Partisipan V Orang Tua

dari gaya belajar visual, kinestetik, dan auditori, baru setelah itu Mas Dera dapat menjawab pertanyaan peneliti. ”Melihat ya..” begitu ungkap Mas Dera. Selain itu Mas Dera juga mengatakan bahwa membaca majalah, menonton televisi, dan menggambar merupakan hobi Fito. Peneliti menyimpulkan, Mas Dera memiliki persespsi bahwa Fito lebih cocok dengan gaya belajar melihat.

4.1.2.5 Partisipan V Orang Tua

Latar Belakang Partisipan Wawancara peneliti dengan orang tua Fito dilaksanakan satu kali pada tanggal 26 November 2015 pukul 19:36 hingga 20:05. Dari kegiatan wawancara tersebut peneliti mendapat data bahwa ayah Fito atau bisa dipanggil dengan Pak Romi adalah seorang wiraswasta. Sedangkan istrinya yang Ibu Ita adalah seorang ibu rumah tangga. Selain itu mereka berdua juga menjalankan bisnis kos-kosan. Kedua orang tua Fito bertempat tinggal di salah satu rumah yang berada di pusat kota. Mereka tinggal bersama kedua anaknya yaitu Fito dan adiknya. Selama wawancara, orang tua Fito membiarkan Fito untuk bertemu dan membaur dengan peneliti. Peneliti melihat bahwa ada hubungan yang akrab antara orang tua dengan anak. Di waktu yang sama, peneliti juga memperhatikan bahwa ayah Fito sangat sabar saat membimbing kedua putranya saat beraktivitas, tak jarang peneliti melihat ayah Fito memberikan Fito sebuah pelukan. Begitu pula ibu Fito yang juga terlihat mendidik anaknya dengan baik, misalnya beliau memberitahu cara kepada Fito kalau pergi ke kamar mandi, pintunya harus ditutup, atau setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI buang air kecil harus disiram. Selain itu, ibu Fito mengaku bahwa ia sangat bangga kepada Fito. Hal tersebut terekam dalam wawancara di mana beliau mengatakan “Karena anak saya memang istimewa. Saya selalu bersyukur. Saya selalu berterimakasih. Bangga saya pokoknya punya anak kayak Fito itu hehehe”. Pokok Permasalahan Menurut orang tua Fito, di rumah Fito termasuk anak yang aktif. Kedua orang tuanya mengungkapkan bahwa Fito paling tidak bisa tenang di tempat yang sama. Ketika di tanya tentang apakah Fito adalah anak hiperaktif, kedua orang tuanya menyatakan setuju jika anak mereka adalah anak hiperaktif. “Kalo hiperaktif iya”, begitu ungkap ayah Fito. Kemudian beliau menambahkan bahwa assessment psikologi Fito menunjukkan bahwa Fito memiliki kecenderungan syndrom spektrum autis. Selanjutnya, ibu Fito juga turut memberikan pendapat mengenai persepsinya terhadap anak hiperaktif. Fito memang hiperaktif tetapi kadarnya sudah berkurang banyak. Ketika peneliti bertanya mengenai apa itu hiperaktif, ayah Fito menyebutkan bahwa hiperaktif adalah sangat aktif atau terlalu aktif. Sedangkan ibunya menyebutkan bahwa hiperaktif adalah tidak dapat diam sama sekali. Selain itu, berdasarkan hasil dari wawancara, peneliti mendapatkan beberapa data mengenai ciri-ciri atau karakteristik anak hiperaktif. Ayah Fito mengungkapkan, ciri-ciri yang terdapat pada Fito adalah gelisah, tidak mau masuk kelas, tidak bisa diam di satu tempat, tangan dan kakinya bergerak-gerak tanpa maksud. Tak jarang Fito berlari- larian di halaman sekolah dan di rumah, “dia muterrrr gitu.. nggak bisa diem” Fito juga tidak pernah merasa lelah ataupun sakit. “Dulu nggak..nggak mau..berenan g sepuluh jam nggak capek”, begitu ungkapnya. Hal senada juga diungkapkan Bu Ita, “Dia dulu mau berendam di air gitu badannya fit. Nggak...nggak...ada yang namanya flu, masuk angin”. Kemudian beliau menambahkan bahwa saat ini Fito sudah menunjukkan perkembangan yaitu sudah lebih peka terhadap rasa sakit dan rasa lelah. Hal yang mendasari perkembangan Fito tersebut adalah konsumsi susu. Setelah melakukan terapi, orang tua Fito menghentikan konsumsi susu terhadap Fito, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hiperaktivitasnya. Selain tidak mengkonsumsi susu, Fito juga tidak boleh mengkonsumsi banyak makanan seperti telur, coklat, dan lain-lain dikarenakan ada 35 alergi yang menyerang tubuhnya. Selain permasalahan tersebut, Fito juga memiliki masalah dengan motorik halusnya. Pak Romi mengatakan bahwa motorik halusnya masih kurang. Kemudian Bu Ita memperjelas dengan mengatakan bahwa cara Fito memegang pensil kurang tekanan. Saat diwawancara ibu dari Fito tersebut memperagakan cara Fito memegang pensil di mana jari-jarinya tidak memberikan tekanan saat menggengam. Untuk melatih motorik halusnya, orang tua Fito memasukkan Fito ke sekolah Bina Anggara untuk diterapi. Berdasrkan hasil wawancara, ayah Fito menyebutkan ada bermacam-macam bentuk terapi yang diikuti oleh Fito seperti membuat kalung dari manik-manik, latihan komunikasi, konsentrasi dan pengendalian diri. Namun, setelah melakukan terapi tersebut sudah ada perkembangan yang ditunjukkan oleh Fito. Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana Fito belajar ketika di rumah. Orang tua Fito mengaku bahwa di rumah Fito tidak pernah belajar. Ia hanya mau belajar ketika ia berada di sekolah, seakan-akan rumah bukanlah tempat ia untuk belajar. Bahkan ibunya menjelaskan bawa Fito pernah memberontak dan berteriak-teriak ketika diajak belajar di rumah. Sehingga mereka tidak tahu bagaimana proses belajar Fito. Mereka menceritakan bahwa sewaktu Fito berumur 2,5 tahun, anak tersebut sudah dapat membaca padahal tidak ada yang mengajari. Kemudian ketika peneliti menanyakan apa itu gaya belajar, sang ayah menjawab bahwa gaya belajar adalah “cara...cara kita me..mengetahui sesuatu. Me..mempelajari sesuatu”. Beliau menambahkan bahwa gaya belajar Fito adalah visual. Ketika peneliti bertanya bagaimana dengan gaya belajar kinestetik, ayah Fito menyatakan kurang. “Kurang. Dia lebih ini.. Visual.. Memang kelebihannya di itu. Karena memang sukanya...sukanya kan yang itu nonton iklan tivi. Kadang iklan koran juga. Itu dia lebih..malah lebih detail daripada kita- kita hehe”. Beliau mengungkapkan hal tersebut karena memang hal yang paling dilakukan Fito di rumah adalah menonton TV, melihat tayangan di youtube, dan membaca koran atau majalah. Ibu Fito memiliki pendapat yang berbeda, bahwa gaya belajar yang sesuai dengan Fito adalah dengan ucapan. Beliau mengungkapkan “Ho’o. Daripada ini ya.. Soale dia lebih cepet kalo dikasih tau..” Sehingga gaya belajar yang sesuai adalah auditori. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2 Pembahasan

Dokumen yang terkait

STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI Studi Kasus Anak Hiperaktif dan Usaha Guru Dalam Memusatkan Perhatian Belajar Siswa di MI Muhammadiyah Ceporan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelaja

0 3 14

STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI Studi Kasus Anak Hiperaktif dan Usaha Guru Dalam Memusatkan Perhatian Belajar Siswa di MI Muhammadiyah Ceporan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajar

0 3 11

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa Mengenai Variasi Gaya Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Ne

0 1 19

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa Mengenai Variasi Gaya Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Ne

0 1 13

Persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

0 1 141

Persepsi guru terhadap minat belajar anak hiperaktif kelas VI di SD Kasih.

0 1 158

Persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih.

0 4 123

Persepsi guru terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih.

3 9 147

ANALISIS PERSEPSI ANAK TERHADAP GAYA PEN

0 0 3

PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI

0 1 175