Berikutnya peneliti akan menjabarkan secara detail tema-tema yang muncul pada masing-masing subjek.
1. Subjek A
1.1 Tema-tema subjek A
a. Regulasi emosi maladaptif
Sebelum menjalani meditasi secara rutin, subjek A nampak mengalami kesulitan dalam meregulasi atau mengelola emosi yang
ada dalam diri. A mengalami kesulitan dalam mengelola amarah.
“Dulu kalo ada orang yang mempertanyakan jalannya sistem yang saya buat, leadership yang saya buat, saya
bisa marah-marah, saya bisa konfrontasi on the spot. Saya bisa pecat lalu dulu saya nggak terlalu banyak
pikiran.” A, 70.4-8
A juga suka mengatur hal-hal di luar dirinya agar sesuai
dengan keinginan A.
“Kalo dulu masalah ada di luar, saya lepas kontrol dan sangat sulit. Dan saya sangat sulit ya mengatur
lingkungan dan orang sekitar saya supaya apa yang dikerjakan itu menyenangkan hati saya.” A, 51.1-4
b. Peningkatan awareness
Meditasi yang rutin dilakukan A ternyata membawa perubahan dalam diri A. Kini A memiliki kesadaran untuk melihat
pikirannya sendiri.
“Maksudnya ini nggak sesolid yang kelihatan. Jadi kadang-kadang kalo saya melihat masalah atau kejadian
kejadian ini nggak sesolid... misalnya ini orangnya malas orang ini malas itu dimana? Bentuknya apa? Warnanya
apa? Saya sering secara refleks.. itu saya lanjutkan kalo saya sedang bagus.” A, 34.1-6
c. Pemahaman positif
Peningkatan kesadaran dalam diri A membuat pola pikir A berubah ke arah yang positif. A menjadi tahu bahwa apapun yang
terjadi merupakan bentukan dari pikiran A.
“Tapi sekedar sekarang menyenangkan enggak menyenangkan itu persepsi karena tadi pikiran sendiri.
Itu adalah respon pikiran, kalau dipikir ya dunia yang terjadi dalam pikiran. Dunia yang objektif tu nggak
pernah terlihat munculnya, selalu dunia yang subjektif.. Berarti
kalo mau
menyelesaikan masalah
ya menyelesaikan yang di dalam.. ya minimal kepedean itu
ada. Kapanpun, apapun yang terjadi sebetulnya pikiran itu sendiri.” A, 52.1-9
Melalui meditasi, A juga dapat mengetahui kebiasaan- kebiasaan buruk yang terdapat dalam dirinya.
“Jadi meditasi dapat melihat habit saya, duduk nggak betah, gampang menyerah. Saya begitulah orangnya,
kalo nggak betah ya udah yang ini nggak usah aja atau ini jam saya pasti rusak atau kalo bel ini mesti front
office saya lupa ngebel masa lama sekali disini. Saya ya kaya gitulah orangnya tidak yakin dan tidak percaya
sama eksternal thing bahwa itu akan berjalan dengan baik. Atau tidak percaya sama feature yang akan terjadi.
Saya punya kegelisahan dan ketid
akpercayaan diri.” A, 74.1-10
d. Reaksi pikiran positif