringan agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan penduduk yaitu pria dan wanita di Kecamatan Cangkringan dalam penelitian. Permohonan izin terakhir ditujukan kepada kantor Kepala Desa Kepuharjo dimana penelitian akan dilakukan di Desa ini yang melibatkan warga desa pria dan wanita yang memenuhi kriteria penelitian. Permohonan kerjasama pertama diajukan ke bagian Laboratorium Pramitha Yogyakarta untuk pengambilan dan analisis darah. Permohonan kerjasama selanjutnya diajukan kepada calon responden penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian ini. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini selanjutnya mengisi informed consent berupa nama lengkap, usia, tanggal lahir, alamat dan menandatangani informed consent tersebut sebagai tanda persetujuan. Leaflet digunakan untuk membantu responden dalam memahami gambaran penelitian ini. Kontenisi dari leaflet yaitu tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi responden, pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index serta pemeriksaan HbA1c.

4. Pencarian responden

Waktu pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kecamatan Cangkringan. Kecamatan Cangkringan merekomendasikan Desa Kepuharjo terkait kriteria penduduk yang diinginkan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti meminta izin langsung ke Kantor Kepala Desa Kepuharjo dan didapatkan informasi mengenai jumlah penduduk Desa Kepuharjo serta Padukuhan-Padukuhan yang terdapat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Peneliti kemudian berkoordinasi dengan kepala Dukuh masing-masing Padukuhan untuk mengetahui persebaran rumah penduduk dan batas-batas padukuhan yang kemudian setiap calon responden didatangi satu persatu ditiap-tiap rumah door to door yang selanjutnya diwawancarai sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan pada penelitian. Calon responden yang masuk dalam kriteria inklusi rumahnya ditandai untuk memudahkan peneliti dalam memberikan undangan untuk pengambilan sampel darah. Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Responden juga kemudian diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa selama 10-12 jam .

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian

Pengujian reabilitas dilakukan pada alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan dengan replikasi pengukuran sebanyak lima kali. Pada pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan pengukuran sebanyak lima kali berturut-turut oleh subyek yang sama pria berumur 53 tahun dengan nilai CV pada alat timbangan berat badan adalah 0,0415481 sedangkan nilai CV pada alat pengukur tinggi badan adalah 0,151918. Alat timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi badan dikatakan reliable karena nilai CV yang diper oleh yaitu ≤ 5. Alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan ini juga dapat dikatakan valid karena telah dikalibrasi oleh Badan Meterologi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat Cobas C 501® yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c juga telah divalidasi oleh Laboratorium Pramitha Yogyakarta .

6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah untuk

pengukuran kadar Hb dan HbA1c a. Parameter antropometri. Pengukuran antropometri diperoleh dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Berat badan, responden menimbang berat badan dengan timbangan yang telah disediakan, responden harus melepas alas kaki untuk mengurangi faktor koreksi. Responden harus berdiri dengan posisi tegak lurus dan pandangan kearah depan di atas timbangan. Tinggi badan, responden diukur tinggi badan dengan menempelkan meteran pada dinding datar. Responden harus melepas alas kaki untuk mengurani faktor koreksi, berdiri tegak lurus sampai meteran menyentuh ujung kepala responden. b. Pengambilan darah responden yang sebelumnya telah berpuasa 8-12 jam. Pengambilan darah untuk pengukuran nilai Hb dan HbA1c ini dilakukan oleh tenaga ahli dari Laboratorium Pramitha Yogyakarta.

7. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden

Hasil pengukuran antropometri serta hasil analisis sampel darah dari Laboratorium Pramitha Yogyakarta diberikan kepada responden kemudian peneliti memberikan penjelasan mengenai hasil pengukuran antropometri dan analisis darah responden disertai dengan memberikan saran mengenai perbaikan atau perubahan gaya hidup responden.

8. Pengolahan data

Pada pengolahan data langkah pertama yang dilakukan yaitu menyusun data yang sejenis yang kemudian digolongkan kedalam kategori yang telah ditetapkan, yaitu BMI, Hb, HbA1c, dan usia. Proses terakhir yang diakukan yaitu analisis data.

J. Analisis Data Penelitian

Data diolah secara statistik dengan taraf keperayaan 95 menggunakan program SPSS versi 17. Proses analisis data yang pertama kali dilakukan adalah uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data. Pengujian dilakukan dengan