57
dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode inkuiri atau menggunakan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri efektif
untuk meningkatkan kemampuan mencipta dan metode ceramah kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan mencipta.
Para siswa kelompok eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mampu
menjelaskan persoalan yang diajukan dengan runtut. Hal tersebut semakin didukung dengan proses pembelajaran inkuiri. Proses pembelajaran yang
menyajikan langkah-langkah pembelajaran dengan runtut. Proses tersebut dapat dilihat dari lembar kerja siswa. Langka-langkah yang dilakukan selama belajar
membuat siswa semakin memahami bagaimana cara berpikir yang terstruktur. Cara berpikir yang terstruktur, kritis dan objektif membuat siswa dengan mudah
menyusun elemen-elemen menjadi suatu hal yang utuh. Siswa terlibat dalam proses pembelajaran sehingga seluruh siswa serius mengikuti pembelajaran. Saat
melakukan eksperimen semua siswa tertib dalam melakukan langkah-langkah eksperimen. Hal ini membuat percobaan atau eksperimen yang dilaksanakan
berjalan dengan baik. Siswa dapat memperoleh pemahaman yang baik dari eksperimen yang dilakukan. Penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi
membuat siswa memiliki rasa penasaran dan tertarik untuk belajar.
Siswa sangat tertarik untuk melakukan eksperimen. Hal ini terlihat bagaiman saat siswa melakukan percobaan. Para siswa saling bekerja sama dalam
kelompok dan sangat teliti. Salah satu contohnya adalah pada materi “cahaya dapat diuraikan”. Para siswa berusaha mencari posisi yang tepat untuk
memperoleh sinar matahari yang paling terang dengan cara ke luar kelas dan berpendah-pindah tempat. Para siswa ingin mengetahui penguraian cahaya putih
yang dipancarkan oleh sinar matahari. Para siswa benar-benar ingin membuktikan bahwa cahaya putih yang dimiliki matahari tersusun dari beberapa warna.
Materi sifat-sifat cahaya juga bisa memberikan jawaban mengenai beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Peristiwa pembiasan yang biasa
dijumpai oleh siswa seperti dasar kolam yang airnya jernih nampak lebih dangkal atau tiang jembatan yang ada di dalam air nampak bengkok. Materi sifat-sifat
cahaya
menambah pengetahuan
mereka mengenai
cahaya.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V ini akan dibahas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian kesimpulan berisi tentang hasil penelitian. Bagian keterbatasan
penelitian akan memaparkan keterbatasan-keterbatasan yang dialami dalam pelaksanaan penelitian ini. Bagian saran berisi saran bagi penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hipotesis yang telah diajukan dari penelitian yang telah dilakukan di SD Kanisius Sengkan pada mata pelajaran
IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode inkuiri sebagai berikut.
1. Penggunan metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 20122013. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis statistik
pada uji selisih skor pretest ke posttest, besar harga Sig. 2-tailed adalah 0,346. Harga Sig. 2-tailed tersebut 0,05, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Dengan kata lain metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Besar pengaruh metode
inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi ditunjukkan dengan harga koefisien korelasi r = 0,62 yang memiliki pengaruh sebesar 38. Retensi
pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki harga Sig. 2-
tailed 0,880, dan 0,677. Harga Sig. 2-tailed tersebut 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II baik kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen.
2. Penggunan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya,
59
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 20122013. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis statsistik pada uji
selisih skor rata-rata, besar harga Sig. 2-tailed adalah 0,000. Harga Sig.
2- tailed tersebut 0,05, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Dengan kata lain metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
mecipta . Besar pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta
ditunjukkan dengan harga koefisien korelasi r = 0,49 yang memiliki pengaruh sebesar 24. Retensi pengaruh penggunaan metode inkuiri
terhadap kemampuan mencipta kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki harga Sig. 2-tailed 0,931, dan 0,719. Harga Sig. 2-
tailed tersebut 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II baik
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Instrumen menggunakan istilah yang kurang dikenal oleh siswa. Contoh
istilah yang kurang dikenal oleh siswa pada soal yang mengukur kemampuan mengevaluasi adalah istilah “remang-remang” dan pada soal
yang mengukur kemampuan mencipta adalah cahaya dapat “dibiaskan”. Kedua istilah tersebut belum dikenal dan masih asing bagi siswa. Hal
tersebut diindikasikan dengan siswa bertanya kepada guru mengenai arti istilah tersebut pada saat dilakukan pretest.
2. Proses belajar mengajar berlangsung kekurangan waktu. Waktu yang disedikan dalam setiap pertemuan ialah dua jam pelajaran 80 menit. Dua
jam pelajaran yang disediakan ini baru bisa mengakomodasi langkah pembelajaran inkuiri pada langkah ke-6 yaitu mempresentasikan hasil.
Dua jam pelajaran ini belum mencukupi agar semua kelompok bisa mempresentasikan hasil eksperimen mereka.
3. Alat peraga yang dibutuhkan untuk penelitian tidak tersedia di sekolah. Materi sifat-sifat cahaya membutuhkan beberapa alat peraga untuk
membuktikan pada siswa bahwa peristiwa ini sungguh terjadi dalam
60
peristiwa nyata. Beberapa sifat cahaya seperti memantulan dan menembus benda bening mungkin lebih mudah dibuat alat peraganya karena bisa
menggunakan kaca pantul dan juga kaca bening. Namun sifat cahaya seperti penguraian cahaya dan pembiasan cahaya agak susah untuk
diperagakan dalam suatu percobaan sederhana. Peristiwa penguraian dan pembiasan cahaya membutuhkan alat peraga khusus agar siswa benar-
benar mengerti peristiwa tersebut. Pada peristiwa pembiasan cahaya siswa hanya bisa mengamati sedotan yang terlihat patah atau uang logam yang
nampak lebih besar namun siswa tidak dapat mengamati secara langsung bagaiaman berkas-berkas cahaya yang datang dibiaskan oleh air. Alat
peraga untuk melihat pembiasan cahaya dimana siswa sungguh melihat garis-garis cahaya yang membias cukup sulit diperoleh.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester
genap tahun ajaran 20122013, peneliti menyampaikan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yaitu:
1. Penggunaan istilah dalam instrumen penelitian mesti telah dikenal oleh siswa.
2. Lebih mengefektifkan waktu yang telah tersedia dengan cara peneliti membuat kelompok presentasi secara bergilir. Urutan kelompok presentasi
hanya diketahui oleh peneliti.
3. Membuat sendiri alat peraga yang dibutuhkan untuk penelitian.