1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Emosi memiliki pengaruh yang luas pada kehidupan manusia. Banyak hal yang dilakukan dan diucapkan oleh seseorang dipengaruhi oleh emosi
Strongman, 2003. Pengambilan keputusan, mengingat kejadian-kejadian penting, dan cara berinteraksi merupakan beberapa contoh nyata perilaku yang
dipengaruhi oleh emosi. Apabila seseorang memiliki emosi negatif dalam dirinya, seseorang akan memiliki pikiran dan perilaku yang sempit dalam
menghadapi suatu hal. Emosi negatif juga dapat membuat seseorang melakukan respon emosi yang kurang tepat Gross Thompson, 2006.
Emosi negatif tersebut dapat berupa kecemasan, depresi, agresi, dan stres Fredrickson, 2000. Sebaliknya, seseorang akan berpikiran dan berperilaku
baik karena memiliki emosi yang positif, seperti kesenangan dan kepuasan Baumgardner Crothers, 2009.
Oleh karena besarnya pengaruh emosi dalam kehidupan, seseorang akan mengelola emosi-emosi yang dimilikinya. Kemampuan untuk mengelola
emosi inilah yang biasa disebut dengan regulasi emosi. Biasanya, kebanyakan orang akan meregulasi emosi-emosi negatif yang muncul dalam dirinya
Gross Thompson, 2006. Adanya regulasi emosi yang baik akan membuat seseorang mampu berpikir positif, menerima permasalahan, menyelesaikan
masalah, dan tidak terikat akan permasalahan yang ada Hoeksema, 2012.
Seseorang yang terganggu regulasi emosinya dapat mengalami kelabilan afektif, perasaan hampa, amarah yang tidak terkendali, dan hambatan untuk
mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, regulasi emosi sangat penting dalam kehidupan seseorang Mcmain, Korman, Dimeff, 2001.
Gangguan yang berat pada regulasi emosi sangat berkaitan dengan terjadinya gangguan perasaan dan gangguan perilaku Buckner dalam
Baumgardner Crothers, 2009. Maka, diperlukan cara-cara untuk mengatasi disfungsi regulasi emosi. Ada beberapa terapi yang dapat dipakai oleh
seseorang yang mengalami gangguan regulasi emosi, diantaranya adalah Contextual Emotion Regulation Therapy CERT Kovacs dkk., 2006 dan
Supportive Expressive Therapy SET Benson, Kraemer, Spiegel, 2002. Selain kedua terapi tersebut, juga terdapat terapi lain yaitu Acceptance and
Commitment Therapy ACT Blackledge Hayes, 2001, Dialectical Behavior Therapy DBT Linehan, Bohus, Lynch dalam Gross, 2007;
Frye Spates, 2012, dan Mindfulness Based Stress Therapy MBSR Goldin Gross, 2010.
Contextual Emotion Regulation Therapy CERT merupakan sebuah terapi yang berfokus untuk memperbaiki regulasi diri orang-orang yang
mengalami distress dan dysphoria Kovacs dkk., 2006. Terapi yang kedua adalah Supportive Expressive Therapy SET. Terapi ini berasal dari
existential psychotherapy, sehingga berfokus pada sesuatu yang eksis, seperti kecemasan akan kematian Benson, dkk., 2002. Selain CERT dan SET masih
terdapat tiga macam terapi ACT, DBT, dan MBSR untuk mengatasi
gangguan pada regulasi emosi seseorang. Acceptance and Commitment Therapy ACT, Dialectical Behavior Therapy DBT, dan Mindfulness Based
Stress Therapy MBSR sebenarnya merupakan program-program terapi yang berhulu pada mindfulness meditation Dunford Dclinpsy, 2010; Gresson,
2009;. Meditasi mindfulness tidak hanya mampu mengatasi gangguan regulasi
emosi semata. Meditasi ini juga mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh para penderita gangguan mental maupun orang normal
Chambers, Gullone, Allen, 2009. Sedangkan, CERT Kovacs dkk., 2006 dan SET Benson dkk., 2002 hanya dapat diberikan pada orang-orang yang
terkena gangguan mental tertentu saja. Keberhasilan meditasi mindfulness dalam mengatasi gangguan regulasi
emosi dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Goldin dan Gross pada tahun 2010. Mereka menemukan bahwa para pasien dengan SAD Social
Anxiety Disorder yang mengikuti pelatihan meditasi mengalami peningkatan kemampuan dalam melakukan regulasi emosi. Hal ini membuat kecemasan
yang dimiliki para pasien tersebut berkurang. Selain itu, terdapat pula penelitian yang mendukung hal tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Roemer dkk. pada tahun 2009 menyatakan bahwa tingginya tingkat mindfulness seseorang berelasi negatif terhadap gangguan regulasi emosi
seseorang. Sampai saat ini, banyak penelitian telah dilakukan untuk membuktikan
manfaat meditasi mindfulness dalam dunia klinis. Namun, baru sedikit
penelitian yang dilakukan untuk melihat manfaat atau efek meditasi mindfulness terhadap regulasi emosi. Oleh karena itu, hubungan antara kedua
hal tersebut masih kurang jelas Chamber dkk., 2009. Agar hubungan tersebut dapat diketahui dengan baik, maka peneliti dapat melihatnya melalui
perubahan yang terjadi pada regulasi emosi para meditator Brown Cordon dalam Diddona, 2009; Dorje, 2010; Grabovac, Lau, Willet, 2011.
B. Rumusan Masalah