dan potasium hidrogen fosfat yang berfungsi sebagai mineral yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bakteri. BPW juga berfungsi sebagai buffer
yang digunakan untuk mempertahankan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri yaitu pada pH antara 6,5-7,5 Bridson, 2006. Proses pengenceran pada penelitian ini
dilakukan dengan cara mengambil 1 mL dari hasil homogenisasi kemudian dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi 9 mL BPW maka diperoleh
pengenceran 10
-2
yang dihomogenkan dengan bantuan vortex. Pengenceran selanjutnya yaitu 10
-3
, 10
-4
, 10
-5
hingga 10
-6
dibuat dengan cara yang sama seperti proses pengenceran sebelumnya. Tujuan dilakukannya pengenceran yaitu agar
mendapatkan koloni yang terpisah dengan jumlah 25 sampai dengan 250 koloni atau sekurang-kurangnya dalam satu cawan memenuhi range tersebut sehingga
mempermudah perhitungan koloni. Apabila tidak dilakukan pengenceran maka koloni bakteri yang tumbuh akan sangat pekat dan saling bertumpuk sehingga akan
mempersulit proses pengamatan dan perhitungan jumlah koloni.
D. Uji Angka Lempeng Total ALT
Angka Lempeng Total ALT merupakan salah satu parameter keamanan dalam aspek mikrobiologis yang dilakukan untuk menentukan jumlah cemaran
mikroba khususnya bakteri yang terdapat pada obat tradisional. ALT dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah pembuatan obat tradisional sudah
memenuhi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB atau tidak. Uji ALT merupakan metode yang dilakukan untuk menghitung angka cemaran bakteri
aerob mesofil yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dengan metode cara tuang pour plate pada media lempeng agar dan diinkubasi dalam posisi terbalik
pada suhu 35-37
o
C selama 24-48 jam. Bakteri aerob mesofil merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen untuk proses respirasi, pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya yang dapat hidup dan tumbuh pada suhu 10-40
o
C Nicholas, 2002. Pada pengujian ALT, sampel jamu beras kencur yang telah dihomogenisasi
selanjutnya dilakukan pengenceran 10
-1
sampai 10
-6
dan masing-masing pengenceran dibuat duplo dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perhitungan. Masing-masing
sampel direplikasi sebanyak tiga kali yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid
. Seri pengenceran sampel jamu beras kencur kemudian dicampurkan pada
media Plate Count Agar PCA. Pada uji ini menggunakan media PCA karena media PCA merupakan media non selektif yang baik untuk menumbuhkan semua jenis
bakteri, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur. Media PCA mengandung : 0,5 trypton, 0,25 ekstrak
ragi, 0,1 glukosa, 1,5 agar-agar yang berguna sebagai nutrisi maupun sumber energi sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Pembuatan media PCA dilakukan
dengan mencampurkan 29 g ke dalam 1650 mL aquadest steril, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan bantuan magnetic stirrer serta disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Media yang akan digunakan didinginkan terlebih dahulu pada suhu ruangan, apabila media terlalu
panas maka mikroorganisme yang ditumbuhkan akan mati dan tidak dapat bertahan.
Penanaman menggunakan metode pour plate yaitu menuangkan 15 mL media PCA ke dalam cawan petri yang telah berisi 1 mL sampel kemudian didinginkan hingga
padat dan diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35
o
C selama 48 jam. Cawan diinkubasi pada suhu 35
o
C karena menurut Capuccino 2008, suhu 34-35
o
C merupakan suhu optimum pertumbuhan bakteri mesofilik. Uji ALT dilakukan dengan
metode pour plate karena sifat dan kebutuhan oksigen dari bakteri yang terdapat dalam sampel beras kencur belum diketahui, maka dengan menggunakan metode
pour plate dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri aerob mesofil yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya, sehingga akan teramati pertumbuhan
bakteri aerob mesofil yang berada dipermukaan lempeng agar. Inkubasi dilakukan dengan posisi terbalik agar uap air yang terkondensasi pada tutup cawan selama masa
inkubasi tidak menetes ke media karena apabila uap air menetes akan mempersulit pengamatan dan dapat mengganggu perhitungan koloni. Setiap proses pengerjaan
dalam penelitian dilakukan secara aseptis yaitu tempat di area kerja di lap dengan alkohol 70 terlebih dahulu dan setiap proses dikerjakan dekat dengan nyala api
Bunsen. Proses pengerjaan secara aseptis dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan adanya kontaminasi baik pada alat maupun bahan yang digunakan
yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi nilai ALT yang diperoleh. Pada pengujian ALT dilakukan uji kontrol untuk mengetahui sterilitas media
dan pelarut. Kontrol media dilakukan dengan menuangkan media PCA kedalam cawan petri dan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 35
o
C selama 24-48 jam
untuk melihat sterilitas dari media sehingga dapat menjamin bahwa bakteri yang tumbuh murni berasal dari sampel. Sedangkan kontrol pelarut dilakukan dengan
menuangkan media PCA dan 1 mL pelarut BPW kedalam cawan petri dan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 35
o
C selama 24-48 jam untuk menjamin bahwa tidak ada kontaminan yang berasal dari pelarut BPW yang digunakan.
Gambar 2. Kontrol media A dan kontrol pelarut B
Dapat dilihat pada gambar 2 bahwa pada kontrol media maupun pelarut tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri setelah diinkubasi pada suhu 35
o
C selama 24-48 jam. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa media maupun pelarut yang
digunakan tidak terkontaminasi bakteri sehingga dapat dipastikan bahwa koloni yang tumbuh pada media biakan merupakan bakteri yang berasal dari jamu beras kencur.
Koloni yang tumbuh pada media biakan setelah diikubasi 48 jam pada suhu 35
o
C kemudian dihitung menggunakan colony counter menurut cara perhitungan ALT
yang ditetapkan dalam SNI 2897 tahun 2008. Jumlah koloni yang tumbuh dinyatakan sebagai jumlah koloni per mL sampel.
Tabel III. Angka Lempeng Total ALT dari ke-3 sampel Jamu Beras Kencur Sampel
ALT kolonimL
Pedagang 1 1,2 x 10
6
kolonimL Pedagang 2
1,7 x 10
8
kolonimL Pedagang 3
2,3x10
8
kolonimL
Berdasarkan data pada tabel III tabel perhitungan lengkap pada lampiran 2 , terlihat bahwa nilai ALT ketiga sampel jamu beras kencur melebihi ambang batas
yang diperbolehkan dalam Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional yaitu nilai ALT pada cairan obat dalam
tidak boleh lebih dari 10
4
kolonimL. Sampel jamu beras kencur yang diteliti memiliki ALT yang tinggi diduga akibat pengaruh dari beberapa faktor diantaranya
akibat proses selama peracikan jamu beras kencur, bahan baku yang digunakan, kebersihan dari alat-alat yang digunakan serta cara pengemasan jamu beras kencur.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap ketiga penjual jamu saat pengambilan sampel.
Selama proses peracikan, prilaku penjual jamu kurang higenis yaitu tidak menggunakan sabun dan air mengalir pada saat mencuci tangan sebelum membuat
jamu, hal tersebut memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri dari tangan penjual jamu saat proses peracikan. Salah satu bahan utama dari jamu beras kencur adalah
kencur yang berupa rimpang. Rimpang kencur yang digunakan diperoleh dari pedagang rimpang yang berjualan di pasar Sambilegi, sehingga kualitas dan
kebersihan dari rimpang kencur yang digunakan tidak dapat dipastikan. Masuknya kontaminan diduga terjadi akibat pencucian rimpang kencur yang kurang bersih oleh
pedagang bahan baku, sehingga memungkinkan kontaminasi bakteri dari tanah apabila tidak diolah dengan bersih. Beberapa bakteri patogen yang terdapat dalam
tanah misalnya Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Bacillus anthracis dan Clostridium perfringens Radji, 2010. Botol-botol bekas dan gelas yang akan
digunakan sebagai wadah jamu yang siap diminum hanya dibilas dengan air yang telah disediakan di dalam ember. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu adanya
cemaran mikroba akibat kontaminan yang masih menempel pada botol maupun akibat air yang digunakan telah tercemar oleh bakteri. Bakteri yang hidup di air
seperti Vibrio cholera, Escherichia coli, Salmonella dan Shigella Radji, 2010. Nilai ALT yang melebihi ambang batas menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang terdapat
dalam sampel jamu beras kencur cukup tinggi sehingga berpotensi dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Apabila
konsumen secara terus menerus meminum jamu beras kencur yang nilai ALT nya melebihi batas, tentu hal tersebut akan memberikan efek yang tidak baik bagi
kesehatan tubuh. Menurut Brooks 2005, bakteri-bakteri yang terdapat pada tanah maupun air mampu menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
seperti demam, muntah, diare, gangguan pencernaan lain bahkan dapat menginfeksi sistem saraf.
E. Identifikasi Escherichia coli