3. Attentional deployment Pada tahap ketiga ini seseorang akan menaruh atensi atau perhatian
terhadap sebuah aspek pokok dari beberapa aspek yang ada pada sebuah situasi yang telah dipilih. Di tahap ini melibatkan beberapa
hal, seperti : distraksi, konsentrasi, dan atau ruminasi. 4. Cognitive change
Di tahap keempat ini, seseorang akan berpikir suatu hal yang memungkinkan atas aspek yang telah dipilih. Secara umum, ini
merupakan perubahan kognitif untuk mengatasi dampak emosi dari sebuah situasi. Tahapan ini melibatkan hasil evaluasi yang dibuat
dan memasukkan psychological defences. 5. Response modification
Tahapan ini merupakan tahapan yang terjadi di akhir, dimana seseorang akan menentukan respon emosi yang akan dikeluarkan.
Biasanya bentuk-bentuk regulasi emosi yang terpikir oleh banyak orang di dunia adalah dengan melibatkan obat-obatan, alkohol,
usaha, terapi, makanan atau memberontak di dalam kehidupan seseorang.
3.3 Bentuk-bentuk Regulasi Emosi
Terdapat banyak bentuk regulasi emosi, ada yang adaptif dan maladaptif Aldao dalam Hoeksema, 2012. Seseorang dapat dikatakan
memiliki regulasi emosi adaptif, bila ia dapat memilih cara yang sesuai
untuk mengelola emosinya daripada langsung bereaksi terhadap sebuah situasi yang dihadapi. Selain itu, seseorang yang memiliki
regulasi emosi adaptif adalah orang yang tidak menghindari sebuah situasi yang sedang dihadapinya Tamir, 2011.
Reappraisal, acceptance, problem-solving, dan attentional redeployment
adalah bentuk-bentuk
regulasi emosi
adaptif. Reappraisal merupakan bentuk regulasi emosi yang melibatkan
penemuan dari interpretasi yang positif akan suatu situasi untuk mencegah atau mengurangi negative mood Gross dalam Hoeksema,
2012. Acceptance adalah regulasi emosi yang melibatkan penerimaan akan kondisi yang ada Hayes dalam Hoeksema, 2012. Regulasi
emosi adaptif yang ketiga ialah problem-solving. Problem-solving merupakan usaha yang aktif untuk mencegah suatu masalah terjadi
Billing Moos dalam Hoeksema, 2012. Sedangkan attentional redeployment ialah membagi perhatian ke stimulus atau hal-hal yang
positif untuk megubah mood yang ada Hoeksema, 2012. Berbeda dengan orang yang memiliki regulasi emosi adaptif,
seseorang yang memiliki regulasi emosi maladaptif adalah orang yang tidak memiliki cara untuk menghadapi masalah yang dimilikinya.
Orang tersebut dapat langsung bereaksi terhadap situasi yang sedang dihadapi, seperti melakukan pemberontakan Gross dalam Strongman,
2003; Hoeksema, 2012; Tamir, 2011.
Seseorang yang memiliki regulasi emosi maladaptif juga berasosiasi dengan tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi. Hal ini
menyebabkan seseorang tidak dapat memiliki cara yang baik untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Sehingga, seseorang
dapat menghindari situasi yang dihadapinya avoidance. Bentuk- bentuk avoidance yang biasa dilakukan oleh orang-orang adalah
mengkonsumsi makanan secara berlebihan, mengunakan alkohol, dan menggunakan narkoba Gross dalam Strongman, 2003; Hoeksema,
2012.
3.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Regulasi Emosi