Kajian Pustaka LANDASAN TEORI
8
2 Proses interaksi; pembelajaran merupakan proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur interaksi itu sendiri. 3 Prinsip bertanya;
peran guru yang utama dalam pembelajaran dengan metode ini yaitu sebagai penanya. Guru mesti menguasai teknik-teknik bertanya. 4 Prinsip belajar untuk
berpikir; belajar merupakan proses berpikir yang mengembangkan potensi seluruh otak. 5 Prinsip keterbukaan; segala sesuatu mungkin terjadi pada saat belajar.
Kebebasan perlu diberikan pada siswa agar mencoba berbagai kemungkinan dari hipotesis yang harus dibuktikan Sanjaya, 2006:198-201.
Peranan guru dalam pembelajaran inkuiri menurut Trianto 2010:166-167 sebagai berikut. 1 Motivator: memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir. 2 Fasilitator: menunjukkan jalan ke luar jika siswa mengalami kesulitan. 3 Penanya: menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4
Administrator: bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas. 5 Pengarah: memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6 Manajer:
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7 Reward: memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Menurut Gulo dalam Trianto, 2010:168-169 langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut. 1 Mengajukan pertanyaan atau
permasalahan; siswa menjadi lebih jelas apabila perumusan pertanyaan telah dituliskan. 2 Merumuskan hipotesis; hipotesis adalah jawaban sementara atas
pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Perumusan hipotesis dilakukan setelah selesai merumusan masalah. Proses ini menjadi lebih
mudah dilakukan dengan cara guru menanyakan gagasan yang mungkin untuk diselesaikan dan relevan dengan masalah. 3 Mengumpulkan data; pengumpulan
data dilakukan dengan berpedoman pada rumusan hipotesis yang telah ditentukan. Data dapat berupa tabel, matriks, atau grafik. 4 Analisis data; analisis data
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pemikiran “benar” atau “salah” merupakan faktor penting dalam menguji hipotesis. Siswa dapat
menguji hipotesis yang telah dirumuskan setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan. Apabila hipotesis yang telah diajukan ternyata salah atau ditolak,
siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannnya. 5 Membuat kesimpulan; siswa dapat membuat kesimpulan sementara
9
berdasarkan data yang telah diperoleh. Membuat kesimpulan merupakan langkah penutup dari pembelajaran inkuiri.
Menurut Naylor dan Diem dalam Soetjipto; 2001; 195-196 mengatakan bahwa proses inkuiri meliputi enam elemen. 1 Mengetahui dan mendefinisikan
masalah: pada tahap ini guru memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk mencari pemahaman akan situasi yang membingungkan. 2 Merumuskan hipotesis:
hipotesis dirumuskan setelah siswa mengetahui permasalahannya. 3 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis: siswa mengumpulkan data untuk
menguji hipotesis. 4 Menganalisis dan mengevaluasi data: setelah data diperoleh dan diuji tahap selanjutnya adalah membedakan penjelasan yang mendekati
masuk akal dan penjelasan yang cukup memenuhi. 5 Menggunakan data untuk menerima atau menolak hipotesis: seluruh proses inkuiri belum lengkap sampai
siswa memahami dan mengevaluasi informasi namun mesti mengembangkan solusi pemecahan masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada. 6 Merumuskan
kesimpulan atau penjelasan sementara: pada proses ini siswa membuat keputusan mengenai percobaan mereka di mana mereka akan menghubungkan hipotesis
yang mereka uji dengan kesimpulan yang mereka peroleh.
Penelitian ini menggunakan 7 langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut. 1 Orientasi: siswa menentukan kelompok, dan menerima lembar kerja
yang akan digunakan dalam penelitian. 2 Merumuskan masalah: siswa merumuskan masalah dengan bimbingan guru. Rumusan masalah menggunakan
kata tanya “apakah”. 3 Merumuskan hipotesis: siswa merumuskan hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian dengan bimbingan guru. 4 Melakukan eks-
perimen: siswa bersama kelompok melakukan eksperimen yang telah ditentukan. 5 Menarik kesimpulan: kesimpulan ditarik berdasarkan data yang telah diperoleh
dari penelitian. 6 Melakukan evaluasi: evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah rumusan hipotesis yang diajukan telah terjawab. 7 Mempresentasikan
hasil: siswa mempresentasikan hasil percobaan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
10
2.1.1.2 Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah merupakan sebuah
kegiatan yang disengaja dan beralasan. Pengajaran disengaja karena ada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari pengajaran yaitu untuk memfasilitasi
siswa dalam belajar. Pengajaran mempunyai alasan karena apa yang diajarkan guru kepada siswa dianggap penting oleh guru dan berguna bagi perkembangan
siswa. Tujuan yang ditetapkan guru bagi siswa dapat berupa tujuan yang mudah dipahami atau sulit dipahami, mudah diukur atau sulit diukur Anderson dan
Krathwohl, 2010:3.
Perumusan tujuan yang ditetapkan oleh guru bagi siswa menjadi jelas, mudah dipahami dan mudah diukur jika menggunakan tabel taksonomi.
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir secara spesifik. Tabel taksonomi membantu guru untuk melihat hubungan di antara tujuan-tujuan yang ditetapkan
oleh standar pendidikan. Tabel taksonomi dapat digunakan oleh guru untuk menerjemahkan standar pendidikan ke dalam kalimat sehari-hari selaras dengan
apa yang ingin dicapai sesuai dengan proses kognitif siswa yang dituangkan dalam bentuk aktivitas Anderson Krathwohl, 2010:9.
Menurut Anderson dan Krathwohl 2010:6 dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi, proses kognitif dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi
meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses mengingat adalah mengambil atau memunculkan kembali
pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dari memori jangka panjang. Proses memahami adalah mengonstruksi makna dari sebuah materi pembelajaran baik
yang diucapkan, dituliskan, dan digambarkan oleh guru. Proses mengaplikasi adalah melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dalam situasi tertentu. Proses
menganalisis adalah memilah-milah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan keseluruhan struktur
atau tujuan. Proses mengevaluasi adalah mengambil keputusan tertentu berdasarkan kriteria danatau standar. Proses mencipta adalah proses memadukan
bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan mempunyai hubungan untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses mengevaluasi dan mencipta
akan menjadi point penting dalam penelitian ini.
11
1. Proses kognitif mengevaluasi Proses kognitif mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar tertentu Anderson dan Krathwohl 2010:125. Proses kognitif mengevaluasi
memiliki 7 aspek yang meliputi aspek memeriksa, mengritik, mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, menguji, dan menilai. Penelitian ini
menggunakan aspek memeriksa, menguji, mengritik, dan menilai. Keempat proses kognitif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Proses kognitif memeriksa yaitu proses menguji kesalahan berdasarkan kriteria yang berasal dari dalam produk atau operasi.
b. Proses kognitif mengritik yaitu proses penilaian suatu produk berdasarkan kriteria positif, negatif, atau keduanya.
c. Proses kognitif menguji yaitu proses untuk mengetahui ketepatan atau mutu dari suatu produk atau operasi.
d. Proses kognitif menilai yaitu proses memperkirakan, menganggap, memberi skor pada suatu produk.
2. Proses kognitif mencipta Anderson dan Krathwohl 2010:128 menjelaskan bahwa proses kognitif
mencipta adalah proses menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu
hal yang utuh dan fungsional atau proses menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur baru. Proses kognitif mencipta
mencakup tujuan pembelajaran di mana semua siswa dapat dan akan melakukannya. Tujuan pembelajaran mencipta, dapat dicapai oleh siswa dengan
cara menyintesiskan informasi atau materi yang telah dipelajari untuk membuat suatu yang baru.
Proses kognitif mencipta mengajak siswa untuk mengumpulkan bagian- bagian tertentu dan menggabungkannya menjadi sebuah struktur atau pola baru
yang berhubungan dengan pengetahuan siswa sebelumnya. Proses kognitif
mencipta memiliki 6 aspek, yang meliputi aspek merumuskan, merencanakan,
memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, dan mengkonstruksi Anderson dan Krathwohl, 2010:129-130. Penelitian ini menggunakan aspek merumuskan,
membuat hipotesis, mendesain, memproduksi. Keempat proses kognitif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
12
a. Proses kognitif merumuskan yaitu proses menentukan masalah. b. Proses kognitif membuat hipotesis yaitu proses merumuskan hipotesis
pemecahan masalah berdasarkan kriteria tertentu. Hipotesis yaitu sesuatu yang dianggap benar meski kebenarannya masih harus dibuktikan.
c. Proses kognitif merencanakan membuat desain yaitu proses menemukan cara, menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah.
d. Proses kognitif memproduksi mengkonstruksi yaitu proses melaksanakan rencana penyelesaian suatu masalah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
yang telah direncanakan.
2.1.2 Hakikat IPA IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains. Sains bermula
dari rasa ingin tahu yang dimiliki manusia. Rasa ingin tahu inilah yang membuat manusia selalu melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alam yang ada dan
mencoba memahami gejala-gejala tersebut. Gejala itu bisa berupa gejala alam yang mengundang manusia untuk mengetahuinya. Manusia bertanya dari mana
datangnya hujan, dari mana pelangi muncul dan masih banyak pertanyaan lain. Hasil pengamatan selama kurun waktu ribuan tahun ini telah membentuk suatu
cabang ilmu yang disebut dengan ilmu alam atau Ilmu Pengetahuan Alam. Secara teoritis IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik,
dan penggunaannya hanya pada gejala-gejala alam Trianto, 2010:136-137. IPA mengupas tentang gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan hasil
percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan manusia Samatowa, 2011:3.
Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Produk ilmiah meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-
teori, dan kaidad-kaidah. Proses ilmiah meliputi pengamatan, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, sera pengamatan terhadap
percobaan. Sikap ilmiah meliputi mempercayai, menghargai, menanggapi dan menerima Carin dan Sund dalam Samatowa, 2011:20. IPA juga dipandang
sebagai proses, produk, dan sebagai prosedur. IPA sebagai proses yaitu seluruh kegiatan ilmiah guna menyempurnakan pengetahuan mengenai alam ataupun guna
menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk yaitu hasil proses, berupa
13
pengetahuan yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah atau menjadi bahan bacaan untuk pengembangannya. IPA sebagai prosedur yaitu cara yang
digunakan untuk mengetahui sesuatu Trianto, 2010:137.
2.1.2.1 Materi Sifat-Sifat Cahaya Cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai sifat merambat
lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan dan dapat diuraikan Yuniarto, 2007. Sifat-sifat cahaya tersebut, selanjutnya akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Cahaya Merambat Lurus Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah nampak seperti batang putih
yang lurus. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus. Pemanfaatan sifat cahaya merambat lurus seperti lampu senter, sinar laser, dan lampu
kendaraan bermotor.
2. Cahaya Menembus Benda Bening Pada saat merambat, cahaya dapat terhalang oleh suatu benda, saat sinar
mengenai suatu benda, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi: cahaya tidak diteruskan, cahaya diteruskan sebagian, dan cahaya diteruskan seluruhnya. Benda
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu benda bening, benda buram, dan benda gelap. Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan seluruh cahaya yang
mengenainya. Contoh benda bening yaitu plastik bening, kaca bening, dan air jernih. Benda buram adalah benda yang dapat meneruskan sebagian cahaya yang
mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kertas tipis, dan tisu. Benda gelap adalah benda yang tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya.
Contoh benda gelap yaitu kayu, dinding, batu, dan buku Tim Redicta, 2007: 138.
14
3. Cahaya dapat Dipantulkan Berkas cahaya yang mengenai permukaan benda dan berbalik arah atau
dikembalikan ke arah benda disebut cahaya pantul. Garis normal adalah garis yang posisinya tegak lurus pada permukaan benda. Sinar datang dipantulkan
menjadi sinar pantul dengan sudut pantul sama besar dengan sudut datang Tim Redicta, 2007: 141
Gambar 1. Pemantulah cahaya Sumber: Tim Redicta, 2007:141
Pemantulan cahaya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pemantulan teratur dan pemantulan baur difus. Pemantulan teratur yaitu pemantulan yang terjadi apabila berkas cahaya jatuh pada permukaan benda yang
rata datar, berkas cahaya akan dipantulkan secara teratur. Pemantulan teratur memberikan kesan silau pada mata. Contoh pemantulan teratur yaitu sinar yang
mengenai cermin datar. Pemantulan baur difus yaitu pemantulan yang terjadi apabila berkas cahaya jatuh ke permukaan yang kasar atau tidak rata, berkas
cahaya akan dipantulkan ke segala arah. Pemantulan baur memberikan kesan teduh pada mata. Contoh pemantulan baur yaitu permukaan jalan raya yang basah
kemudian terkena sinar lampu kendaraan, dan cahaya bulan yang mengenai air kolam yang berombak.
Gambar 2. Pemantulan Teratur Sumber: Tim Redicta, 2007:141
15
Gambar 3. Pemantulan Baur Sumber: Tim Redicta, 2007:141
4. Cahaya dapat Dibiaskan Pembiasan cahaya adalah pembelokan berkas cahaya jika berkas cahaya
tersebut melewati dua medium tembus cahaya yang berbeda kerapatannya. Medium adalah zat perantara yang dilalui oleh cahaya. Setiap zat memiliki
kerapatan yang berbeda-beda. Jika cahaya merambat dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya dibiaskan mendekati garis normal
Gambar 1. Sebaliknya, jika cahaya merambat dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, misalnya dari air ke gelas bening, berkas cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal Gambar 2. Garis normal adalah garis maya yang tegak lurus dengan bidang batas kedua medium Yuniarto, 2007: 10.
Gambar 4. Pembiasan cahaya Sumber: Yuniarto, 2007:10
16
Contoh-contoh pembiasan lainnya antara lain Tim Redicta, 2007:147: a. Dasar air sungai tampak lebih dangkal.
b. Bintang tampak berkedip-kedip, sebab cahaya bintang yang sampai ke
mata kita telah mengalami pembiasan oleh lapisan atmosfer. c. Kacamata positif atau negatif dapat menolong rabun dekat atau rabun
jauh karena peristiwa pembiasan cahaya.
5. Cahaya dapat Diuraikan Dispersi Matahari memancarkan sinar yang berwarna putih, namun sebenarnya
warna putih tersebut sesungguhnya terdiri dari bermacam-macam warna. Cahaya matahari terdiri atas beberapa macam warna cahaya yang disebut cahaya
polikromatik. Cahaya yang dihasilkan dari peristiwa pembiasan adalah cahaya tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi di sebut monokromatik. Warna cahaya
yang diuraikan dari warna putih tersebut yaitu merah, jingga, hijau, biru, kuning, nila, ungu. Komponen warna cahaya tersebut jika disatukan akan membentuk
warna putih. Pelangi biasanya terjadi ketika turun hujan dan matahari bersinar. Cahaya matahari yang terkena butiran air hujan dan akan mengalami pembiasan,
sehingga cahaya tersebut terurai menjadi spektrum warna.