Penelitian Tindakan Kelas TINJAUAN PUSTAKA

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas PTK, pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya Aqib, 2007:13. Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya. Menurut Aqib 2007:12, ada 3 pengertian yang dapat menerangkan apa itu PTK, yaitu: a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar di lab, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas Aqib, 2007:13. Pendapat lain dikemukakan oleh Susilo 2007:16, beliau mengemukakan bahwa classroom action research merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Carr dan Kemmis dalam Wijaya 2009:8 mengemukakan bahwa hakikat PTK atau action research adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri self reflektive yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Sedangkan Mc Niff dalam Wijaya 2009:8, memandang hakikat PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini, pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis dan McTaggart. Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a perencanaan planning, b tindakan acting, c pengamatan observing, dan d refleksi reflecting. Sedangkan dalam Model Kemmis McTaggart, komponen tindakan acting dengan pengamatan observing dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Kusumah, Wijaya. dan Dedi Dwitagama, 2009:20-21. Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat pada siklus berikut ini Arikunto, 2006:16: Gambar 2.1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Berikut adalah tahap pelaksanaan tindakan kelas Kemmis McTaggart Arikunto, suharsimi, dkk, 2006:17-22 : a. Perencanaan planning Pada tahap pertama ini peneliti harus menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Idealnya kegiatan dilakukan secara berpasangan untuk bekerja secara kolaboratif. Pihak pertama melakukan tindakan dan pihak kedua melakukan observasi terhadap tindakan, sehingga subyektifitas dapat dikurangi dan observasi menjadi lebih cermat. Lain halnya jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang sama, meskipun hal ini juga bisa dilakukan dalam PTK. Kegiatan-kegiatan pada tahap perencanaan adalah penentuan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian pembuatan instrumen observasi untuk merekam fakta selama berlangsungnya tindakan. Jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang berbeda, maka harus dibuat kesepakatan terlebih dahulu antara pihak pelaksana dan pihak peneliti. b. Pelaksanaan acting Tahap ini adalah waktu untuk melaksanakan isi perencanaan yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pihak guru pelaksana tindakan harus mengingat betul dan berusaha agar mengikuti apa yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan, juga harus berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Kesesuaian antara planning dan acting akan diperhatikan secara seksama dalam refleksi. Saat menyusun laporan penelitian, peneliti tidak lagi melaporkan perencanaan, melainkan langsung pada pelaksanaan. Oleh sebab itu bentuk dan isi laporan harus sudah dapat menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian. c. Pengamatan observing Sesungguhnya tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pada saat guru pertama melaksanakan tindakan di kelas, guru kedua melaksanakan observasi terhadap hal- hal yang disepakati untuk diamati selama tindakan berlangsung. Jika pelaksana dan observer adalah guru yang sama, tentu pada saat melaksanakan tindakan ia akan memusatkan perhatiannya pada tindakan, sehingga tidak sempat menganalisis peristiwa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d. Refleksi reflecting Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini guru pelaksana sedang merefleksikan memantulkan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inti dari penelitian tindakan adalah ketika guru pelaksana tindakan siap mengatakan kepada observer guru peneliti tentang hal- hal yang dirasakan telah berjalan baik dan hal-hal dirasakan belum berjalan baik. Dapat dikatakan bahwa guru pelaksana sedang melakukan self evaluation evaluasi diri. Jika guru pelaksana dan guru observer adalah orang yang sama, maka ia harus melakukan refleksi kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan hal- hal yang dirasakan sudah memuaskan karena sudah sesuai dengan rancangan. Selain itu harus mengenali hal-hal yang masih perlu perbaikan secara cermat. Jika PTK dilakukan dalam beberapa siklus, maka dalam tahap refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila peneliti akan melanjutkannya pada kesempatan yang lain. 3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas 2007:17-18, tujuan dari dilaksanakannya PTK adalah sebagai berikut: a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas. c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari. e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung. 4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Menurut Susilo 2007:18, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain : a. Inovasi pembelajaran b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik. d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru. e. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B. Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

0 5 220

Penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 25 273

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN SKRIPSI

0 1 287