Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Agustina Ika Pramita Aditama 091134009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini aku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan kasih karunia-Nya, 2. Bunda Maria penghantar doa-doa umat manusia,

3. Bapak Philipus Sihwandi dan Ibu Veronica Artimah,

4. Adik-adikku Florentius Nico Dampitara dan Florentina Nicen Dampitari,

5. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A dan Ibu Agnes Herliana D H, S.Si., M.T., M.Sc atas bimbingannya,

6. Seluruh teman-temanku yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan.


(5)

v

MOTTO

Jangan hina pribadi Anda dengan kepalsuan karena dialah mutiara diri Anda yang tak ternilai

Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

—Lessing—

Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecawaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera

akan melihat bentuk aslinya


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.

Yogyakarta, 08 Juli 2013 Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agustina Ika Pramita Aditama

NIM : 091134009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 08 Juli 2013 Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

Aditama, Agustina Ika Pramita. (2013). Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, proses kognitif B.S. Bloom, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, mata pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap 1) kemampuan mengaplikasi dan 2) kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen quasi experimental design dengan menggunakan rancangan nonequivalent comparison-group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Sengkan dengan jumlah siswa sebanyak 63 siswa. Sampel penelitian untuk kelompok eksperimen adalah kelas VB sebanyak 32 siswa dan untuk kelompok kontrol adalah kelas VA dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan pretest, posttest I, dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis data menggunakan program SPSS 20 atau dikenal dengan IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) kemampuan mengaplikasi sebesar 0,049 (atau < 0,05) maka Hi diterima dan Hnull ditolak dengan kata lain bahwa metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi. Besar pengaruh metode inkuiri menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,70 atau 49%. Retensi pengaruh kelompok kontrol menunjukkan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,654 (atau > 0,05) pada kelompok kontrol dan 0,857 (atau > 0,05) pada kelompok eksperimen dengan kata lain bahwa tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I dan posttest II baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

Begitu juga dengan kemampuan menganalisis harga sig.(2-tailed) sebesar 0,034 (atau < 0,05) maka Hi diterima dan Hnull ditolak dengan kata lain bahwa metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis. Besar pengaruh menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,65 atau 42,25%. Retensi pengaruh kelompok kontrol menunjukkan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,268 atau > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol, dengan kata lain tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I dan posttest II di kelompok kontrol. Sedangkan sig. (2-tailed) kelompok eksperimen adalah 0,005 atau < 0,05, dengan kata lain terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kemampuan menganalisis di kelompok eksperimen.


(9)

ix ABSTRACT

Aditama, Agustina Ika Pramita. (2013). The Effect of Using Inquiry Method on the Application and Analyze Ability on Science for 5th Grade in Kanisius Sengkan Yogyakarta Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher Education of Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, B.S. Bloom‟s cognitive process, application ability, analyze ability, science.

This study is conducted to find out the effect of inquiry method for 1) application ability and 2) analyze ability on science about desciption light characteristics the student‟s class V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta in academic year 2012/2013.

Research cunducted using kuantitatif research by experimental method with non-equivalent comparison-group design quasi experimental type. Population for this research are 63 students class V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Sample research for the experimental group is VB class which consist of 32 students and the control group is VA class which consist of 31 students. Data collectors in each class using a pretest, postest I, and posttest II. Then the results were analyzed using IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

The results showed that inquiry method considering the effect on the cognitive ability of application and analyze. This is indicated by a price sig. (2-tailed) of application ability is 0,049 (or < 0,05) Hi accepted and null rejected. In

other words, inquiry method significantly influence of application ability. The influence of inquiry method showed high effect with 0,70 for effect size or 49%. The retention influence for control group showed that sig. (2-tailed) is 0,654 (or > 0,05) and the experiment group showed that sig. (2-tailed) is 0,857 (or > 0,05). This means that the control group and the experiment group didn‟t occourrence significant score descend from posttest I to posttest II. .

Analyze ability showed for sig. (2-tailed) is 0,034 (or < 0,05) Hi accepted

and Hnull rejected. This means that inquiry method significantly influence of

analyze ability. The influence inquiry method showed high effect with 0,65 for effect size or 42,25%. The retention influence for control group showed that sig. (2-tailed) is 0,268 (or > 0,05) this means that didn‟t occourence significant score increase from posttest I to posttest II for control group. The experiment group showed that sig. (2-tailed) is 0,005 (or < 0,05) this means that occourence significant score increase from posttest I to posttest I.


(10)

x

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmatnya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan beserta masukan yang bermanfaat untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD.

4. Agnes Herliana D H, S.Si., M.T., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini tepat waktu.

5. M. Sri Wartini, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

6. Olivia Dewi Maharani, S.Pd., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah memberikan waktu dan tenaganya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

7. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi subjek peneltian.

8. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai skripsi ini selesai.


(11)

xi 9. Bapak dan Ibu terkasih (Philipus Sihwandi dan Veronica Artimah), yang

selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

10. Adik-adik tercinta (Florentinus Nico Dampitara dan Florentina Nicen Dampitari), yang selalu memberikan semangat.

11. Teman-teman penelitian kolaboratif IPA SD Kanisius Sengkan Ygyakarta (Anastasia Sriwahyuni dan Danang Fitrianto) yang banyak memberikan masukan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 5

2.1.1 Teori-teori yang Relevan... 5

2.1.2 Pengertian IPA ... 14

2.1.3 Materi Sifat-sifat Cahaya ... 15

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20

2.2.1 Penelitian Tentang Inkuiri ... 20

2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 21

2.2.3 Literature Map ... 23

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.5 Definisi Operasional ... 28

3.6 Instrumen Penelitian... 29

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 32


(13)

xiii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 37

4.1.1.1 Uji Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 39

4.1.1.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 40

4.1.1.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Kemampuan Mengaplikasi ... 42

4.1.1.4 Uji Besar Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 44

4.1.1.5 Uji Retensi Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 45

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 47

4.1.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 48

4.1.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 49

4.1.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Kemampuan Menganalisis 50 4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

4.1.2.5 Uji Retensi Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 55

4.2. Pembahasan ... 58

4.2.1 Kemampuan Mengaplikasi ... 59

4.2.2 Kemampuan Menganalisis ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 62

5.3 Saran ... 62

DAFTAR REFERENSI ... 63

LAMPIRAN ... 66


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Sifat-sifat Cahaya ... 15

Gambar 2. Cahaya Dapat Merambat Lurus... 16

Gambar 3. Macam-macam Pemantulan ... 17

Gambar 4. Hukum Pemamtulan Cahaya ... 17

Gambar 5. Pembiasan Cahaya Mendekati Garis Normal ... 18

Gambar 6. Pembiasan Cahaya Menjauhi Garis Normal ... 18

Gambar 7. Contoh Pembiasan Cahaya ... 19

Gambar 8. Cakram Warna ... 19

Gambar 9. Literature Map ... 23

Gambar 10. Desain Penelitian ... 25

Gambar 11. Pemetaan Variabel Penelitian ... 28

Gambar 12. Selisih Skor pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kemampuan Mengaplikasi ... 43

Gambar 13. Hasil Pretest, Posttest I, Posttest II Kemampuan Mengaplikasi .. 46

Gambar 14. Selisih Skor pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kemampuan Menganalisis ... 52 Gambar 15. Hasil Pretest, Posttest I, Posttest II Kemampuan Menganalisis . 55


(15)

xv

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Jadwal Implementasi dan Pengumpulan Data ... 26

Tabel 2. Matrik Pengembangan Instrumen ... 30

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal SD Negeri Denggung ... 31

Tabel 4. Hasil Uji Aspek SD Negeri Denggung ... 31

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas ... 32

Tabel 6. Teknik Pengumpulan Data ... 33

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas pada Kemampuan Mengaplikasi dengan Kolmogorov Smirnov ... 38

Tabel 8. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 40

Tabel 9. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 41

Tabel 10. Uji Normalitas Skor Selisih ... 42

Tabel 11. Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest Variabel Mengaplikasi ... 43

Tabel 12. Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 44

Tabel 13. Perbedaan Skor Posttest Pertamake Posttest Kedua Kemampuan Mengaplikasi ... 45

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas pada Kemampuan Menganalisis dengan Kolmogorov-Smirnov ... 47

Tabel 15. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 49

Tabel 16. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 50

Tabel 17. Uji Normalitas Skor Selisih ... 51

Tabel 18. Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest Variabel Menganalisis ... 52

Tabel 19. Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

Tabel 20. Perbedaan Skor Posttest Pertamake Posttest Kedua Kemampuan Menganalisis ... 54

Tabel 21. Rangkuman Perbedaan Skor Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 57

Tabel 22. Rangkuman Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 58

Tabel 23. Rangkuman Perbedaan Selisih Pretest Ke Posttest ... 58

Tabel 24. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri ... 58


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Silabus Kelompok Kontrol ... 67

Lampiran 2. Silabus Kelompok Eksperimen ... 70

Lampiran 3. RPP Kelompok Kontrol ... 73

Lampiran 4. RPP Kelompok Eksperimen ... 79

Lampiran 5. Contoh Lembar Kerja Siswa dan Evaluasi ... 90

Lampiran 6. Instrumen Pengumpulan Data dan Kunci Jawaban ... 96

Lampiran 7. Rubrik Penilaian ... 101

Lampiran 8. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 9. Uji Validitas Aspek Instrumen Penelitian ... 104

Lampiran 10. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 106

Lampiran 11. Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I,dan Posttest II ... 108

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai ... 115

Lampiran 13. Uji Normalitas Data Kemampuan Mengaplikasi ... 116

Lampiran 14. Uji Normalitas Data Kemampuan Menganalisis ... 116

Lampiran 15. Uji Perbedaan Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 117

Lampiran 16. Uji Perbedaan Pretest Kemampuan Menganalisis ... 118

Lampiran 17. Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 119

Lampiran 18. Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 120

Lampiran 19. Uji Normalitas Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 121

Lampiran 20. Uji Normalitas Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Menganalisis ... 121

Lampiran 21. Uji Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 122

Lampiran 22. Uji Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Menganalisis ... 123

Lampiran 23. Uji Normalitas Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Mengaplikasi ... 124

Lampiran 24. Uji Normalitas Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Menganalisis ... 124

Lampiran 25. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Mengaplikasi ... 125

Lampiran 26. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Menganalisis ... 125

Lampiran 27. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Mengaplikasi ... 127

Lampiran 28. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Menganalisis ... 128

Lampiran 29. Foto-foto Penelitian SD Kanisius Sengkan ... 129

Lampiran 30. Surat Ijin Penelitian ... 131

Lampiran 31. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 132


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1Latar Belakang Penelitian

Belajar dalam teori konstruktivis menuntut siswa membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya (Trianto, 2010:28). Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Trianto, 2010:28). Penemuan atas jawaban-jawaban dari suatu permasalahan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Pillips (dalam Kitot. et al., 2010:268) membagi berpikir kritis dalam tiga level, yaitu rendah, tinggi, dan proses berpikir. Level rendah dalam berpikir kritis meliputi membandingkan, pengamatan, klasifikasi, koleksi, dan mengategorisasikan. Level tinggi meliputi merasakan, membuat hubungan, mengusulkan ide, dan memformulasikan. Level pada proses berpikir meliputi membuat keputusan dan memecahkan masalah. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berpikir ketika dia dapat menunjukkan salah satu dari tiga level berpikir kritis yang disebutkan.

Kemampuan berpikir siswa diharapkan dapat mencapai pada proses berpikir (Pillips dalam Kitot. et al., 2010:268) yaitu dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir diharapkan tidak hanya sampai pada mengingat dan memahami saja, tetapi dapat dikembangkan juga pada level mengaplikasi dan menganalisis, serta level yang lebih tinggi lagi. Kemampuan mengaplikasi diharapkan dapat mencapai aspek mengeksekusi, melaksanakan, menggunakan, dan mengimplementasikan. Sedangkan kemampuan menganalisis diharapkan dapat mencapai aspek membedakan, memilih, mengorganisasi, dan mengatribusi.

Pada kenyataannya, proses belajar di sekolah masih menggunakan metode tradisional yang membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna sehingga tidak dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Sebagai contoh dari pengamatan


(18)

2 di SD tempat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 19 Januari 2013, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SD tersebut masih menggunakan metode ceramah, hal ini terlihat pada saat pembelajaran mengenai gaya magnet. Guru bahkan tidak menyediakan alat peraga untuk memperkenalkan materi, guru hanya menjelaskan materi dengan ceramah saja. Pembelajaran tersebut tidak dapat merangsang berpikir siswa sampai pada level yang lebih tinggi karena siswa tidak mengalami langsung sebuah proses sehingga siswa hanya akan membayangkan saja bagaimana cara membuat magnet dan yang lainnya. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menemukan adanya kesenjangan dalam pembelajaran, kemampuan berpikir siswa hanya akan sampai pada level mengingat saja. Kemampuan berpikir siswa seharusnya dapat dikembangkan sampai pada level yang lebih tinggi lagi.

Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa sampai pada level mengaplikasi dan menganalisis pada revisi taksonomi Bloom yaitu dengan metode inkuiri terbimbing. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:101) dalam mengaplikasikan siswa diharapkan dapat menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, sedangkan dalam menganalisis siswa diharapkan dapat memecah materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian tersebut. Penggunaan metode inkuiri ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Kitot. et al., 2010:264). Metode inkuiri membantu siswa untuk dapat menemukan sendiri permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar dan mencari pemecahan atas permasalahan-permasalahan tersebut. Menurut Kitot. et al., (2010:268) pembelajaran inkuiri menunjukkan banyak pengaruh positif untuk merangsang keterampilan berpikir siswa. Menurut Soetjipto (2001:191) proses dan tujuan dari pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran inkuiri membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, ini terlihat dalam memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Siswa akan berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, guru sebagai fasilitator sampai siswa menemukan jawaban yang sesuai. Peneliti berharap dengan menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran dapat


(19)

3 mengembangkan kemampuan berpikir sampai pada level mengaplikasi dan menganalisis.

Keuntungan yang didapat dari pembelajaran menggunakan metode inkuiri adalah mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, terbuka, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri (Roestiyah, 2001:77). Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inkuiri adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat melaksanakan penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa yang akan dihasilkan pada kelas yang hanya menggunakan metode tradisional dan pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 2012/2013. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis diukur dari hasil pretest dan posttest. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VA sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa dan kelas VB sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Penelitian ini mengambil standar kompetensi 6, yaitu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dengan Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan tipe quasi-experimental design.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?


(20)

4 1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan inspirasi para pendidik untuk mengajar dengan menggunakan metode inkuiri. Metode inkuiri yang digunakan dapat diterapkan tidak hanya pada mata pelajaran IPA tetapi juga pada mata pelajaran lain.

1.4.2 Bagi Siswa

Siswa dapat belajar dengan menemukan sendiri jawaban-jawaban dari suatu permasalahan. Dari metode inkuiri siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sampai ke level kognitif yang lebih tinggi.

1.4.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menambah bahan bacaan terkait dengan pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kognitif pada level mengaplikasi dan menganalisis.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri dalam pelajaran IPA, sehingga hal ini dapat diterapkan pada waktu mengajar nantinya.


(21)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan dibahas beberapa hal yang meliputi, kajian pustaka, hasil-hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir dan hipotesis. Kajian pustaka berisi teori yang relevan terhadap penelitian yang berkaitan dengan metode inkuiri, proses kognitif, dan hakikat IPA. Selanjutnya akan dibahas penelitian sebelumnya yang membahas penelitian tentang inkuiri dan kemampuan proses kognitif. Pada sub bab terakhir akan dibahas tentang kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan

Dalam teori-teori yang relevan ini akan dibahas metode inkuiri, proses kognitif mengaplikasi dan menganalisis, dan hakikat IPA. Seluruhnya akan dibahas sebagai berikut.

2.1.1.1 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pembelajaran pada masa kini harus berpusat pada siswa. Pengajaran menjadi student-centered (Amien, 1987:134). Semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Metode-metode pembelajaran yang berpusat pada guru saja membuat para siswa hanya menerima ilmu yang guru punya saja. Dari sini siswa menjadi pasif dalam mencari berbagai sumber ilmu. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja, kebanyakan hanya mengunakan metode ceramah. Metode ceramah yang setiap hari dilaksanakan guru dari pagi sampai siang hari pada jam sekolah membuat para siswa bosan. Kebosanan yang mereka rasakan akan berpengaruh pada hasil belajar yang mereka dapat.

Metode inkuiri sangat dianjurkan untuk diterapkan guru pada pembelajaran di kelas. Dengan ini mereka dapat menemukan masalah-masalah dan bagaimana cara memecahkannya dari berbagai sumber. Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa lebih aktif dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Kitot. et al., (2010:264) penggunaan metode inkuiri


(22)

6 dalam pembelajaran dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, sehingga siswa dapat belajar untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat merangsang keterampilan berpikir siswa, sehingga kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan (Kitot. et al., 2010:268).

Metode tradisional yang sering dipakai dalam pembelajaran sulit untuk mengaktifkan siswa. Dengan metode inkuiri ini siswa dapat menjadi aktif karena seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, yang terlihat dalam memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru (Soetjipto, 2001:191). Inkuiri membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, seperti keterampilan berkomunikasi, berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan manipulasi, dan teknik dalam melakukan penelitian (Kitot. et al., 2010:267).

Mulyasa (2007:108) menjelaskan bahwa inkuiri berasal dari bahasa Inggris „inquiry”, yang berarti penyelidikan. Piaget (dalam Mulyasa, 2009:108) menjelaskan bahwa inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik dalam situasi untuk bereksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.

Sanjaya (2011:196) menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan proses berpikir kritis dan analitis dalam mencari dan menemukan sendiri jawaban atas suatu pertanyaan. Proses berpikir ini biasanya dilakukan melalui tanya jawab oleh guru dan siswa. Enquiry-discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri (Riyanto, 2009:138).

Gulo (dalam Trianto, 2010:166) menyatakan bahwa metode inkuri merupakan kegiatan pembelajaran melibatkan kemampuan siswa dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)


(23)

7 keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik (Roestiyah, 2001:75).

Dari penjelasan-penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah metode pembelajaran di mana siswa berperan untuk menemukan sendiri, memecahkan sendiri permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan langkah pembelajaran orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, merumuskan kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

2. Macam-macam Metode Inkuiri

Sund and Trowbridge (dalam Mulyasa 2007:109) mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut.

a. Inquiry terpimpin atau inquiry terbimbing (guide inquiry);

Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas.

b. Inquiry bebas (free inqury);

Siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan topik-topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inqury);

Guru memberikan permasalahan atau problem kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.


(24)

8 Dari ketiga macam metode inkuiri, peneliti menggunakan metode inkuiri yang terbimbing. Guru memberikan bimbingan pada setiap kelompok yang belum jelas dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri ini guru membantu siswa untuk menggunakan kata tanya “Apakah” dalam merumuskan masalah.

3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Inkuiri

Dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2011:199):

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

b. Prinsip Interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

c. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan,


(25)

9 misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

4. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2011:201), secara umum proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri dapat dituliskan sebagai berikut: (a) orientasi; (b) merumuskan masalah; (c) mengumpulkan data; (d) menguji hipotesis; (e) merumuskan kesimpulan.

Mulyasa (2007:109) mengungkapkan bahwa metode inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam; b. Merumuskan masalah yang ditentukan;

c. Merumuskan hipotesis;

d. Merancang dan melakukan eksperimen; e. Mengumpulkan dan menganalisis data;

f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan bertanggung jawab. Menurut Hamalik (2003:220-221) langkah-langkah inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.

b. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta.

c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.


(26)

10 d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji

setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.

e. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

Gulo (dalam Trianto, 2010:168) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (a) mengajukan pertanyaan atau permasalahan; (b) merumuskan hipotesis; (c) mengumpulkan data; (d) analisis data; dan (e) membuat kesimpulan.

Sudjana (dalam Trianto, 2010:172) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:

a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;

b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;

c. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan;

d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan e. Mengaplikasi kesimpulan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

a. Orientasi

Guru mengondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2011:202).


(27)

11 b. Merumuskan masalah

Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, kemudian memilihnya. Permasalahan yang dipilih biasanya yang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan (Riyanto, 2009:138).

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji (Sanjaya, 2011:203). Pada langkah ini siswa diminta membuat jawaban sementara dari permasalahan yang sudah dipilih. d. Melakukan eksperimen

Siswa diminta membuktikan jawaban atas hipotesis yang sudah disusun. Pembuktian dapat dilakukan dengan melakukan eksperimen untuk menguji jawaban, apakah benar atau salah.

e. Membuat kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

f. Mempresentasikan hasil

Siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil berdasarkan eksperimen yang sudah dilakukan.

g. Mengevaluasi

Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. Siswa diminta mengerjakan soal-soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar yang sudah dilaksanakan.

5. Keunggulan Inkuiri

Sanjaya (2011:208) menjelaskan beberapa keunggulan dari strategi inkuiri sebagai berikut:

a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.


(28)

12 c. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

2.1.1.2 Proses Kognitif Mengaplikasi dan Menganalisis

Menurut Supratiknya (2012:5) tujuan pengajaran dan hasil belajar di sekolah lazimnya dibedakan mengikuti taksonomi tertentu. Taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:99) kategori-kategori dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi dibagi menjadi 6 level yaitu:

1. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori mengingat mencakup proses-proses kognitif mengenali, mengidentifikasi, mengingat kembali, mengambil. 2. Memahami

Memahami adalah mengonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Kategori proses memahami ini meliputi proses-proses kognitif menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3. Mengaplikasi

Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kategori proses mengaplikasi ini meliputi proses-proses kognitif mengeksekusi, mengimplementasi, menggunakan, dan melaksanakan.

4. Menganalisis

Menganalisis adalah melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisiasi, dan mengatribusikan.


(29)

13 5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal dan mengritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).

6. Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil. Mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu, merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Di dalam subbab ini akan dibahas lebih lanjut tentang proses kognitif pada level mengaplikasikan dan menganalisis.

1. Mengaplikasikan

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:116) mengaplikasikan adalah menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah. Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi, dan mengimplementasikan.

a. Mengeksekusi

Mengeksekusi yaitu menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier (dikenali siswa sebelumnya). Kata lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif mengeksekusi adalah melaksanakan.

b. Mengimplementasikan

Mengimplementasikan yaitu menggunakan sebuah prosedur dalam menyelesaikan tugas yang tidak familier (belum dikenali oleh siswa sebelumnya). Kata lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif mengimplementasikan adalah menggunakan.

Sehingga level kognitif mengaplikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengeksekusi, melaksanakan, mengimplementasikan, dan menggunakan.


(30)

14

2. Menganalisis

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:120) menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Tujuan pendidikan yang dapat diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan).

a. Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Kata lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif membedakan adalah memilih.

b. Mengorganisasi

Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren.

c. Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.

Sehingga level kognitif menganalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah membedakan, memilih, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

2.1.2 Pengertian IPA

Menurut Trianto (2010:136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang berasal dari bahasa Inggris ‟science‟. „Science‟ juga berasal dari bahasa Latin „scio‟ yang mempunyai arti saya tahu. „Science‟ sendiri terdiri dari dua aspek, yaitu social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).

Wahanaya (dalam Trianto, 2010:136) menjelaskan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik, penggunaannya pun hanya terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan


(31)

15 adanya kumpulan fakta tetapi juga harus ada metode ilmiahnya dan sikap ilmiahnya.

Menurut Fisher (dalam Amien, 1987:4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Carin (dalam Amien, 1987:4) menyatakan bahwa, IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu pendidikan yang mempelajari gejala-gejala alam, tidak hanya fakta saja tetapi harus ada metode ilmiah dan sikap ilmiahnya.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010:138) adalah sebagai berikut.

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan kemampuan, sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

2.1.3 Materi Sifat-Sifat Cahaya

Makhluk hidup memerlukan cahaya. Cahaya membuat terang benderang. Cahaya dapat membantu manusia melihat lingkungan. (Wiwik, 2009:78).

Gambar 1. Sifat-Sifat Cahaya Sifat-sifat Cahaya

Cahaya merambat

lurus

Cahaya menembus benda bening

Cahaya dapat dipantulkan

Cahaya dapat dibiaskan

Cahaya dapat diuraikan


(32)

16

1. Cahaya Merambat Lurus

Gambar 2. Cahaya Dapat Merambat Lurus (Sumber: Wiwik, 2009:79)

Gambar di atas membuktikan bahwa cahaya datang merambat lurus. Cahaya dalam ruangan berasal dari jendela ruang. Cahaya langsung mengenai meja dan vas bunga.

Cahaya merambat lurus menyebabkan terbentuknya bayangan dari benda yang terkena cahaya. Cahaya dapat merambat lurus karena melewati medium yang sama (Munawar, 2009:146).

2. Cahaya Menembus Benda Bening

Pada saat merambat, cahaya dapat terhalang suatu benda. Jika mengenai suatu benda, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi.

a. Cahaya tidak diteruskan. b. Cahaya diteruskan sebagian.

c. Cahaya diteruskan seluruhnya (Munawar, 2009:148).

Gelas berisi air jernih, kaca, dan plastik, jika dikenai cahaya, hampir semua sinar cahaya akan diteruskan. Benda-benda yang dapat ditembus cahaya disebut benda bening. Buku tebal dan kayu jika dikenai cahaya, hampir semua sinar tidak dapat diteruskan. Benda-benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda gelap. Kain dapat ditembus cahaya, tetapi tidak semua cahaya diteruskan. Cahaya hanya diteruskan sampai ke bagian belakang benda. Benda semacam ini disebut benda keruh atau buram (Muslim, 2009:81).

3. Cahaya Dapat Dipantulkan

Ketika cahaya mengenai suatu benda, maka sebagian cahaya akan diteruskan ke dalam benda yang dikenainya dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali.


(33)

17 a) Kita dapat melihat benda pada siang hari walaupun semua lampu dimatikan

karena sinar matahari dipantulkan oleh benda-benda di sekeliling kita. b) Lampu senter yang diarahkan ke cermin menimbulkan berkas sinar pada

arah berbeda. Berkas sinar yang ditimbulkan seakan-akan berasal dari cermin.

Tahap-tahap pemantulan dapat dituliskan sebagai berikut: a) Cahaya datang mengenai bidang pantul,

b) Kemudian cahaya dipantulkan oleh bidang pantul c) Cahaya memantul mengenai mata kita

Pemantulan cahaya ada dua macam, yaitu:

a) Pemantulan teratur, terjadi pada permukaan yang rata dan tidak tembus cahaya. Pemantulan ini disebut pemantulan searah.

b) Pemantulan tak teratur terjadi pada permukaan yang tidak rata. Pemantulan ini disebut pemantulan difus/baur (Sulistyowati, 2009:97)

Gambar 3. Macam-macam Pemantulan

a) Pemantulan baur atau difus b) Pemantulan teratur

(Sumber: Choirulamin, 2009:128)

Hukum pemantulan cahaya

Gambar 4. Hukum Pemantulan Cahaya (Sumber: Sulistyowati, 2009:97)

a) Besar sudut datang sama dengan sudut pantul


(34)

18

4. Cahaya Dapat Dibiaskan

Menurut Wiwik (2009:84) cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda. Misalnya dari suatu zat ke zat yang lain dengan kerapatannya berbeda. Cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah zat perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda-beda. Kerapatan gelas bening lebih besar daripada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih besar daripada kerapatan udara.

a. Bila cahaya datang dari medium renggang ke medium yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya pembiasan dari udara ke air.

Mendekati garis normal

Gambar 5. Pembiasan Cahaya Mendekati Garis Normal (Sumber: Wiwik, 2009:84)

b. Bila cahaya datang dari medium rapat ke medium renggang maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya pembiasan cahaya dari air ke udara.

Menjauhi garis normal

Gambar 6. Pembiasan Cahaya Menjauhi Garis Normal (Sumber: Wiwik, 2009:84)

Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa peristiwa yang berhubungan dengan pembiasan cahaya, antara lain sebagai berikut.


(35)

19 a. Dasar sungai yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari sebenarnya,

karena sinar-sinar yang berasal dari dasar sungai dibiaskan.

b. Jalan raya yang beraspal pada siang hari tampak berair. Hal ini karena lapisan udara di atas aspal lebih panas sehingga lebih rapat dibandingkan dengan lapisan udara di atasnya. Peristiwa ini dinamakan fatamorgana yang merupakan penipuan terhadap mata kita (Muslim, 2009:84).

Gambar 7. Contoh Pembiasan Cahaya (Sumber: Muslim, 2009:84)

5. Cahaya Dapat Diuraikan

Pelangi terjadi ketika cahaya matahari diuraikan oleh tetes-tetes air hujan. Pelangi akan terlihat jika di depanmu terjadi hujan dan matahari ada di belakangmu. Sifat cahaya yang diuraikan dapat dibuktikan dengan cakram warna. Bila cakram warna tersebut kita putar terus-menerus akan menghasilkan warna putih.

Gambar 8. Cakram Warna (Sumber: Muslim, 2009:85)

Cahaya putih terdiri atas berbagai warna, yaitu merah, jingga kuning, hijau, biru, nila, dan ungu seperti warna pelangi. Warna-warna cahaya yang membentuk cahaya putih disebut spectrum warna.


(36)

20 Pada peristiwa pembiasan cahaya, cahaya akan dibiaskan jika melewati dua medium yang berbeda kerapatannya. Cahaya matahari yang berwarna putih ketika mengenai air akan mengalami pembiasan dan terurai menjadi warna-warna pelangi. Setiap cahaya dengan warna-warna berbeda, ketika masuk ke dalam air, dibiaskan dengan sudut yang berbeda-beda. Cahaya merah akan dibelokkan dengan sudut yang berbeda dengan cahaya kuning. Cahaya kuning akan dibelokkan dengan sudut yang berbeda dengan cahaya hijau. Hal ini terjadi pula untuk warna-warna yang lainnya (Wiwik, 2009:84-85).

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya 2.2.1 Peneltian tentang Metode Inkuiri

Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang metode inkuiri dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Aryani (2011) meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA. Populasi dan sampel yaitu siswa kelas V SDK Wirobrajan yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,001 (atau < 0,05). Meskipun demikian, kenaikkan skor prestasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar ,734 (atau > 0,05). (2) Ada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kristis kategori kognitif siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05). Peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) 0,000 (atau < 0,05). Selain itu, rata-rata kenaikan skor antara aspek kognitif berbeda secara signifikan yang ditunjukkan oleh harga sig. (2-tailed) 0,000 (atau < 0,05).

Kitot. et al., (2010:246-272) meneliti efektivitas pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa Matang Jaya Secondary School, Kuching, Sarawak. Jumlah untuk kelompok eksperimen adalah 41 siswa, sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 42 siswa. Hasil dari penelitian


(37)

21 ini pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan perbedaan signifikan 0,05 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan yang tinggi dalam berpikir kritis daripada kelompok kontrol. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri efektif dan seharusnya diterapkan di sekolah.

Soetjipto (2001:191) meneliti bahwa inkuiri adalah metode yang mengimplementasikan pembelajaran aktif. Soetjipto meneliti tiga keuntungan dalam penerapan mengajar dengan menggunakan inkuiri. 1) Inkuiri adalah sebuah metode pembelajaran yang dirancang pada level perkembangan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memahami konsep dan memberikan pengertian kepada siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar mereka. 2) Dalam pembelajaran inkuiri siswa memiliki keingintahuan untuk megetahui dan mengeksplor atau mengembangkan sesuatu dengan bimbingan dari guru. 3) Proses dan tujuan inkuiri memperlihatkan bahwa inkuiri dapat menerapkan pembelajaran yang aktif. Populasi dan sampel yang diambil oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Park Ridge di Victoria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inkuiri adalah strategi atau metode untuk menemukan kebutuhan siswa dalam level perkembangan mereka dengan pemahaman konsep. Inkuiri menempatkan anak dalam pembelajaran mereka dan memberikan rasa tanggung jawab dalam belajarnya. Selain itu, anak bebas dengan keingintahuannya untuk mengetahui dan mengembangkan sesuatu dengan bimbingan gurunya. Akhirnya berdasarkan dari pengertian inkuiri sendiri, proses dan tujuan dari pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang kemampuan proses kognitif dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Wahyuningsih (2009) meneliti perbedaan metode ceramah dengan metode simulasi komputer terhadap hasil belajar fisika yang menekankan aspek kognitif siswa. Populasi dan sampel penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak dengan jumlah 56 siswa. Hasil penelitian yaitu (1) metode ceramah maupun metode simulasi komputer meningkatkan hasil belajar siswa dan (2) Ada


(38)

22 perbedaan antara metode simulasi komputer dengan metode ceramah yaitu metode simulasi komputer lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibanding metode ceramah.

Uno (1996:211) meneliti pengaruh strategi pengajaran dan gaya kognitif terhadap perolehan belajar geometri di Sekolah Menengah Umum. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas X SMU Negeri 1 Gorontalo Tahun Ajaran 1994/1995. Hasil dari penelitian ini adalah (1) strategi pembelajaran yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perolehan belajar. Strategi modul memberikan perolehan belajar lebih baik daripada strategi penyampaian guru dalam pembelajaran geometri. (2) Jenis gaya kognitif siswa yang berbeda yaitu gaya kognitif sangat tinggi (GKST) dan gaya kognitif sangat rendah (GKSR) memberikan pengaruh yang berbeda pula pada perolehan belajar. Siswa yang mempunyai GKST cenderung lebih baik perolehan belajarnya daripada siswa yang yang mempunyai GKSR. (3) Tidak terdapat interaksi antara jenis strategi pembelajaran dengan jenis gaya kognitif terhadap perolehan belajar geometri.

Chandra (2011) meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Populasi dan sampel penelitian yaitu siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru dengan jumlah 38 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan uji t (Independent Samples T-test) yang menunjukkan harga sig.(2-tailed) adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05. Sedangkan kenaikan skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan dengan harga signifikansi (2-tailed) yang diperoleh sebesar ,619 lebih besar dari 0,05. Ada peningkatan pada masing-masing aspek kecakapan berpikir kritis pada kategori kognitif dengan harga signifikansi (2-tailed) hasil uji Kruskal-Wallis sebesar 0,02 lebih kecil dari 0,05. (2) Penerapan metode inkuiri meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kategori kognitif, ini terbukti dengan harga signifikansi (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Meskipun demikian, kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol tidak berbeda secara positif dan signifikan dengan harga signifikansi (2-tailed) ,619 lebih besar dari 0,05. Jika dilihat dari kenaikan rata-rata skor kecakapan berpikir


(39)

23 kritis kategori kognitif pada masing-masing aspeknya di kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan harga signifikansi (2-tailed) yang diperoleh sebesar ,370 lebih besar dari 0,05.

2.2.3 Literature Map

Literature map yang dapat disajikan dari penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Literature Map

Beberapa penelitian sebelumnya tentang metode pembelajaran inkuiri dan proses kognitif, menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan berpikir proses kognitif. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, belum ada yang meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan proses kognitif tingkat mengaplikasi dan menganalisis pada siswa di tingkat pendidikan dasar. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul penelitian

Metode Inkuiri Proses Kognitif

Aryani (2011) Metode inkuiri, prestasi belajar- berpikir kritis kategori

kognitif

Kitot, Ahmad, dan Seman(2010) Inkuiri-berpikir kritis

Wahyuningsih (2009) Metode Ceramah, metode simulasi, hasil belajar-aspek

kognitif

Uno (1996) Strategi Pengajaran, gaya kognitif-perolehan belajar

Chandra (2011) Metode inkuiri, prestasi belajar, dan berpikir kritis

kategori kognitif

Yang perlu diteliti adalah pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis Soetjipto (2001)


(40)

24 tentang pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada pelajaran IPA.

2.3 Kerangka Berpikir

Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana siswa berperan untuk menemukan sendiri dan memecahkan sendiri permasalahan-permasalahan yang ada dalam materi dari berbagai sumber.

Mengaplikasi adalah level ketiga dari taksonomi Bloom. Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Level keempat dari taksonomi Bloom adalah menganalisis. Menganalisis adalah melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

Dengan metode inkuri diharapkan dapat membantu kemampuan berpikir siswa SD sampai ke tahap mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini disebabkan karena siswa dapat menemukan sendiri solusi dari pemecahan masalah. Kelas VB adalah kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran, sehingga diharapkan kemampuan kognitif mengaplikasi dan menganalisis mereka diharapkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas VA yang menggunakan metode ceramah saja.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. 2.4.2 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.


(41)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas beberapa hal yaitu, jenis penelitian, populasi dan sampel, jadwal pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, dan jadwal penelitian. Kesembilan hal tersebut akan dibahas dalam subbab-subbab berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen quasi experimental design. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2010:107). Quasi experimental design adalah penelitian eksperimental yang tidak memberikan kontrol penuh terhadap variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Johnson & Christensen, 2008:328).

Penelitian ini menggunakan rancangan nonequivalent comparison-group design (Johnson & Christensen, 2008:330). Jenis penelitian ini mempunyai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Responden pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini tidak dipilih secara random. Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal sebelum perlakuan. Sesudah diberikan pretest, hasil kedua kelompok tersebut dibandingkan. Hasil pretest dikatakan baik jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Posttest dilakukan setelah diberikan perlakuan. Pengaruh perlakukan didapat dari (O2-O1 )-(O4-O3).

Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 10. Desain Penelitian (Sumber: Sugiyono, 2010:116)

O1 X O2 ...


(42)

26 Keterangan:

O1 = Rerata skor pretest kelompok ekperimen O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen

X = Perlakuan (treatment) penggunaan metode inkuiri O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol

Garis putus-putus di antara kedua kelompok menunjukkan kelompok-kelompok yang ditetapkan tidak dipilih secara random atau nonrandomly assigned group (Setyosari, 2010:158).

3.2 Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SD Kanisius Sengkan yang beralamatkan di Jl Kaliurang Km 7 Gg Sengkan 3 Condongcatur, Depok, Yogyakarta 55283. SD Kanisius Sengkan adalah sekolah swasta yang mayoritas latar belakang pekerjaan orang tua adalah para pegawai swasta. Jumlah seluruh siswa di SD ini yaitu 404 siswa. SD Kanisius yang letaknya di Gg Sengkan ini mempunyai tenaga-tenaga pendidik yang mayoritas masih muda dengan seorang kepala sekolah, 21 guru, dan 3 pegawai.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran sekolah pada tanggal 11 Februari sampai dengan 27 Februari 2013. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Implementasi dan Pengumpulan Data

Kelas Eksperimen VB Kelas Kontrol VA

Hari/Tanggal Pertemuan Materi Hari/Tanggal Pertemuan Materi

Senin, 11 Februari 2013

Pre Test Selasa, 12

Februari 2013

Pre Test Jumat, 15

Februari 2013

1 Cahaya dapat

dibiaskan

Kamis, 14 Februari

1 Cahaya dapat

dibiaskan Senin, 18

Februari 2013

2 Cahaya dapat

merambat lurus

Sabtu, 16 Februari 2013

2 Cahaya dapat

merambat lurus Rabu, 20

Februari 2013

3 Cahaya dapat

menembus benda bening

Selasa, 19 Februari 2013

3 Cahaya dapat

menembus benda bening Jumat, 22

Februari 2013

4 Cahaya dapat

dipantulkan

Rabu, 20 Februari 2013

4 Cahaya dapat

dipantulkan Senin, 25

Februari 2013

5 Cahaya dapat

diuraikan

Kamis, 21 Februari 2013

5 Cahaya dapat

diuraikan Rabu, 27

Februari 2013

Post Test Sabtu, 23

Februari 2013


(43)

27

3.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diambil oleh peneliti adalah semua siswa kelas V SD Kanisius Sengkan yaitu sebanyak 63 siswa.

Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dipunyai oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen sebanyak 32 siswa dan kelas VA sebagai kelompok kontrol sebanyak 31 siswa.

Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara diundi oleh peneliti dan guru mitra. Dari pengundian tersebut maka kelas VB yang terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VA sebagai kelompok kontrol. Pembelajaran dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh guru mitra agar tidak terjadi bias dalam penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2010:60) menjelaskan bahwa variabel adalah atribut seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Menurut Setyosari (2010, 108) variabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjad objek pengamatan dalam penelitian. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Variabel independen dapat juga disebut variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), dalam penelitan ini yang menjadi variabel independen adalah metode inkuiri.

2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kemampuan kognitif mengaplikasi dan menganalisis.


(44)

28 Variabel independen Variabel dependen

Gambar 11. Pemetaan Variabel Penelitian

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inkuiri dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut, orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil , dan mengevaluasi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi pada level mengaplikasi dan menganalisis. Karena keterbatasan peneliti hanya mengambil beberapa aspek saja dari tiap level tersebut. Kemampuan kognitif mengaplikasi mengambil empat aspek yaitu, mengeksekusi, melaksanakan, mengimplementasikan, dan menggunakan. Sedangkan pada kemampuan kognitif menganalisis aspek yang diambil adalah, membedakan, memilih, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

3.5 Definisi Operasional

1. Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong para siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan dengan langkah-langkah pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

2. Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang dalam pelaksanaan pembelajarannya masih dibimbing oleh guru dalam menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan.

Metode Inkuiri

Kemampuan Kognitif

Mengaplikasikan

Kemampuan Kognitif


(45)

29 3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam, tidak hanya fakta saja tetapi harus ada metode ilmiah dan sikap ilmiahnya.

4. Sifat-sifat cahaya adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh berbagai sumber cahaya yaitu, cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya dapat diuraikan.

5. Mengaplikasi adalah proses kognitif pada level ketiga sesuai dengan taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yang terdiri dari unsur mengeksekusi, melaksanakan, mengimplementasikan, dan menggunakan. 6. Menganalisis adalah memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur dan tujuan.

7. Siswa SD adalah siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

8. Proses kognitif adalah proses berpikir sesuai dengan taksonomi Benjamin S. Bloom yang terbagi ke dalam 6 level yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.

3.6 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010:148) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal pretest dan posttest yang berbentuk essai (lihat lampiran nomor 6). Penelitian ini mengambil mata pelajaran IPA dengan standar kompetensi 6, yaitu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Kompetensi dasar yang diambil adalah 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Instrumen yang disusun oleh peneliti adalah 6 soal essai dengan 6 level kemampuan kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dari 6 soal tersebut hanya 2 soal saja yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan


(46)

30 kognitif level mengaplikasi dan menganalisis yaitu pada nomor tiga dan empat. Keenam soal tersebut sudah diujikan dan sudah memenuhi instrumen yang valid dan reliabel. Untuk validitas isi, peneliti menggunakan matriks pengembangan instrumen berikut.

Tabel 2. Matrik Pengembangan Instrumen

No. Variabel Aspek Indikator No. Soal

1. Mengaplikasi

Mengeksekusi Menyebutkan tahap-tahap dalam

proses pemantulan cahaya

3

Melaksanakan Menuliskan tahap-tahap dalam proses

pemantulan cahaya secara runtut Mengimplementasikan

Memilih media yang tepat untuk menjelaskan tahap-tahap dalam proses pemantulan cahaya

Menggunakan Menyebutkan benda yang dapat

memantulkan cahaya dengan baik

2. Menganalisis

Membedakan Membedakan antara benda bening,

benda buram, dan benda gelap

4

Memilih Memilih benda-benda yang ada dalam

soal yang dapat ditembus oleh cahaya Mengorganisasi

Mengidentifikasi hubungan antara sifat-sifat benda dengan sifat-sifat cahaya

Mengatribusikan Menunjukkan alasan benda dapat ditembus cahaya

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Soal-soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian ini diujicobakan di kelas V SD Negeri Denggung yang beralamatkan di Jalan Candi Gebang, Bangunrejo, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55511 pada tanggal 22 Januari 2013, dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa.

1. Penentuan Validitas Instrumen

Menurut Masidjo (2010:242) validitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes dibagi dalam tiga jenis yaitu, validitas isi (content validity), validitas konstruksi atau konsep (concept or construct validity), validitas kriteria (criterion-related validity) (Masidjo, 2010:243). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi disusun berdasarkan konsultasi secara lisan dengan kedua dosen pembimbing skripsi. Untuk mempermudah validitas konstruk, peneliti menggunakan program SPSS


(47)

31 20 atau dikenal dengan IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal SD Negeri Denggung (lihat lampiran nomor 8) No.

Soal

Variabel Pearson

Correlation

Sig.(2-tailed) Keputusan

3. Mengaplikasi 0,736** 0,000 Valid

4. Menganalisis 0,580** 0,000 Valid

Uji validitas di atas dilakukan dengan mengorelasikan total seluruh skor dengan total dari masing-masing variabel.

Tabel 4. Hasil Uji Aspek SD Negeri Denggung (lihat lampiran nomor 9) No

Soal.

Variabel Aspek Pearson

Correlation

Sig.(2-tailed)

Keputusan

1. Mengingat

Mengenali 0,425** 0,009 Valid

Mengidentifikasi 0,350* 0,034 Valid

Mengingat kembali 0,401** 0,014 Valid

Mengambil 0,582** 0,000 Valid

2. Memahami

Menafsirkan 0,599** 0,000 Valid

Mencontohkan 0,427** 0,008 Valid

Mengklasifikasikan 0,479** 0,003 Valid

Menjelaskan 0,613** 0,000 Valid

3. Mengaplikasi

Mengeksekusi 0,701** 0,000 Valid

Melaksanakan 0,637** 0,000 Valid

Mengimplementasikan 0,669** 0,000 Valid

Menggunakan 0,379* 0,021 Valid

4. Menganalisis

Membedakan 0,510** 0,001 Valid

Memilih 0,418** 0,010 Valid

Mengorganisasi 0,419** 0,010 Valid

Mengatribusikan 0,350* 0,034 Valid

5. Mengevaluasi

Memeriksa 0,365* 0,026 Valid

Mengritik 0,334* 0,043 Valid

Menguji 0,426** 0,009 Valid

Menilai 0,477** 0,003 Valid

6. Mencipta

Merumuskan 0,487** 0,002 Valid

Membuat hipotesis 0,547** 0,000 Valid

Mendesain 0,551** 0,000 Valid

Memproduksi 0,568** 0,000 Valid

Uji validitas pada tabel di atas dilakukan dengan mengorelasikan total seluruh skor dengan skor masing-masing aspek.

Menurut Priyatno (2012:101) metode pengambilan keputusan untuk uji validitas berdasarkan signifikansi adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka item dinyatakan tidak valid. b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka item dinyatakan valid.


(48)

32 Dari hasil uji validitas di atas, peneliti hanya menggunakan dua instrumen yaitu pada nomor 3 dan 4 dengan variabel mengaplikasikan dan menganalisis. Dari hasil uji statistik keduanya valid.

2. Penentuan Reliabilitas Instrumen

Menurut Masidjo (2010:209) reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel atau andal adalah suatu tes yang hasil pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran menunjukkan hasil yang konsisten atau hasil yang tepat dan teliti (Masidjo, 2010:257). Nunnally (dalam Ghozali, 2009:46) menjelaskan bahwa suatu konstruk dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach > 0,60.

Hasil uji reliabilitas instrumen seluruh variabel menunjukkan harga Alpha Cronbach 0,700 atau > 0,60 (lihat lampiran nomor 10a) dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel. Pengujian reliabilitas tiap variabel menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil penghitungannya adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas (lihat lampiran nomor 10)

Variabel Alpha Cronbach Kategori

SD N Denggung Mengaplikasikan 0,827 Tinggi

Menganalisis 0,705 Tinggi

Dari hasil Alpha Cronbach di atas pengujian untuk SD N Denggung termasuk dalam kategori tinggi (Masidjo, 2010:209). Pengujian ini dengan menggunakan internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen satu kali saja yaitu di SD Negeri Denggung, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Alpha Cronbach (Sugiyono, 2010:185)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, yaitu dengan tes essai. Menurut Masidjo (2010:38) tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandardisasikan, bertujuan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes uraian atau essai adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang


(49)

33 relatif kecil dan tuntutan jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur, jelas (Masidjo, 2010:46). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Teknik Pengumpulan Data

No. Kelompok Variabel Data yang

diperoleh Pengukuran data

Instrumen yang digunakan

1. Kontrol (VA)

Mengaplikasi Skor pretest Pretest Soal essai nomor 3

Eksperimen (VB) Skor posttest Posttest Soal essai nomor 3

2. Kontrol (VA)

Menganalisis Skor pretest Pretest Soal essai nomor 4

Eksperimen (VB) Skor posttest Posttest Soal essai nomor 4

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dalam kurva normal atau tidak (Priyatno, 2012:132). Uji normalitas ini diterapkan pada seluruh data yang akan diolah dan dimaksud untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan. Uji normalitas data yang digunakan adalah dengan Kolmogorov-Smirnov. Metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas sebagai berikut:

a. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Karena data terdistribusi normal maka teknik analisis selanjutnya menggunakan teknik statistik parametrik dalam hal ini dapat digunakan independent samples t-test atau paired samples t-test. (Priyatno, 2012:17-25).

b. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Karena data terdistribusi normal maka teknik analisis selanjutnya menggunakan teknik statistik non parametrik dalam hal ini Mann-Whitney atau Wilcoxon (Priyatno, 2010:137-145).

Setelah semua data diuji normalitasnya, data dapat diuji dengan uji statistik. Berikut ini langkah-langkah dalam uji statistik.

3.9.2 Uji Statistik

3.9.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest

Uji perbedaan ini dilakukan dengan menganalisis pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk mengetahui


(50)

34 apakah skor pretest antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen terdapat perbedaan, yang ideal adalah jika skor kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena menunjukkan kemampuan yang sama antara kedua kelompok. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis parametrik independent sample t-test untuk data normal, sedangkan untuk data tidak normal analisis statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik Mann-Whitney U. Kriteria untuk menguji perbedaan adalah sebagai berikut (Santoso, 2012:256): a. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dengan skor pretest kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut tersebut memiliki kemampuan awal yang sama.

b. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dengan skor pretest kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan awal yang tidak sama.

3.9.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest

Uji beda ini dilakukan untuk mengetahui kenaikan skor pretest ke posttest dari setiap kelompok, baik kelompok kontrol maupun eksperimen. Analisis statistik yang digunakan adalah paired t-test untuk data yang mempunyai distribusi normal dan Wilcoxon untuk data yang mempunyai distribusi data tidak normal. Kriteria untuk menguji perbedaan skor pretest dan posttest adalah sebagai berikut (Santoso, 2012:268):

a. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest. Dengan kata lain tidak terdapat kenaikan yang signifikan antara skor pretest ke posttest.

b. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest. Dengan kata lain terdapat kenaikan yang signifikan antara skor pretest ke posttest.

3.9.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest

Uji perbedaan selisih skor pretest dengan posttest bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri. Analisis statistik yang


(1)

128 Lampiran 28. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Menganalisis

Koefisien korelasi pada kelompok kontrol:

Persentase pengaruh penggunaan metode ceramah pada kelompok kontrol:

R = r2 x 100%.

R =0,34 2x 100%

R = 0,1156 x 100% R = 11,56%.

Koefisien korelasi pada kelompok eksperimen:

Persentase pengaruh penggunaan metode inkuiri pada kelompok eksperimen:

R = r2 x 100%.

R = 0,652x 100%

R = 0,4225 x 100% R = 42,25%.


(2)

129 Lampiran 29. Foto-foto Penelitian SD Kanisius Sengkan

Kelompok Kontrol


(3)

130 Kelompok Eksperimen


(4)

131 Lampiran 30. Surat Ijin Penelitian


(5)

132 Lampiran 31. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian


(6)

133 Lampiran 32. Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

Agustina Ika Pramita Aditama merupakan putri sulung pasangan Philipus Sihwandi dan Veronica Artimah. Lahir di Sleman, 20 Agustus 1991. Pendidikan awal dimulai di TK Kanisius Ngapak II, dan lulus pada tahun 1996. Kemudian menempuh pendidikan SD di SD Kanisius Ngapak II dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP Pangudi Luhur St. Paulus Moyudan dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Pangudi Luhur St. Louis Sedayu dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada tahun 2009. Selama menempuh pendidikan penulis pernah mengikuti organisasi Palang Merah Remaja di jenjang SMA. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi di lingkungan sebagai pengurus Orang Muda Katholik St. Mechtildis. Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis di perguruan tinggi antara lain Pelatihan Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Maria Montessori Workshop:

Learning Model Development for 3-6 years old dan Maria Montessori Workshop:


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 2 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 198

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 2 151

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 170

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta - USD Repository

0 0 141

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 154

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 168