56
syarat yang ditentukan. Petunjuk pelaksanaan penggunaan tanda sertifikasi itu ditetapkan denagn SK Menteri Perindustrian Nomor 130 Tahun 1980.
65
Sesuai dengan prinsip pembangunan yang antara lain menyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dengan
pemerintah, maka pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi konsumen dari produk yang merugikan yang dapat dilaksanakan dengan
cara mengatur, mengawasi, serta mengendalikan produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga konsumen tidak dirugikan baik kesehatannya
dan juga keuangannya.
66
2. Standar Konseptual dalam menetapkan Cacat
Pembagian tipe – tipe cacat produk seperti yang dijelaskan di atas, banyak disanggah karena tidak jelas perbedaan antara cacat produksi dan
cacat desain, juga antara cacat instruksi dengan cacat desain. Oleh karena itu, maka terdapat standar konseptual untuk menetapkan cacat, yaitu
didasarkan pada harapan konsumen, anggapan tentang pengetahuan penjual terhadap adanya cacat produk tersebut, keseimbangan antara risiko
dan manfaat, serta State of the arts, yang masing – masing akan dijelaskan sebagai berikut
67
: a. Harapan Konsumen.
Standar harapan konsumen biasanya sama dengan standar merchantability kelayakan untuk dijual seperti ditetapkan dalam UCC
65
Janus Sidabalok, Op.Cit hal.22.
66
Ibid., hal.24
67
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. Op.Cit., hal.27.
Universitas Sumatera Utara
57
yang mengandung makna bahwa yang layak untuk dijual setidaknya harus sesuai dengan tujuan biasa di mana barang yang layak untuk dijual
setidaknya harus sesuai dengan tujuan biasa di mana barang itu digunakan. b. Dugaan Pengetahuan Penjual
Cara pengujian kecacatan lainnya adalah dugaan pengetahuan penjual,yaitu akankah penjual lain dalam menempatkan produknya di
pasaran jika ia mengetahui kondisi yang membahayakan pada produk. Antara harapan konsumen dan anggapan pengetahuan penjual merupakan
dua sisi yang memiliki standar yang sama. Suatu produk cacat dan berbahaya karena penjual tidak selayaknya menjual jika ia tahu
menimbulkan risisko dan risikonya lebih besar daripada harapan yang wajar dari konsumen.
c. Keseimbangan antara resiko dan manfaat Sejumlah pengadilan menggunakan analisis Resiko-manfaat untuk
menetukan cacat, terutama dalam kasus desain. Resiko-manfaat dapat dipahami sebagai suatu yang sama dengan resiko kegunaan. Hal ini
diungkapkan dalam arti apakah biaya untuk membuat produk lebih aman, lebih besar atau lebih kecil daripada resiko atau bahaya produk dari
kondisinya yang sekarang. Apabila biaya untuk mengubah lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan jika tidak dilakukan perubahan, maka
manfaat atau kegunaan produk melebihi resikonya, sehingga produk tersebut tidak tergolong cacat. Sedangkan jika biaya tadi lebih kecil
daripada resiko, namun tidak diadakan perubahan, maka produk tersebut tergolong cacat.
Universitas Sumatera Utara
58
Beban biaya dan kegunaan tersebut merupakan dua sisi mata uang yang berlawanansangat berbeda, di mana beban perbaikan akan
meningkatkan kegunaan produk dan mengurangi resikonya. Standar umum untuk menentukan resiko-manfaat menurut Wade,
ada tujuh faktor, yaitu
68
: 1. Kemanfaatan atau sifat yang diinginkan dari produk
2. Kemungkinan dan keseriusan kerugian produk 3. Tersedianya produk pengganti yang akan memenuhi kebutuhan yang
sama dan aman 4. Kemampuan pabrik untuk menghilangkan bahaya tanpa merusak
kegunaan atau menyebabkan produk terlalu mahal 5. Kesadaran pamakai terhadap bahaya
6. Kemampuan pemakai untuk menghindari bahaya 7. Kemungkinan produsen pembuat menyebar resiko kerugian, melalui
harga dan asuransi. d.
State of the art State of the art sama dengan unavoidably unsafe defence, dimana
ketiadaan pengetahuan atau kemampuan untuk menghidupi bahaya yang diduga, digunakan untuk menentukan apakah sebuah produk benar – benar
aman. State of the art, biasanya didefenisikan sebagai pengetahuan keilmuan dan teknologi yang tersedia atau ada pada saat produk barang
dipasarkan.
68
Ibid.,hal.29
Universitas Sumatera Utara
59
C. Tanggung Jawab Pelaku Usaha atas Produk Product Liability