Feldman, 2004; Moore Malinowski, 2008. Melalui pemikiran yang fleksibel, pemikiran yang positif dapat muncul Branstrom
dkk., 2010. Regulasi emosi adaptif berupa reaprraisal dapat dilihat dari
apa yang dilakukan oleh subjek A. Dalam menghadapi suatu permasalahan, A akan berpikir dengan sudut lain atau berpikir
lebih sederhana. Bilamana A menyalahkan seseorang, ia akan melihat pikirannya kembali. Gross dalam Strongman, 2003;
Gross, Richards, John dalam Synder, Simpson, Hughes, 2006; A, wawancara, 8 Agustus 2012.
Bentuk regulasi emosi yang kedua adalah acceptance. Acceptance merupakan usaha yang melibatkan penerimaaan akan
kondisi yang ada Hayes dalam Hoeksema, 2012. Bentuk regulasi emosi adaptif ini dapat dilihat pada diri subjek B dan C yang kini
mampu menerima berbagai hal yang dialami oleh mereka. Selain menerima, C juga dapat bersyukur terhadap kondisi-kondisi yang
ada pada dirinya kini B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara, 21 September, 2012.
5. Reaksi Pikiran dan Emosi Negatif
Emosi negatif terkadang masih muncul dari diri ketiga subjek. Emosi-emosi negatif yang muncul cukup beragam. A
merupakan subjek yang memiliki emosi negatif terbanyak. Emosi-
emosi negatif yang muncul, seperti amarah dan kecemasan Baumgardner Crothers, 2009; Fredrickson, 2000. Selain itu, A
merasa malu pada orang di sekitarnya bila amarah keluar dari dirinya. A selalu merasa kecewa dengan dirinya atas perihal
tersebut. A juga merasa terganggu dan terbebani A, wawancara, 8 Agustus 2012; Tompkins dalam King, 2010.
Untuk subjek C, terkadang masih merasa gusar atau cemas atas beberapa hal yang ia hadapi Baumgardner Crothers, 2009;
C, wawancara, 21 september, 2012; Fredrickson, 2000. Berbeda dengan yang dialami oleh B. B terkadang merasa kesusahan untuk
mengelola beberapa emosi yang muncul dalam dirinya, seperti kesepian B, wawancara, 27 Agustus 2012. Dalam klasifikasi
emosi Sylvian Tompkins, rasa susah untuk mengelola rasa kesepian tersebut dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk
emosi yaitu distres King, 2010. Menurut The Broaden and Build Theory of Positive
Emotions, orang yang memiliki emosi negatif akan memiliki pikiran yang sempit. Oleh karena itu, seseorang akan kaku dan
kurang kreatif dalam berpikir, berperilaku, dan hidup dalam lingkungan sosial Fredrickson Joiner, 2002; Fredrickson, 2004.
Kekakuan dalam berpikir dapat dilihat dari reaksi pikiran yang dilakukan A, saat A memiliki emosi negatif yang cukup
banyak. Hingga kini, A masih mudah untuk menyalahkan orang-
orang di sekitarnya. Setelah hal tersebut dilakukan dan saat amarah A keluar, A akan menilai dirinya sebagai meditator yang buruk.
Selain itu, A akan berpikiran bahwa A merupakan seseorang yang tidak benar dan egois A, wawancara, 8 Agustus, 2012.
Reaksi-reaksi pikiran dan emosi negatif yang muncul pada diri para meditator diakibatkan oleh melemahnya kesadaran yang
dimiliki oleh para meditator Greeson, 2009; Gross dalam Strongman, 2003. Rendahnya kesadaran dapat terjadi karena
seseorang kurang mampu untuk mempertahankannya. Hal ini tentu akan membuat seseorang terbawa oleh keadaan yang ada. Bila
kesadaran tersebut berkurang, maka pemahaman-pemahaman yang dimiliki juga melemah bahkan menghilang Sudrijanta, 2012.
Melemahnya kesadaran dan pemahaman yang ada membuat seorang meditator kurang fleksibel dalam berpikir dan merespon
secara emosi Gross dalam Strongman, 2003. Melemahnya
kesadaran seorang
meditator dapat
diakibatkan oleh kurang dikembangkannya cinta kasih, kemurahan hati, pelatihan kemoralan, sikap menerima, dan latihan regulasi
atensimeditasi yang baik Dorje, 2010; Grabovac dkk., 2011. Di dalam psikologi, pengembangan cinta kasih, kemurahan
hati, dan kemoralan yang dimaksud di atas dapat juga dikatakan sebagai pengembangan sikap altruisme dalam kehidupan
seseorang. Altruisme merupakan aksi-aksi yang dilakukan oleh
seseorang untuk membantu orang lain tanpa mencari keuntungan pribadi Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000. Menurut Maslow,
seseorang yang ingin memiliki kepribadian yang sehat perlu mengembangkan sikap altruisme dalam dirinya. Selain itu sikap
menerima juga perlu dikembangkan Schultz,1977.
6. Emosi Positif