Meskipun demikian, hingga saat ini para ilmuwan belum menemukan jawaban yang memuaskan dan masih terus meneliti mekanisme dari efek
meditasi mindfulness Grabovac dkk., 2011.
2.1 Mekanisme Meditasi Mindfulness Menurut Buddhist Psychological
Model
Grabovac dkk. 2011 berusaha untuk menjawab hal tersebut dengan Buddhist Psychological Model. Buddhist Psychological Model
adalah suatu model yang mengacu pada Abhidhamma Pitaka, Kitab Komentar dalam Tri Pitaka.
Pertama-tama Buddhist Psychological Model BPM akan mendeskripsikan
komponen-komponen dari
aktivitas mental.
Awareness atau kesadaran akan objek terjadi saat terdapat stimulus yang ditangkap oleh persepsi dan menimbulkan rasa dari panca indera
atau kognisi gagasan, memori, emosi yang muncul dalam pikiran. Kesadaran itu akan muncul beberapa saat dan menghilang. Kesadaran
tersebut akan terus menerus muncul dan tenggelam. Menurut BPM, objek-objek yang ditangkap tersebut memiliki nilai emosi dari salah
satu nilai yang terdapat di dalam diri seseorang, yaitu: netral, menyenangkan, dan tidak menyenangkan. Kebiasaan reaksi manusia
pada umumnya adalah terus mengejar hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Reaksi inipun
merupakan bentuk kemelekatan dalam Buddhis. Kemelekatan-
kemelekatan yang ada tersebut membuat seseorang mengalami batin yang kacau.
Melalui meditasi mindfulness, seseorang dilatih untuk melihat objek-objek yang tertangkap sebagaimana adanya tanpa disertai reaksi
pikiran untuk melekat atau menolak objek tersebut. Praktik dari meditasi mindfulness yang terus menerus akan membantu seseorang
memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu yang ada senantiasa berubah. Hal-hal yang berubah itulah yang menyebabkan terjadinya
penderitaan. Selain itu, dengan meditasi mindfulness seseorang dapat memiliki pemahaman tentang ketiadaan intikosong dari seluruh hal
yang terjadi atau dialami. Setelah memiliki tiga pemahaman ini seseorang dapat berkurang kemelekatannya.
Pemahaman yang dimaksud oleh BPM bukan merupakan pemahaman intelektual. Namun, pemahaman yang ada hanya dapat
muncul bila kesadaranawareness muncul. Kesadaran hanya mungkin muncul bilamana pikiran dalam keadaan tenang Sundrijanta, 2012.
Berkurangnya kemelakatan
akan membuat
seseorang mencapai batin yang tenang. Keadaan batin yang tenang inilah yang
dapat membuat seseorang mencapai keadaan well-being atau berkurangnya simptom-simptom yang dimiliki seseorang.
Ketenangan batin yang dicapai tersebut dapat pula diperkuat dengan melatih sikap menerima, melatih regulasi atensi dengan baik,
dan pelatihan kemoralan. Demikian pula, ketenangan batin mampu memperkuat tiga hal penunjang batin tersebut.
2.2 Mekanisme Meditasi Mindfulness Menurut Dusana Dorje