terdapat “keakuan” yang makin memperumit permasalahan yang ada C, wawancara, 21 September, 2012.
Meskipun pemahaman-pemahaman yang muncul dalam diri para subjek tidak seperti yang diutarakan dalam BPM, para subjek
sudah dapat dikatakan memiliki perhatian yang jernih akan stimuli- stimuli yang ada. Hal ini dapat dilihat dari cara para subjek
memahami suatu hal dengan jernih Hayes Feldman, 2004.
4. Reaksi Pikiran dan Emosi Positif
Thompson dalam Strongman, 2003 menyatakan bahwa regulasi emosi merupakan proses yang dipengaruhi oleh kesadaran.
Semakin baik kesadaran seseorang, maka semakin adaptif pula regulasi emosi yang dimiliki. Beberapa teori regulasi emosi juga
menyatakan bahwa regulasi emosi yang adaptif juga dipengaruhi oleh pemahaman yang dimiliki seseorang Hoeksema, 2012.
Adanya kesadaran dan pemahaman yang positif telah membawa perubahan positif pada diri para meditator. Mereka
dapat melakukan regulasi emosi adaptif. Kini, para subjek dapat melakukan situation selection, yang mana merupakan tahap
pertama dari regulasi emosi. Namun, hal ini hanya dapat dilihat dari apa yang dialami oleh subjek B dan C. Kedua subjek ini dapat
melihat secara mendalam suatu permasalahan yang sedang dihadapi sebelum mengambil sikap atas permasalahan tersebut. C
juga menambahkan bahwa ia kini lebih dapat selektif dalam mengambil suatu keputusan B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C,
wawancara, 21 September, 2012. Sedangkan tahap situation modification, attentional
deployment, dan cognitive change tidak terlihat pada diri subjek B dan C. Akan tetapi, tahap attentional deployment dapat terlihat
pada subjek A, dimana A terkadang melakukan konfrontasi terhadap pikirannya yang dianggap salah A, wawancara, 8
Agustus, 2012; B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara, 21 September, 2012. Semua ini dipengaruhi oleh latihan meditasi
mindfulness yang mereka latih. Meditasi mindfulness lebih mengutamakan pada penerimaan pikiran dan emosi-emosi yang
kacau tidak terkendali daripada menanggapi hal-hal tersebut Breslin dalam Apple Apple, 2009; Dorje, 2010.
Meskipun tahap kedua hingga keempat tidak muncul secara utuh, tahap kelima dalam regulasi emosi dapat terlihat pada diri
ketiga subjek. Tahap kelima tersebut adalah response modification. Beberapa bentuk regulasi emosi adaptif yang muncul adalah
reappraisal dan acceptance. Reappraisal merupakan salah satu bentuk dari pemikiran yang positif. Reappraisal adalah suatu
bentuk interpretasi positif yang dilakukan atas suatu situasi Gross dalam Hoeksema, 2012. Para meditator kini dapat berpikir lebih
fleksibel dalam menghadapi suatu permasalahan Hayes
Feldman, 2004; Moore Malinowski, 2008. Melalui pemikiran yang fleksibel, pemikiran yang positif dapat muncul Branstrom
dkk., 2010. Regulasi emosi adaptif berupa reaprraisal dapat dilihat dari
apa yang dilakukan oleh subjek A. Dalam menghadapi suatu permasalahan, A akan berpikir dengan sudut lain atau berpikir
lebih sederhana. Bilamana A menyalahkan seseorang, ia akan melihat pikirannya kembali. Gross dalam Strongman, 2003;
Gross, Richards, John dalam Synder, Simpson, Hughes, 2006; A, wawancara, 8 Agustus 2012.
Bentuk regulasi emosi yang kedua adalah acceptance. Acceptance merupakan usaha yang melibatkan penerimaaan akan
kondisi yang ada Hayes dalam Hoeksema, 2012. Bentuk regulasi emosi adaptif ini dapat dilihat pada diri subjek B dan C yang kini
mampu menerima berbagai hal yang dialami oleh mereka. Selain menerima, C juga dapat bersyukur terhadap kondisi-kondisi yang
ada pada dirinya kini B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara, 21 September, 2012.
5. Reaksi Pikiran dan Emosi Negatif