Pengertian Meditasi Mindfulness Manfaat Meditasi Mindfulness

mengendalikan reaksi emosi yang berlebih dan meledak-ledak. Oleh karenanya, pria lebih impulsif daripada wanita Hoeksema, 2012.

B. Meditasi Mindfulness

Meditasi mindfulness adalah meditasi yang berasal dari Agama Buddha Thompson Gilbert, 2008. Namun, meditasi ini dapat dipraktekkan oleh siapapun dari berbagai latar belakang agama dan kebudayaan. Bahkan, meditasi mindfulness diubah dan digunakan oleh para terapis sebagai bentuk terapi, seperti Acceptance and Commitment Therapy ACT, Dialectical Behavior Therapy DBT, dan Mindfulness Based Stress Therapy MBSR Frye Spates, 2012; Gresson, 2009.

1. Pengertian Meditasi Mindfulness

Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang tidak menggunakan mantra atau chanting Lazar dkk., 2005. Meditasi mindfulness juga berbeda dengan meditasi “relaksasi”. Dalam meditasi “relaksasi”, meditator lebih berfokus pada nafas atau sensasi tubuh. Sedangkan, meditasi mindfulness lebih mengutamakan pada penerimaan pikiran dan emosi-emosi yang kacau tidak terkendali Apple Apple, 2009. Meditasi ini merupakan sebuah bentuk meditasi yang mengembangkan perhatian yang netral nonjudgemental awareness pada setiap stimuli yang ada pada masa kini tanpa mengikutsertakan kinerja dari kognitif Lazar dkk., 2005. Setiap stimuli yang dimaksud disini adalah seluruh proses yang terdapat dalam diri seseorang, seperti sensasi tubuh, emosi, ingatan, dan kehendak Sudrijanta, 2011. Menurut Marlatt dan Kristeller dalam Baer, 2003, kata mindfulness dapat dideskripsikan sebagai “memberikan perhatian kepada pengalaman saat ini dari waktu ke waktu”. Sedangkan, menurut Csikszentmihalyi dalam Baumgardner Crothers, 2009 mindfulness adalah perhatian pada tempat yang ada kini dan kekinian, daripada memusingkan masa lalu atau mencemaskan dan berfantasi tentang masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian-pengertian yang ada tersebut, dapat dikatakan bahwa meditasi mindfulness adalah meditasi yang mengajarkan orang untuk memperhatikan segala kondisi yang ada pada saat ini dengan bersikap netral.

2. Mekanisme Meditasi Mindfulness

Meditasi merupakan suatu proses mental yang sangat kompleks. Proses dalam meditasi melibatkan perubahan dari kognitif, sensori persepsi, afek, hormon, dan aktivitas otomatis lainnya yang terdapat dalam tubuh manusia. Banyak ilmuwan yang telah meneliti efek meditasi dan mencari mekanisme meditasi secara biologis. Biasanya, para ilmuwan melakukan pengukuran pada detak jantung, tekanan darah, electroencephalographic EEG, perubahan hormon, dan kekebalan tubuh, yang semuanya berkaitan dengan meditasi Newberg Iversen, 2003. Meskipun demikian, hingga saat ini para ilmuwan belum menemukan jawaban yang memuaskan dan masih terus meneliti mekanisme dari efek meditasi mindfulness Grabovac dkk., 2011.

2.1 Mekanisme Meditasi Mindfulness Menurut Buddhist Psychological

Model Grabovac dkk. 2011 berusaha untuk menjawab hal tersebut dengan Buddhist Psychological Model. Buddhist Psychological Model adalah suatu model yang mengacu pada Abhidhamma Pitaka, Kitab Komentar dalam Tri Pitaka. Pertama-tama Buddhist Psychological Model BPM akan mendeskripsikan komponen-komponen dari aktivitas mental. Awareness atau kesadaran akan objek terjadi saat terdapat stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan menimbulkan rasa dari panca indera atau kognisi gagasan, memori, emosi yang muncul dalam pikiran. Kesadaran itu akan muncul beberapa saat dan menghilang. Kesadaran tersebut akan terus menerus muncul dan tenggelam. Menurut BPM, objek-objek yang ditangkap tersebut memiliki nilai emosi dari salah satu nilai yang terdapat di dalam diri seseorang, yaitu: netral, menyenangkan, dan tidak menyenangkan. Kebiasaan reaksi manusia pada umumnya adalah terus mengejar hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Reaksi inipun merupakan bentuk kemelekatan dalam Buddhis. Kemelekatan- kemelekatan yang ada tersebut membuat seseorang mengalami batin yang kacau. Melalui meditasi mindfulness, seseorang dilatih untuk melihat objek-objek yang tertangkap sebagaimana adanya tanpa disertai reaksi pikiran untuk melekat atau menolak objek tersebut. Praktik dari meditasi mindfulness yang terus menerus akan membantu seseorang memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu yang ada senantiasa berubah. Hal-hal yang berubah itulah yang menyebabkan terjadinya penderitaan. Selain itu, dengan meditasi mindfulness seseorang dapat memiliki pemahaman tentang ketiadaan intikosong dari seluruh hal yang terjadi atau dialami. Setelah memiliki tiga pemahaman ini seseorang dapat berkurang kemelekatannya. Pemahaman yang dimaksud oleh BPM bukan merupakan pemahaman intelektual. Namun, pemahaman yang ada hanya dapat muncul bila kesadaranawareness muncul. Kesadaran hanya mungkin muncul bilamana pikiran dalam keadaan tenang Sundrijanta, 2012. Berkurangnya kemelakatan akan membuat seseorang mencapai batin yang tenang. Keadaan batin yang tenang inilah yang dapat membuat seseorang mencapai keadaan well-being atau berkurangnya simptom-simptom yang dimiliki seseorang. Ketenangan batin yang dicapai tersebut dapat pula diperkuat dengan melatih sikap menerima, melatih regulasi atensi dengan baik, dan pelatihan kemoralan. Demikian pula, ketenangan batin mampu memperkuat tiga hal penunjang batin tersebut.

2.2 Mekanisme Meditasi Mindfulness Menurut Dusana Dorje

Meditasi mindfulness memiliki keterkaitan dengan peningkatan emotional well-being pada kehidupan manusia. Hal ini telah membuat Dorje 2010 memiliki keinginan untuk menjelaskan mekanisme dari meditasi mindfulness. Ia membahas mekanisme meditasi mindfulness berdasar pada penelitian psikologis dan neuroscientific. Dorje menyatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam meditasi mindfulness. Dimensi-dimensi tersebut adalah : a. Tujuan dan konteks dari praktik mindfulness Tujuan dari meditasi mindfulness adalah terbebasnya seseorang dari penderitaan yang didasari oleh keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan. b. Tujuan yang kosong Tujuan kosong yang dimaksud disini adalah saat seseorang sedang bermeditasi mindfulness, maka ia tidak akan bereaksi akan apapun yang terjadi di dalam dirinya. c. Kendali perhatian, sustained attention, dan meta-awareness Kendali perhatian disini adalah kemampuan seseorang dalam mempertahankan awareness dalam keadaan meditatif. Sedangkan sustained attention merupakan kemampuan seseorang untuk mengembalikan fokus setelah orang menyadari objek-objek dalam pikirannya. Untuk meta-awareness dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan proses meditasi. d. Emosi yang sehat Cinta kasih, murah hati, dan tidak melekat pada suatu hal merupakan beberapa bentuk emosi yang baik dan berperan penting dalam meditasi mindfulness. Adanya emosi positif pada diri seorang meditator turut menunjang kemajuan dari meditator dalam bermeditasi. e. Ethical discernment Dalam konteks Buddhis, pelaksanaan ethical discernment atau kemoralan adalah hal yang penting untuk menunjang kemajuan dalam bermeditasi. Berdasarkan kelima dimensi tersebut dapat dilihat bahwa kendali perhatian adalah penyeleksi objek saat seseorang bermeditasi. Sedangkan sustained attention merupakan komponen utama dalam mempertahankan fokus saat bermeditasi. Emosi yang sehat, kemoralan, dan meta awareness adalah penopang kemajuan dari meditasi mindfulness yang dilakukan oleh seseorang. Selain Dorje, terdapat pula beberapa tokoh yang ingin menjelaskan proses atau mekanisme dari meditasi mindfulness. Menurut teori yang mendasari Mindfulness Based Cognitive Therapy MBCT, praktik dari mindfulness dapat mengurangi pandangan terhadap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan akan fenomena yang biasa dipandang sebagai pengalaman mental yang datang dan pergi Segal dkk. dalam Lykins Baer, 2009. Shapiro, Carlson, dan Freedman dalam Lykins dan Baer, 2009 juga mendeskripsikan mekanisme mindfulness yang serupa dengan Segal. Mereka menyatakan bahwa mindfulness adalah kemampuan untuk tidak mengidentifikasi momen-momen yang muncul dalam diri dan melihat momen tersebut dengan jernih dan objektif.

3. Manfaat Meditasi Mindfulness

Beberapa puluh tahun terakhir ini, sudah terdapat banyak sekali bukti laboratorium akan efek positif yang dimiliki oleh meditasi mindfulness terhadap berbagai penyakit klinis Dorje, 2010. Keberhasilan meditasi mindfulness dalam mengatasi gangguan regulasi emosi dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Goldin dan Gross pada tahun 2010. Mereka menemukan bahwa para pasien dengan SAD Social Anxiety Disorder yang mengikuti pelatihan meditasi mengalami peningkatan regulasi emosi. Hal ini membuat kecemasan yang dimiliki para pasien tersebut berkurang. Bukti nyata lain dari meditasi mindfulness dapat terlihat pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Speca dkk. pada tahun 2000. Mereka melakukan penelitian terhadap 90 pasien penderita kanker. Mereka semua mengalami gangguan mood dan memiliki simptom stres. Sebagian dari merekapun diberikan intervensi berupa pelatihan meditasi mingguan selama 7 minggu. Pada tiap pertemuan mereka menggunakan waktu sekitar 1,5 jam. Di akhir pelatihan tersebut, tercatat bahwa mereka memiliki tingkat gangguan mood yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, depresi, kecemasan, dan kemarahan, mereka juga lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Eksperimen yang dilakukan oleh Baer 2008 serta Branstrom dkk. 2010 juga mencatat hal serupa. Melalui eksperimen yang mereka lakukan ditemukan bahwa subjek-subjek yang mereka uji mengalami peningkatan mindfulness dan well-being. Tingkatan stres dari para subjekpun turut berkurang. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh University of East London, Inggris ditemukan bahwa meditasi mindfulness mampu mengurangi afek negatif pada diri subjek dan meningkatkan kepuasan hidup Collard, Avny, Boniwely, 2008. Melalui eksperimen yang ada, dapat diketahui pula bahwa ternyata meditasi mampu mengurangi ruminasi, mengurangi emosi takut, dan meningkatkan regulasi perilaku Lykins Baer, 2009. Seluruh kondisi baik yang terjadi, seperti well- being dan keseimbangan batin tersebut berkaitan dengan peningkatan dari fungsi atensi dan fleksibilitas kognitif seseorang. Peningkatan dari fungsi dan fleksibilitas ini merupakan pengaruh langsung dari meditasi mindfulness Moore Malinowski, 2008.

C. Regulasi Emosi dalam Meditasi Mindfulness

Regulasi emosi merupakan suatu proses guna menghadapi berbagai hal yang mengganggu kondisi emosi Hoeksema, 2012. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan regulasi emosi, diantaranya adalah tingkat kesadaran dan pemahaman yang dimiliki oleh seseorang individu. Thompson dalam Strongman, 2003 menyatakan bahwa regulasi emosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh kesadaran. Semakin baik kesadaran seseorang, maka semakin adaptif pula regulasi emosi yang dimiliki. Beberapa teori regulasi emosi juga menyatakan bahwa regulasi emosi yang adaptif juga dipengaruhi oleh pemahaman yang dimiliki seseorang Hoeksema, 2012. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa regulasi emosi seseorang dapat ditingkatkan. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi tersebut adalah dengan meditasi mindfulness. Menurut BPM, dengan meditasi mindfulness, kesadaran seseorang dilatih agar dapat menyadari objek-objek yang tertangkap sebagaimana adanya tanpa disertai reaksi pikiran untuk melekat atau menolak objek tersebut. Praktik dari meditasi mindfulness yang terus menerus akan membantu seseorang memiliki pemahaman akan kenyataan hidup bahwa segala sesuatu yang ada senantiasa berubah. Hal-hal yang berubah itulah yang menyebabkan terjadinya penderitaan. Selain itu, dengan meditasi mindfulness seseorang dapat memiliki pemahaman tentang ketiadaan intikosong dari seluruh hal yang terjadi atau dialami. Setelah memiliki tiga pemahaman ini