LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN
Berfungsi sepenuhnya atau “fully functioning” merupakan bentuk optimal dari Psychological Well Being PWB. Ryff 1989 menegaskan well-
being sebagai kemampuan untuk berusaha berfungsi sepenuhnya atau “fully functioning” dan mewujudkan talenta unik potensi diri yang dimilikinya.
Waterman 1993 mengatakan bahwa well-being merupakan kemampuan untuk mengenali diri dan hidup sesuai potensi diri.
Psychological well-being berhubungan dengan berbagai macam karakteristik kepribadian. Sebagai contoh, individu dengan psychological
well-being cenderung memiliki empati yang lebih tinggi Acun-Kapikiran, 2011. Chang dan Sanna 2001 dalam Acun-Kapikiran, 2011 mengatakan
bahwa individu dengan karakteristik optimis memiliki psychological well- being yang lebih baik daripada individu dengan karakteristik pesimis. Selain
itu, I şiklar 2012 menemukan bahwa dimensi penerimaan diri dalam
psychological well-being berkorelasi positif dengan self-esteem. Diamond dan Hicks 2005 mengatakan bahwa attachment mungkin memainkan peran
penting dalam pencapaian PWB. Ryff 1989 membangun konsep well-being dengan menggunakan teori
psikologi positif. Teori psikologi positif yang digunakan, antara lain teori masa perkembangan manusia Erikson, 1959 dalam Ryff, 1989, teori klinis
mengenai pertumbuhan pribadi Allport, 1961; Maslow, 1968; Rogers, 1961 dalam Ryff, 1989 dan kriteria positif dari kesehatan mental oleh Jahoda 1958
dalam Ryff, 1989. Ryff 1989 menjelaskan well-being ke dalam enam dimensi multidimensional, yaitu: 1 Penerimaan diri self-acceptance, 2
Kemandiriani autonomy, 3 Hubungan positif dengan orang lain positive relationships with other, 4 Penguasaan Situasi Hidup environmental
mastery, 5 Tujuan hidup purpose in life, 6 Perkembangan diri personal growth.
George dan Cristiani 1995 menulis dua belas karakteristik personal konselor yang efektif. Karakteristik ini dirangkum melalui analisis individu
yang berkualitas. Berdasarkan konsep “fully functioning” Ryff 1989 mengenai Psychological Well-Being RPWB, empat karakteristik personal
konselor yang efektif mencerminkan tiga dari enam dimensi RPWB. Tiga dimensi RPWB yang dimaksud adalah penerimaan diri self-acceptance,
kemandirian autonomy, hubungan positif dengan orang lain positive relatianships with other. Penjelasan mengenai hubungan antara karakteristik
personal konselor yang efektif dan tiga dimensi RPWB adalah sebagai berikut: Pertama, dimensi penerimaan diri self-acceptance dipahami sebagai
sikap individu yang mampu menerima diri apa adanya. Salah satu tanda dari adanya penerimaan diri adalah mau mengakui kelemahan dan kekuatan diri.
Dimensi ini mencerminkan karakteristik terbuka dan menerima perasaaan dan pengalaman hidup serta memiliki kesadaran diri. Karakteristik-karakteristik
tersebut ditunjukkan dengan konselor yang tidak berusaha untuk mengontrol reaksi emosi tetapi berusaha menerima perasaan baik positif maupun negatif
dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri serta mau menerima apa adanya diri mereka.
Kedua, dimensi kemandirian autonomy digambarkan sebagai individu mengevaluasi diri berdasarkan standar diri dan memiliki kontrol diri.
Kemampuan ini membantu individu untuk berani mengambil sikap mandiri dan menolak tekanan sosial untuk bertindak dan berpikir sesuai dengan
standar diri. Dimensi ini mencerminkan karakteristik menyadari nilai dan keyakinan diri. Karakteristik menyadari nilai dan keyakinan diri
memperlihatkan bahwa konselor mengetahui nilai-nilai yang penting untuk mereka dan memiliki standar diri untuk menjalani hidup. Kejelasan mengenai
nilai hidup akan membantu mereka untuk menemukan cara hidup yang bermakna. Mereka pun menghindari perilaku yang tidak efektif dan tidak
konsisten dan berperilaku lebih positif dan bermakna. Yang terakhir, dimensi hubungan positif dengan orang lain positive
relationships with other ditandai dengan individu memiliki interaksi yang hangat dengan orang lain. Interaksi ini ditunjukkan dengan adanya perhatian
terhadap kesejahteraan dan menunjukkan empati, afeksi, dan keintiman dengan orang lain. Dimensi ini mencerminkan karakteristik mengembangkan
hubungan yang hangat dan mendalam dengan orang lain. Karakteristik mengembangkan hubungan yang hangat dan mendalam dengan orang lain
memperlihatkan bahwa konselor harus bisa menghargai orang lain. Konselor harus bisa menghargai perasaaan, pendapat dan pribadi orang lain. Sikap ini
ditunjukkan dengan memberikan kepedulian dan menerima pribadi orang lain apa adanya. Dapat disimpulkan bahwa konsep RPWB hanya tiga dari enam
dimensi, yaitu: dimensi self-acceptance, autonomy, dan positive relatianships with other yang mencerminkan karakteristik personal konselor yang efektif.
Salah satu karakteristik kepribadian yang berhubungan dengan psychological well-being adalah attachment Diomond Hicks, 2005.
Bowlby 1977 dalam Bartholomew Horowitz, 1991 mengemukakan bahwa attachment adalah kecenderungan manusia bayi untuk membangun ikatan
afeksi yang kuat dengan orang tertentu pengasuhnya. Ikatan afeksi yang dibangun antara bayi dan pengasuhnya ditunjukkan oleh sistem attachment.
Sistem attachment merupakan segala bentuk perilaku yang didasarkan pada sistem motivasi kebutuhan atau libidinal needs dan dorongan untuk
memelihara kedekatan dengan pengasuhnya Bowlby, 1973 dalam Bartholomew Horowitz, 1991. Tujuan dari sistem attachment adalah
menyediakan perlindungan dan membangun perasaan aman atau “felt security”.
Berdasarkan teori Bowlby 1973, 1980 1982 dalam Bartholomew Horowitz, 1991, pengalaman attachment
dengan pengasuhnya diinternalisasikan oleh anak ke dalam representasi internal atau mental model
diri dan orang lain untuk membangun model relasi dengan orang lain di luar anggota keluarga di masa depan. Bartholomew dan Horowitz 1991
menggunakan konsep representasi internal atau mental model diri dan orang lain untuk menggambarkan model attachment pada masa dewasa. Kombinasi
mental model diri dan orang lain menghasilkan empat model attachment pada masa dewasa.
Model pertama adalah secure yang mengindikasikan sikap kelayakan diri dan harapan bahwa secara umum orang lain menerima dan berperilaku
responsif. Model kedua adalah fearful yang menunjukkan sikap ketidaklayakkan diri serta cenderung memandang orang lain negatif. Model
ketiga adalah preoccupied yang menggambarkan sikap ketidaklayakkan diri tidak dicintai, tetapi mereka memandang orang lain positif. Sikap ini
membangun penerimaan diri didapatkan dengan melihat penilaian positif orang lain pada dirinya. Model keempat adalah dismissing yang
mengindikasikan sikap mencintai diri atau kelayakkan diri, namun cenderung berperilaku negatif pada orang lain.
Berdasarkan literatur, attachment berhubungan positif dengan berbagai macam karakteristik psychological well-being. Penelitian sejauh ini
menunjukkan bahwa secure attachment memperlihatkan personal dan sosial self-esteem yang tinggi Feeney Noller, 1990, regulasi emosi yang baik
Kobak Sceery, 1988; Mikulincer, Florian, Tolmacz, 1990, kemampuan mandiri dan interdependen Merz Consedine, 2009; Merz, Consedine,
Schulze, Schuengel, 2009 dalam Merz Consedine, 2012. Di sisi lain, Collin dan Read 1990 menemukan anxious dan avoidant
attachment memperlihatkan harga diri, kepercayaan diri sosial, sikap arsertif, dan kontrol diri yang rendah. Erozkan 2009 mengatakan bahwa insecure
attachment mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan memperlihatkan kemampuan komunikasi yang berkarakteristik penghindaran sosial. Feeney
dan Noller 1990 juga menemukan bahwa avoidant attachment
memperlihatkan kurang dapat percaya pada orang lain dan anxious attachment memperlihatkan kemandirian yang rendah serta keinginan untuk intim dalam
berelasi. Levy dan Davis 1988 menambahkan bahwa avoidant dan anxious attachment memperlihatkan karakteristik relasi yang negatif.
Subjek yang berpotensi menjadi konselor yang berkualitas antara lain adalah mahasiswa psikologi. Dari sudut profesional, mereka sedang menjalani
proses pendidikan psikologi yang kelak akan menjadi sarjana psikologi dan berpotensi menjadi konselor. Peneliti memiih mahasiswa karena mahasiswa
perlu mempersiapkan diri untuk menjadi konselor yang efektif. Oleh karena itu, proses pendidikan yang mendukung pertumbuhan pribadi mahasiswa
penting diketahui agar para pendidik mampu membantu mahasiswa menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Dari sudut kepribadian, mahasiswa
psikologi berada tahap perkembangan dewasa awal. Tugas perkembangan masa dewasa awal adalah menjadi pribadi mandiri Santrock, 2009 dan
membangun hubungan intim dengan orang lain Papalia, Olds, Feldman, 2009. Berkaitan dengan kemandirian, individu dituntut untuk bertanggung
jawab atas dirinya sendiri karir, identitas diri, dan gaya hidup yang ingin dijalani. Berkaitan dengan membangun hubungan intim dengan orang lain,
kebutuhan ini ditunjukkan dengan relasi yang kuat, stabil, dekat dan penuh perhatian. Dapat diketahui bahwa mahasiswa dipilih karena mereka sedang
menjalani proses pendidikan psikologi dan berpotensi menjadi SDM layanan kesehatan yang berkualitas.
Dalam minat pada mahasiswa psikologi yang berpotensi menjadi SDM layanan kesehatan dan dalam hubungan konselor, psychological well-being,
dan attachment, maka peneliti membatasi diri pada hubungan antara attachment masa dewasa dan dimensi self-acceptance, autonomy, dan positive
relationships with other RPWB pada mahasiswa psikologi.