Koherensi Aditif Koherensi Temporal
dalam wacana tulis atau pendengar dalam wacana lisan, tanpa keraguan apapun. Idealnya, wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat-syarat kohesi
sekaligus koherensi. Kohesi dapat terpenuhi jika dalam wacana terbina keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut atau dengan kata
lain memiliki hubungan bentuk. Jika wacana sudah kohesif akan terciptalah kekoherensian, yaitu isi wacana yang apik dan benar atau dengan kata lain
memiliki hubungan makna atau hubungan semantis. Menurut Pranowo 2015: 148-150, pertalian kohesi dan koherensi dalam wacana terjadi dalam beberapa
bentuk: 1 kohesif sekaligus koheren, 2 kohesif tetapi tidak koheren,
3 koheren tetapi tidak kohesif, 4 tidak kohesif dan tidak koheren. a.
Kohesif sekaligus Koheren
Wacana yang memiliki pertalian bentuk kohesif sekaligus pertalian makna koheren.
Contoh:
Baru-baru ini
, masyarakat dunia digoncangkan krisis moneter, termasuk Indonesia. Para nasabah bank berbondong-bondong menarik depositonya.
Sementara itu
, bursa efek Jakarta mulai limbung dalam menampung serbuan para pemburu saham. Pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham
yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek Jakarta berusaha menampung minat para pemilik uang yang menggebu-gebu itu. Akibatnya, indeks harga
saham gabungan IHSG dalam tempo singkat melampaui angka 100 persen. Bahkan
, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 110 persen Santosa, 2016: 116. Contoh wacana di atas selain memperlihatkan kekohesian melalui
penggunaan kata ganti dan repetisi, juga memperlihatkan kekoherensian melalui penggunaan beberapa penanda koherensi seperti baru-baru ini, sementara itu,
oleh karena itu , akibatnya, dan bahkan. Dengan penggunaan penanda tersebut
paragraf menjadi terpadu, urutan kalimat-kalimatnya logis dan teratur.