104 optimal. Guru juga secara tidak langsung turut menjaga dan memelihara sarana
dan prasarana yang dimiliki lewat laporan-laporan serta masukan-masukan yang diberikan kepada tim pengelola sarana dan prasarana apabila ada yang rusak atau
hilang.
c. Penggunaan
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah akan berguna secara efektif dan efisien jika didayagunakan secara optimal. Guna mencapai daya guna sarana
dan prasarana yang optimal, maka dibutuhkan adanya pemeliharaan sarana dan prasarana yang dimiliki. Pemeliharaan sarana dan prasarana yang dimaksud yakni
meliputi pengaturan, inventarisasi, penyimpanan serta pelaksanaan pemeliharaan
sarana dan prasarana.
Pengaturan penggunaan sarana dan prasarana di SMP N 1 Ngadirejo dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dari Kepala Sekolah dan dari Staf
pengelola sarana dan prasarana mengingat jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki dibandingkan dengan jumlah kelas serta kebutuhan setiap siswa. Untuk
sarana maupun prasarana yang jumlahnya terbatas akan tetapi harus didapat oleh semua siswa maka cara sekolah untuk mengantisipasinya adalah dengan cara
bergantian atau bergilir dalam penggunaannya dengan dibentuk suatu jadwal
penggunaan sarana dan prasarana sekolah.
Pencatatan terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dilakukan oleh bagian inventaris. Penanganan inventaris barang di SMP N 1 Ngadirejo
dilaksanakan oleh seorang staf pengelola sarana prasarana, meskipun demikian semua guru saling bekerja sama dan saling membantu demi kelancaran
105 penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Kegiatan
inventarisasi barang dilaksanakan setelah pengadaan barang oleh staf pengelola sarana prasarana untuk selanjutnya diserahkan kepada masing-masing bidang dan
dicatat kembali.
Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah selain dicatat juga disimpan dalam suatu tempat tertentu agar keberadaannya aman dari rusak maupun hilang.
Idealnya sekolah seharusnya memiliki gudang untuk tempat penyimpanan barang- barang, namun sayangnya di SMP N 1 Ngadirejo ini tidak mempunyai gudang
sehingga semua barangnya tercerai berai dan berakibat pada sulitnya dalam mencari barang jika akan digunakan serta kurang enak dipandang mata. Sarana
dan prasarana yang sudah rusak dibiarkan begitu saja karena masih kurangnya dana perbaikan atau perawatan. Kondisi ini membuat sarana prasarana yang
terbengkalai semakin menumpuk dan berserakan. Adapun usaha yang dilakukan sekolah dalam mengantisipasi keterbatasan ini yakni dengan meletakkan barang
tak terpakai ke dalam ruang yang berada di belakang sehingga tidak begitu terlihat
berantakan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sekolah memiliki kelemahan
yakni tidak memiliki gudang tetapi sekolah mampu mengatasi permasalahan ini dengan mencoba untuk mengalih fungsikan ruang-ruang yang sesuai untuk
digunakan sebagai pengganti gudang. Jadi dapat dikatakan pengaturan atau penggunaan di sekolah ini belum efektif.
106
d. Pengawasan