Pencarian responden Instrumen Penelitian

dalam kategori middle adulthood dimana dalam periode ini mulai terjadi penurunan fungsi organ, penurunan kekuatan fisik hingga penurunan daya ingat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyoroga 2012 , kelompok usia ≥45 tahun lebih berisiko menderita diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan kelompok usia 45 tahun p=0,026. Peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2 sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia karena lebih dari 50 diabetes melitus tipe 2 terjadi pada kelompok umur lebih dari 60 tahun Goldstein and Muller 2008. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tekade dan Srijampana 2012 pada masyarakat urban di India yang melibatkan 613 responden 323 laki-laki dan 290 perempuan menunjukkan bahwa 26,3 perempuan dan 31,03 laki-laki berada pada risiko tertinggi peningkatan diabetes melitus tipe 2 dimana risiko tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Sujaya 2009 menemukan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita diabetes melitus tipe 2 adalah kelompok usia 45 –52 tahun 47,5. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan usia, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan b erkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Penelitian yang dilakukan oleh Jalal, Indrawaty, Susanti, dan Oenzil 2008 juga menemukan bahwa usia memegang peranan penting dalam kejadian sindrom metabolik karena semakin meningkatnya usia, maka prevalensi sindrom metabolik semakin meningkat. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka fungsi organ tubuh semakin menurun. Menurut American Diabetic Association 2014 semakin bertambah tua usia manusia, semakin menambah berkembangnya risiko penyakit diabetes. Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes melitus tipe 2 dibandingkan laki-laki karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan index masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan premenstrual syndrome, pasca-menopause membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita lebih berisiko menderita diabetes melitus tipe 2 Irawan, 2010.

2. Body Mass Index BMI

Nilai body mass index yang diperoleh pada penelitian ini adalah perhitungan terhadap hasil pengukuran berat badan kg dan tinggi badan m 2 responden. Uji normalitas body mass index menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95 yang menghasilkan signifikansi sebesar 0,233 yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Ukuran pemusatan body mass index dinyatakan dalam mean yaitu 24,44 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 2,98. Distribusi body mass index responden dapat dilihat pada gambar 4.