4. HbA1c
Uji normalitas HbA1c menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95 yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,040 yang
menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
Gambar 6. Grafik Distribusi HbA1c responden
Ukuran pemusatan data HbA1c dinyatakan dalam median yaitu 5,50 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu
5,00-6,20. Pemeriksaan nilai HbA1c merupakan suatu uji sampel darah yang memberikan informasi mengenai rata-rata kadar glukosa darah seseorang
selama 3 bulan terakhir. Tes HbA1c merupakan tes utama yang digunakan untuk manajemen diabetes melitus. Hasil tes HbA1c dinyatakan dalam
presentase dimana semakin tinggi persentase HbA1c maka kadar glukosa darah seseorang semakin tinggi pula, nilai normal HbA1c ialah dibawah 5,7
National Institute of Health, 2011.
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan kadar HbA1c di dalam darah. Obesitas dapat mengakibatkan gangguan pada proses
uptake glukosa ke dalam sel sehingga mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pengujian terhadap HbA1c dapat membantu memprediksi
kemungkinan terjadinya diabetes dimasa depan, nilai prediktif HbA1c merupakan tes yang berguna untuk skrining diabetes secara periodik sehingga
pasien dengan HbA1c tinggi yang tidak memiliki diabetes mungkin perlu lebih berhati-hati untuk mengurangi risiko diabetes, terutama jika mengalami
kelebihan berat badan atau obesitas. Sherwood, 2011; Edelman, Olsen, Dudley, Harris, and Oddone, 2005.
Penelitian yang dilakukan oleh Gao, Matthews, and Sargeant, 2008 pada 1139 responden laki-laki dan perempuan yang berusia 69 tahun keatas,
menyatakan bahwa penyebab kematian seperti penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung iskemik meningkat seiring dengan meningkatnya kadar
HbA1c pada responden. Penelitian yang dilakukan oleh Nishimura, Nakagami, Sone, Ohashi and Tajima 2011 juga menemukan bahwa risiko
dari penyakit kardiovaskular meningkat pada pada responden dengan nilai HbA1c ≥6,5 dibandingkan responden dengan nilai HbA1c 6 sehingga
nilai HbA1c ini seharusnya dapat dimasukkan kedalam test dalam prediksi risiko penyakit kardiovaskular. Pengontrolan nilai HbA1c dibutuhkan untuk
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular pada pasian diabetes dengan nilai HbA1c yang tinggi.
B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Kelompok Body Mass Index
≥ 25 kgm
2
dan Body Mass Index 25 kgm
2
Uji komparatif atau perbandingan bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kgm
2
dengan HbA1c pada kelompok BMI 25 kgm
2
. Pada penelitian ini, klasifikasi nilai BMI berdasarkan Central For Disease Control and Prevention 2012. Jumlah responden
yang memiliki nilai BMI ≥ 25 kgm
2
sebanyak 20 responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki nilai BMI 25 kgm
2
sebanyak 26 responden.
Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data dari masing-
masing kelompok ≤ 50. Hasil dari uji normalitas kedua kelompok adalah pada kelompok BMI
≥ 25 kgm
2
n=20 terdistribusi normal p=0,997, sedangkan pada kelompok BMI 25 kgm
2
n=26 tidak terdistribusi normal p=0,020. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka uji komparatif yang digunakan adalah Mann-
Whitney karena terdapat satu kelompok yang tidak terdistribusi normal. Pada uji komparatif apabila nilai p 0,05 maka menunjukkan adanya perbedaan yang tidak
bermakna antara kedua kelompok data Dahlan, 2014. Berikut ini adalah hasil dari
uji komparatif rerata HbA1c pada dua kelompok data.
Tabel VII. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index ≥
25 kgm
2
dan 25 kgm
2
Body mass index ≥ 25
kgm
2
n=20 Body mass index
25 kgm
2
n=26
p HbA1c
5,57±0,30 5,46±0,30
0,163