dalam kelas Fito tidak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama. Seringkali peneliti melihat bahwa Fito senang sekali memutar-mutar badannya hingga
menghadap ke belakang dan kemudian meletakkan kepalanya di meja yang ada di depannya. Fito melakukan hal tersebut secara berulang-ulang sehingga
pendampingnya harus berulang kali menenangkan Fito. Tidak jarang Fito menggigit-gigit tempat pensil dan memasukkan rautan pensil ke dalam mulutnya.
Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti sempat mengamati cara Fito dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru. Peneliti melihat bahwa Fito
lebih fokus dengan lembar kerja anak yang ada di hadapannya. Ketika guru sedang menerangkan pelajaran, Fito justru mengambil informasi dengan membaca
LKS yang ia letakkan di atas mejanya. Fito terlihat tidak begitu tertarik dengan penjelasan guru di depan kelas, seolah-olah membaca LKS lebih menarik baginya.
Sesekali pendamping pribadi yang duduk di sebelahnya ikut mengontrol Fito dalam mengikuti pembelajaran yaitu dengan memberikan instruksi singkat. Misal
“ambil pensilnya” atau “tulis di sini”. Peneliti melihat bahwa Fito lebih dapat mengikuti instruksi singkat daripada penjelasan panjang yang diberikan oleh guru
di depan kelas.
4.1.2.2 Partisipan II Guru Kelas II
Latar Belakang Partisipan
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak dua kali. Wawancara yang pertama dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015. Wawancara
tersebut dilakukan di ruang kelas II setelah kegiatan belajar mengajar di SD Perahu berakhir, yaitu pada pukul 12:08. Sedangkan wawancara yang kedua
dilakukan pada tanggal 16 November 2015. Wawancara tersebut dilakukan di teras depan kelas II, setelah partisipan selesai memberikan les kepada anak kelas
II, yaitu pada pukul 12:34. Partisipan II pada penelitian ini adalah seorang guru laki-laki yang
menjadi wali kelas II. Guru tersebut bernama Pak Akbar. Beliau adalah guru baru di SD Perahu. Sebelum mengajar di SD Perahu, Pak Akbar pernah menempuh
pendidikan di salah satu universitas swasta dengan jurusan PGSD. Beliau belum pernah mengajar sebelumnya, sehingga menjadi guru di SD Perahu adalah
pengalaman pertamanya. Pada saat melakukan wawancara pertama kali, beliau baru menjadi guru di
sekolah tersebut selama dua minggu. Di masa dua minggu awal beliau menjadi seorang guru, Pak Akbar masih belum banyak mengenal mengenai anak kelas II
yang berada di bawah tanggung jawabnya, terutama Fito. Hal tersebut terlihat dari cara beliau menjawab pertanyaan wawancara dengan banyaknya kalimat
“kurang tahu” ketika peneliti menanyakan tentang Fito. Misalnya saat peneliti menanyakan tentang terapi si Fito, Pak Akbar menjawab
“O… kalo terapinya saya kurang tau e..”. Lalu ketika peneliti bertanya bagaimana Fito ketika
mengikuti pelajaran Pak Akbar, beliau hanya menjawab “Semua pendampingnya
yang tahu. Dia nurut sama pend ampingnya”.
Pokok Permasalahan
Pada saat melakukan wawancara pertama, peneliti kurang dapat menggali informasi mengenai Fito dari Pak Akbar, dikarenakan Pak Akbar belum banyak
memahami kondisi anak didiknya. Pada wawancara yang kedua, peneliti kembali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertanya hiperaktif itu seperti apa. Pak Akbar menjelaskan bahwa “Hiperaktif itu
kondisi yang.. apa ya.. yang secara tiba-tiba. Kadang bocah, anak itu dari awal mengikuti pelajaran itu tenang, tapi pas ditengah-tengah mungkin e... Ya itu,
mungkinnya itu sa ya juga kurang tahu apa penyebabnya”. Beliau kemudian
menambahkan “Tiba-tiba.. e.. apa ya? Teriak-teriak gitu yang mengganggu. Itu
yang saya belum tau. Itunya itu apa. Mungkinnya. Hal yang menyebabkan si anak yang dari awal mengikuti pelajaran dari pertama itu bisa.. anteng, tenang. Tapi
kok tiba-tiba teriak- teriak gitu.”
Berdasarkan hasil wawancara, Pak Akbar juga menyebutkan beberapa ciri- ciri Fito yang menunjukkan bahwa anak tersebut adalah anak hiperaktif.
“Iya. Kalo tadi pas pertengahan itu teriak-teriak. padahal dari awal itu udah bisa itu.
Tapi entah kenapa tadi teriak- teriak. Hampir mau itu.. mau keluar.” Selain itu,
Pak Akbar menjelaskan bahwa nilai-nilai mata pelajaran Fito masih di bawah KKM
“Nilainya Fito. Ya, kalo nilainya ya, masih itu, ya masih ada beberapa yang di bawah KKM”. Saat di sekolah, Fito fokus dan konsentrasi mengikuti
pembelajaran hanya di waktu pagi hari “Paling cuman pagi”.
Terkait hal tersebut, peneliti juga menanyakan bagaimana persepsi Pak Akbar mengenai gaya belajar Fito. Ketika melakukan wawanca pertama dengan
Pak Akbar, peneliti bertanya bagaimana gaya belajar Fito dan Pak Akbar menjawab
“Fito itu … e… itu kalo kadang suka lari sana lari sini, tapi intinya membacanya lancar
”. Setelah itu, peneliti bermaksud menanyakan termasuk ke dalam tipe apakah gaya belajar Fito, apakah visual, kinestetik, atau auditori dan
kemudian Pak Agung menjawab “Em…cenderung ke visual sih mbak”. Peneliti
kembali meminta penjelasan terkait jawaban Pak Akbar tersebut. Namun ketika peneliti meminta untuk memberikan contoh hal di mana si anak memiliki gaya
belajar visual, Pak Akbar justru menjawab “Misalnya…e….olahraga itu.
Kegiatan olahraga”. Kemudian peneliti meminta konfirmasi ulang dengan melakukan wawancara yang kedua. Pada saat wawancara kedua, peneliti berusaha
untuk menjelaskan lebih dahulu mengenai tiga macam gaya belajar yaitu visual itu dengan melihat, auditori dengan mendengar, dan kinestetik dengan gerakan
kepada Pak Akbar. Kemudian Pak Akbar menjawab dengan “kalo Fito itu
kayaknya gerak. Jadi kayak apa ya? Apa ya kalo gerak itu? Ya, ada gaya- gayanya gitu
”. Selanjutnya peneliti menanyakan hal apa yang membuktikan bahwa Fito
memiliki gaya belajar yang cenderung menggunakan banyak gerakan dalam mempermudah menangkap informasi. Dari pertanyaan yang disampaikan peneliti
tersebut, Pak Akbar menjawab “Kalo Fito... Yo, itu. mungkin gambar-gambar
yang menarik. Misalnya kalo jalan-jalan waktu istirahat lihat tas temennya, yang gambarnya mungkin menurut dia unik atau apa, mampir dulu diliat”.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Pak Akbar, peneliti menyimpulkan bahwa Pak Akbar memiliki pandangan bahwa gaya belajar Fito
adalah kinestetik. Pernyataan yang diungkapkan Pak Akbar dalam wawancara pertama dan kedua, menunjukkan bahwa Pak Akbar belum memahami teori gaya
belajar. Beliau belum dapat membedakan antara gaya belajar kinestetik dan visual.
4.1.2.3 Partisipan III Guru Pendamping Umum Sekolah