Pengertian Psychological Well-Being PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

berdasarkan perkembangan semasa hidup dan mencoba mendefinisikan hidup yang baik Becker, 1992 dalam Dierendonck, Díaz, Rodríguez-Carvajal, Blanco, Moreno-Jiménez, 2008. Selain itu, RPWB tidak hanya memiliki kesamaan bahkan melengkapi kriteria fungsi psikologis yang positif. Pada kenyataannya, perspektif ini membangun pandangan baru mengenai sehat secara mental. Pandangan bahwa sehat bukan diartikan sebagai ketidakadaanya suatu gangguan tetapi kemampuan menghadirkan sesuatu yang positif WHO, 1948; Ryff Singer 1998 dalam Dierendonck, Díaz, Rodríguez-Carvajal, Blanco, Moreno-Jiménez, 2008. Ryff 1989 membangun PWB berdasarkan penelitian di area kesehatan mental, perkembangan masa hidup manusia, dan psikologi klinis. Bidang kesehatan mental memberikan konsep berupa kriteria positif kesehatan mental dan tipe-tipe negatif dari psikologis negatif Jahoda, 1958. Perkembangan masa hidup manusia menyumbangkan teori perkembangan psikososial Erikson, 1959, tendensi dasar hidup dan fulfillment Buhler Massarik, 1968, serta konsep perubahan kepribadian Neugarten, 1973. Psikologi klinis memberikan konsep individu yang beraktualisasi diri Maslow, 1968, individu yang matang Allport, 1961, individu yang berfungsi sepenuhnya Roger, 1961, dan individu yang terindividuasi Jung, 1933. Ryff 1989 menjelaskan PWB dengan enam model multidimensional, yaitu: 1. Penerimaan diri self-acceptance, 2. Hubungan positif dengan orang lain positive relatianships with other, 3. Kemandirian autonomy, 4. Penguasaan Situasi Hidup environmental mastery, 5. Tujuan hidup purpose in life, 6. Perkembangan diri personal growth. Penjelasan mengenai enam model PWB sebagai berikut: 1. Penerimaan diri self-acceptance Penerimaan diri self-acceptance dapat dipahami sebagai sikap mampu menerima diri apa adanya. Sikap ini ditandai dengan pandangan positif mengenai diri sendiri, menerima secara positif peristiwa-peristiwa masa lalu, dan mau mengakui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Pencapaian penerimaan diri dibangun melalui kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri, kejujuran atas evaluasi diri, kesadaran atas kesalahan dan keterbatasan diri, serta mencintai diri sendiri. 2. Hubungan positif dengan orang lain positive relatianships with other Hubungan positif dengan orang lain positive relationships with other bercirikan interaksi yang hangat dan adanya kepercayaan individu pada orang lain, mau memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan memiliki keinginan untuk menunjukkan empati, afeksi dan keintiman. Ciri dari keberhasilan hubungan ini adalah individu mendapat penguatan, merasa nyaman