Prestasi Belajar TINJAUAN PUSTAKA

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman Matlin dalam Reni, 2004:168. Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil dari penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa Lanawati dalam Reni, 2004:168. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Menurut Rimm dalam Reni 2004:69, karakteristik siswa berbakat berprestasi kurang dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda, berkaitan dengan sebab dan gejalanya. Karakterisik primer adalah rasa harga diri yang rendah dan karakteristik ini merupakan akar dari sebagian besar masalah underachievement. Rasa harga diri yang rendah menyebabkan karakteristik sekunder, yaitu perilaku yang menghindari bidang akademik, kemudian menghasilkan karakteristik tersier, yaitu kebiasaan belajar yang buruk, keterampilan yang tidak dikuasai, masalah sosial, dan disiplin. Kemudian, dapat digolongkan lebih rinci lagi beberapa penyebab siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, antara lain Reni, 2004:70-73: a. Faktor sekolah 1 Apabila lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan nilai tinggi pada keberhasilan akademik, artinya iklim sekolah anti intelektual. Umumnya, anak muda akan melakukan olahraga dengan baik dan mungkin saja menghargai kegiatan yang sifatnya artistik, misalnya seni dan musik. Termasuk juga siswa berbakat yang memiliki tingkat kreativitas tinggi. 2 Kurikulum mungkin saja tidak cocok untuk anak yang cerdas. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi kehilangan minat. Mereka menjadi bosan dan menolak untuk menyelesaikan tugas yang dianggapnya kurang relevan. 3 Lingkungan kelas kaku atau otoritarian. Siswa berbakat menginginkan adanya kesempatan untuk dapat mengendalikan pengalaman belajarnya sendiri. 4 Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual. Semua siswa harus maju melalui kurikulum pada tingkat yang sama. Padahal, ada siswa yang lebih cepat atau lebih lambat dari siswa lainnya. 5 Siswa lebih diharapkan untuk memperlihatkan kemampuannya daripada tampil berbeda di antara kelompok teman sekelasnya. 6 Gaya belajar siswa dapat saja tidak cocok dengan gaya mengajar guru. b. Faktor rumah 1 Belajar tidak dinilai atau didukung dan prestasi tidak diberi imbalan. 2 Tidak adanya sikap positif orangtua terhadap karier mereka sendiri, misalnya ayahnya seorang petugas penjualan, tetapi selalu menghina atau merendahkan pekerjaannya. 3 Belajar didukung, tetapi orangtua bersikap dominan. Anak tidak mengembangkan disiplin yang sifatnya internal. Ada perbedaan komitmen terhadap tugas antara anak berbakat yang berprestasi dan anak berbakat yang berprestasi kurang. Orangtua juga terlalu mengontrol waktu anak. Anak-anak terlalu komitmen terhadap waktu sehingga kehabisan waktu untuk berteman dan mengembangkan minat pribadinya. Orangtua terlalu menuntut anak. 4 Prestasi anak menjadi ancaman bagi kebutuhan orangtua akan superioritas. 5 Perebutan kekuasaan di dalam keluarga, terutama apabila salah seorang dari orang tuanya bersikap liberal dan yang lainnya kaku sehingga menimbulkan situasi menang kalah dan anak terpecah di antara dua kekuatan tersebut ketika memilih. Akibatnya, mereka sering underachievement. 6 Status sosial ekonomi rendah, ditambah lagi dengan pendidikan orangtua yang rendah terhadap pendidikan dan karier sehingga anak-anak cenderung berprestasi rendah. Namun, ada juga keluarga miskin yang menilai tinggi pendidikan dan mendukung anaknya yang cerdas dan ada juga yang sebaliknya. 7 Keluarga mengalami disfungsi karena berbagai alasan, diantarnya ketergantungan obat atau alkohol, tidak adanya ketrampilan menjadi orangtua, perceraian, kehilangan pekerjaan, riwayat penyalahgunaan abuse, atau penyakit-penyakit. Kadang-kadang ini hanya merupakan masalah sementara saja, seperti kasus orangtua masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Namun, adakalanya lebih lama. Dalam keadaan disfungsi ini, anggota keluarga dapat saja menjadi saling tidak percaya satu sama lain. Akibatnya, kesehatan fisik ditelantarkan, komunikasi tidak jelas, masalah sering kali dilimpahkan pada orang lain dan tidak terselesaikan. Nilai-nilai sering tidak konsisten, sering terjadi tindak kekejaman fisik, sosial, atau emosional, kebebasan pribadi disangkal, dan rahasia untuk menyembunyikan kesulitan merupakan hukum tidak tertulis. c. Adanya perbedaan budaya Budaya tempat seorang anak dilahirkan dapat mempengaruhi pandangan terhadap keberbakatan. Ada budaya yang menganggap anak berbakat difavoritkan, ada yang menganggap wahyu, ada yang menganggap perlu dimanfaatkan bagi lingkungannya, dan sebagainya. d. Faktor-faktor lainnya 1 Terjadinya gangguan belajar, kondisi tidak mampu, atau suatu bentuk ketidaksesuaian dengan cara mengajar dapat mengarah pada rendahnya prestasi sebagaimana juga gangguan emosi. 2 Faktor-faktor kepribadian seperti perfectionism, terlau sensitif, tidak berdaya guna dalam ketrampilan sosial atau sebaliknya, terlalu terlibat dalam banyak kegiatan, dapat menjurus ke kesulitan belajar dan underachievement. 3 Penyebab masalah siswa seperti ini adalah diberikannya perhatian yang berlebihan untuk tingkah laku menyimpangnya daripada program berbakatnya. 4 Malu, rendah diri karena berbeda dari siswa lainnya, merasa tidak percaya diri, dan menganstisipasi penolakan akibat latihan di rumah atau di sekolah merupakan tanggung jawab setiap orang untuk tidak menciptakan ketidakpuasan. Perasaan malu harus disembunyikan sehingga menjurus ke depresi, perfectionism, membenci diri, atau sering mengakibatkan siswa berprestasi rendah.

D. Partisipasi

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

0 5 220

Penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 25 273

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN SKRIPSI

0 1 287