Regulasi Emosi Maladaptif Peningkatan Awareness

menghadapi suatu masalah. Selain itu, kini amarah A juga telah berkurang dan merasa lebih rileks. Sedangkan B, merasakan bahwa emosinya kini lebih stabil daripada dulu. Hal ini membuat B merasa tenang dan lega. C juga merasakan hal serupa dengan B yaitu emosi yang lebih stabil. Hal ini membuat C merasa tenang dan nyaman.

D. Pembahasan

Peneliti akan membahas tema-tema umum yang muncul dari ketiga subjek ke dalam 6 bagian. Hal ini dilakukan untuk membahas tema-tema umum yang ada secara terperinci dan mendalam, sehingga dapat diketahui perubahan regulasi emosi yang dialami oleh para meditator. Bagian yang pertama adalah regulasi emosi maladaptif. Kedua, peningkatan awareness. Ketiga, pemahaman positif. Kemudian, bagian yang keempat adalah reaksi pikiran dan emosi positif. Sedangkan, bagian kelima adalah reaksi pikiran dan emosi negatif. Emosi positif pun menjadi bagian yang keenam.

1. Regulasi Emosi Maladaptif

Sebelum rutin melakukan meditasi, umumnya para meditator memiliki emosi negatif yang cukup banyak di dalam diri masing-masing. Emosi-emosi negatif yang ada cukup beragam, seperti amarah, kekhawatiran, dan penyesalan A, wawancara, 8 Agustus, 2012; B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara, 21 September, 2012; Baumgardner Crothers, 2009; Fredrickson, 2000. Menurut The Broaden and Build Theory of Positive Emotions, orang yang memiliki emosi negatif akan memiliki pikiran yang sempit. Oleh karena itu, seseorang akan kaku dan kurang kreatif dalam berpikir, berperilaku, dan hidup dalam lingkungan sosial Fredrickson Joiner, 2002; Fredrickson, 2004. Kekakuan dalam berpikir dan bertindak tersebut dapat dilihat pada tindakan A sebelum mengenal meditasi. Subjek A memiliki keinginan untuk mengatur hal-hal di luar dirinya agar sesuai dengan keinginannya A, wawancara, 8 Agustus, 2012. Para meditator juga melakukan reaksi atau respon emosi yang kurang tepat Gross Thompson 2006. Contoh dari respon emosi yang kurang tepat dapat dilihat dari pengalaman subjek B. Dahulu B banyak berharap agar permasalahan yang menimpanya selesai. Selain itu, B banyak menghubungkan suatu hal dengan dunia gaib B, wawancara, 27 Agustus, 2012; Fredrickson Joiner, 2002; Fredrickson, 2004;. Berdasarkan banyaknya emosi negatif dan repon-respon yang ada, para subjek dapat dikatakan memiliki regulasi emosi maladaptif. Hal ini dikarenakan para subjek melakukan reaksi langsung yang kurang sesuai terhadap suatu situasi tanpa berusaha untuk mengelolanya terlebih dahulu Hoeksema, 2012; Tamir, 2011. Kemampuan yang kurang ini dipengaruhi oleh ketiadaan kesadaran Thompson dalam Strongman, 2003 dan kurangnya pemahaman yang dimiliki Hoeksema 2012.

2. Peningkatan Awareness

Awareness atau kesadaran akan suatu objek terjadi saat terdapat stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan menimbulkan rasa dari panca indera atau kognisi gagasan, memori, emosi yang muncul dalam pikiran. Kesadaran itu akan muncul beberapa saat dan menghilang. Kesadaran tersebut akan terus menerus muncul dan tenggelam. Menurut Buddhist Psychological Model BPM, objek-objek yang ditangkap tersebut memiliki nilai emosi dari salah satu nilai yang terdapat di dalam diri seseorang, yaitu: netral, menyenangkan, atau tidak menyenangkan. Kebiasaan manusia dalam bereaksi adalah terus mengejar hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan Grabovac dkk., 2011. Berdasarkan kebiasaan merespon tersebut, manusia dapat melakukan respon yang maladaptif bila tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik Gross dalam Strongman, 2003. Meditasi mindfulness merupakan sebuah bentuk meditasi yang mengembangkan perhatian yang netral nonjudgemental awareness pada setiap stimuli yang ada pada masa kini tanpa mengikutsertakan kinerja dari kognitif Lazar dkk., 2005. Setiap stimuli yang dimaksud disini adalah seluruh proses yang terdapat dalam diri seseorang, seperti sensasi tubuh, emosi, ingatan, dan kehendak Sudrijanta, 2011. Menurut Csikszentmihalyi dalam Baumgardner Crothers, 2009 mindfulness adalah perhatian pada tempat yang ada kini dan kekinian, daripada memusingkan masa lalu atau mencemaskan dan berfantasi tentang masa yang akan datang. Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang lebih mengutamakan pada penerimaan pikiran dan emosi-emosi yang kacau tidak terkendali Apple Apple, 2009. Menurut teori yang mendasari Mindfulness Based Cognitive Therapy MBCT, praktik dari mindfulness dapat mengurangi pandangan terhadap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan akan fenomena yang biasa dipandang sebagai pengalaman mental yang datang dan pergi Segal dkk. dalam Lykins Baer, 2009. Shapiro dkk. dalam Lykins Baer, 2009 juga menyatakan bahwa mindfulness adalah kemampuan untuk tidak mengidentifikasi momen-momen yang muncul dalam diri dan melihat momen tersebut dengan jernih dan objektif. Melalui perhatian yang netral, para meditator dapat lebih melihat atau menyadari diri dengan baik dan tidak mudah terbawa oleh kondisi-kondisi yang ada Sudrijanta, 2011. Melalui latihan meditasi yang terus dilakukan oleh para subjek, kini mereka telah memiliki kesadaran yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada pengalaman yang dialami oleh para subjek. Melalui meditasi yang rutin, A dapat menyadari pikiran-pikiran yang muncul dalam dirinya A, wawancara, 8 Agustus, 2012. B juga menyatakan hal serupa, bahwa B kini memiliki kesadaran yang lebih. B dapat menyadari emosi-emosi yang muncul pada diri, seperti marah B, wawancara, 27 Agustus, 2012. Sedangkan subjek C, ia kini lebih mampu menyadari keburukan-keburukan yang ada pada dirinya C, wawancara, 21 september, 2012.

3. Pemahamanan Positif