ini juga menghasilkan hemolisin yang bersifat sitotoksik terhadap membran sel hospes.
2. Escherichia coli meningitis neonates NMEC
NMEC dapat menyebabkan meningitis pada bayi baru lahir. Galur bakteri ini dapat menginfeksi 1 dalam 2000-4000 bayi. Perjalanan infeksi
biasanya terjadi setelah E. coli masuk ke dalam pembuluh darah melalui nasofaring atau saluran gastrointestinal dan kemudian masuk ke dalam sel-
sel otak Radji, 2010.
F. Identifikasi Escherichia coli
Menurut MA PPOMN No. 97MIK00 Tahun 2006 terkait cara uji Echerichia coli dalam obat tradisional, prinsip identifikasi E. coli yaitu pengujian yang dilakukan
dengan uji pendugaan ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham setelah diinkubasikan dalam media yang cocok pada suhu 44
o
C selama 24-48 jam, dilanjutkan dengan uji konfirmasi melalui uji biokimia Indole, Methyl red, Voges-
Proskauer dan Citrate IMViC. Uji fermentasi karbohidrat juga penting dilakukan untuk mengetahui
keberadaan bakteri E. coli. Dengan melakukan uji fermentasi karbohidrat atau uji fermentasi gula-gula kita dapat
mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan jenis gula-gula spesifik yang dapat mencerminkan sifat bakteri tersebut sehingga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menegaskan
keberadaan bakteri Soemarno, 2000. Uji tambahan yang dapat dilakukan untuk menegaskan keberadaan E. coli yaitu dengan mengamati pertumbuhan bakteri pada
media SIM. Komposisi media SIM memungkinkan untuk melakukan tiga pengujian sekaligus dalam satu media, diantaranya uji Sulfur H
2
S, uji Indol dan uji Motilitas. Kandungan Ferrous Ammonium Sulfate dan Sodium Thiosulfate dalam media SIM
dapat digunakan untuk uji H
2
S, kandungan Nutrien Agar NA dapat digunakan untuk uji Motilitas sedangkan uji Indol perlu penambahan reagen Kovacs Nugraheni,
2010. Berikut uji identifikasi E. coli yang dilakukan antara lain : 1.
Uji fermentasi karbohidrat glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob
dimana yang bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Masing-masing mikroba
mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda
dalam memfermentasikan berbagai karbohidrat. Uji fermentasi karbohidrat dilihat
dari pembentukan asam yang akan ditunjukkan dengan adanya perubahan warna media menjadi kuning dan terbentuk gas yang terjebak dalam tabung
durham Nugraheni, 2010. Bakteri E. coli adalah bakteri yang mampu memfermentasikan gula-gula spesifik seperti glukosa, laktosa, maltosa,
manitol dam sukrosa. Karakteristik kemampuan E. coli dalam memfermentasikan gula-gula spesifik dapat digunakan sebagai dasar untuk
uji identifikasi E. coli Holt et.al., 2000.
2. Uji Sulfur Indol Motility SIM
Uji ini terdiri dari tiga parameter pengamatan yaitu uji pembentukan sulfur H
2
S, uji pembentukan Indol dari hasil peruraian asam amino dan pengamatan pergerakan pertumbuhan bakteri dalam media tabung. Uji
sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan asam amino menjadi sulfur. Hasil peruraian sulfur dapat diamati dengan
penambahan garam-garam logam berat kedalam medium. Hasil positif apabila H
2
S bereaksi dengan senyawa-senyawa ini yang ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Hasil negatif yaitu tidak
terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam-logam berat yang
terkandung dalam medium Nugraheni, 2010. Uji
motilitas merupakan
metode yang
digunakan untuk
mengidentifikasi E. coli terhadap bakteri lainnya berdasarkan penyebaran koloni karena E. coli memiliki kemampuan bergerak atau motil dalam
media SIM. Apabila dalam media terdapat pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka dinyatakan bakteri yang diidentifikasi tersebut adalah
golongan Enterobacter termasuk E. coli Holt et.al., 2000. 3.
Uji IMViC a.
Uji Indol Bakteri tertentu seperti E. coli dapat menghidrolisis asam
amino triptofan menjadi indol dan asam piruvat melalui kerja enzim
triptofanase. Adanya indol dapat diketahui dengan menambahkan reagen Kovacs. Hasil positif ditunjukkan oleh terbentuknya lapisan
berwarna merah diatas biakan Soemarno, 2000. b.
Uji Metil Merah Pada umumnya glukosa merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme. Sebagian besar mikrooranisme enterik seperti E. coli memfermentasikan glukosa dengan memproduksi asam organik.
Adanya penambahan indikator pH metil merah dapat mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme ditandai dengan
penurunan pH dari 6 menjadi 4 serta terjadinya perubahan warna media dari kuning menjadi merah Cappuccino, 2008.
c. Uji Voges Proskauer
Uji ini berfungsi untuk mengidentifikasi mikroba yang mampu memfermentasi
2,3-butanadiol. Apabila
mikroba mampu
memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama maka akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam
media pertumbuhan. Penambahan reagen kalium hidroksida dan alfanaftol dapat menentukan adanya setoin yang merupakan senyawa
prekusor dalam sintesis 2,3-butanadiol. Setelah penambahan reagen kalium hidroksida, akan terjadi perubahan warna menjadi merah pada
medium yang menunjukkan adanya asetoin dan akan diperjelas dengan penambahan alfanaftol Lay, 1994.
d. Uji Sitrat
Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu mikroorganisme dalam menggunaan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energi. Simmon’s Citrate Agar SCA adalah salah
satu medium yang umum digunakan untuk menguji kemampuan semacam itu diantara bakteri. Medium ini juga mengandung indikator
bromtimol biru yang dapat berubah warna dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi basa. Apabila bakteri yang diuji mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon satu-satunya, maka akan terjadi peningkatan pH, terdapat pertumbuhan pada permukaan agar
miring serta berubahnya warna media dari hijau menjadi biru Hadioetomo, 1985.
G. Pengecatan Gram