Pemecahan masalah yang kurang baik ini membuat B banyak berharap dan menghubungkan sesuatu hal dengan hal gaib.
“Saya selalu berharap, misalnya ah nanti ada ini, ada pertolongan ada apalah, nah itu saya percayai. Tapi
kenyataannya hidup itu kan nggak seperti itu. 99 itu nggak seperti yang kita harapkanlah... selalu gitu... ya
mungkin ini terlalu ekstrim lah.. ato 80 ato berapa lah. Lebih banyak yang tidak kita inginkan yang terjadi
daripada yang kita inginkan terjadi. Dan kita selalu berharap, kita berusaha gini berharap, dan emosi kita
juga melibatkan itu. Ada perasaan senang, marah disitu
dalam mengejar tujuan itu.” B, 6-16 “Dan yang jelas kita lebih dominan, nggak usah
dihubung-hubungkan dengan
apa....ujan ini
dihubungkan dengan tahayul-tahayul yang tidak perlu. Mau bengi ngimpi opo bar kuwi ngene. Yang kadang-
kadang kita menghubung-hubungkan sendiri dan kita percayai, dulu kan gitu.Mau bengi aku ngimpine koyo
ngene, kok biso ngene wah kudu ngene
.” B, 55.1-8
Semua hal yang dilakukan di atas membuat B semakin sulit
mengelola emosinya. B larut dalam kekhawatiran.
“Nah dengan ini, itu kan emosi-emosi yang resah kita to sebenere, resah kita untuk mengharapkan hal ini bekerja
dengan otak-atik gathuk tadi; kalo orang jawa tu. Saya jadi resah dhewe yang enggak karu-karuan. Padahal
dengan resah itu kita akan memutuskan untuk melakukan hal yang akan datang dengan yang itu juga. Jadi, kan
betapa nelongsone dhewe, trus tambah khawatir
.” B,56.1-8
b. Peningkatan awareness
Rutinitas meditasi yang dilakukan oleh B membuat B menjadi orang yang lebih aware. B kini mampu menyadari emosi-
emosinya.
“Marah ya inilah yang rasanya marah, ya inilah rasanya benci ato mungkin inilah rasanya saya tenang. Saya tidak
terlalu larut ke dalam, tidak akan larut ke dalam dan juga tidak menolaki mereka.” B, 30.3-7
c. Pemahaman positif
Peningkatkan kesadaran membuat B memiliki pemahaman- pemahaman yang baik akan suatu masalah dan hakikat kehidupan
ini.
“Saya pikir kok nggak ada masalah berat dan ringan. Yang ada adalah seberapa terlibat kita dalam itu.
Semakin kita, walaupun kecil tapi terus kita terlibat terlalu dalem dan kita terus mengoroki masalah itu ya
jadinya lebih besar. Jadi maksud saya ya saya pikir
bahwa itu sama.” B, 37.1-6 “Nek dengan ini akal sehat yang lebih benar memahami
hidup yang selalu mengecewakan buat saya hidup tu nek nggak kita pahami cara kerjanya dunia ini, selalu akan
menyengsarakan. Nah kalo kita memahami mau menerima dengan segenap hati dan intelektual, kita
nggak akan selalu kecewa saya pikir lho ya. Begitu kita pahami hidup ni wes ternyata settingan awal kita hidup
supaya kita menderita dulu. B, 59.3-11
Selain itu, B kini dapat menyadari bahwa di dalam kekacauan emosi atau pikirannya terdapat ego diri atau keakuan.
“diikuti dan a...ironisnya ditambahi aku tadi, aku kok dingenekke, misal gitu marah, aku tambah ketulo-tulo;
tambah sengsara.
Dan itu
nyabetnya kemana-
mana....nggak tau kita suda h nggak tau.” B, 33.1-4
d. Reaksi Pikiran Positif
Pemahaman-pemahaman yang ada kini membuat B lebih
jelas dalam melihat suatu permasalahan.
“Sekarang bisa melihat masalah itu, saya di luar. Jadi lebih
enaklah mengevaluasi.
Penyelesaian secara..secara..
kasat mata.” B, 38.3-6
e. Reaksi emosi positif
Berkembangnya kesadaran dan pemikiran yang positif juga telah membuat B bereaksi lebih positif terhadap masalah. B kini
mampu menerima suatu keadaan yang kurang mengenakkan.
“Menerima dengan kehadiran mereka-mereka itu. Kita nggak menolak, kita nggak apa. Jadi kemampuan untuk
itu yang kalo kita lawan jelas nggak sembuh lagi... kita lawan lagi ya wes pasti gelut mbek itu lagi, kita masuk...
ya kita lawan juga nggak, pokoknya kita persilahkan
mereka.” B, 25.2-7
f. Reaksi emosi negatif